Anda di halaman 1dari 23

Infeksi odontogenik

Definisi
Infeksi odontogenik merupakan infeksi akut atau
kronis yang berasal dari gigi yang berhubungan dengan
patologi. Mayoritas infeksi yang bermanifestasi pada
region orofacial adalah odontogenik.

Etiologi

Penyebabnya
adalah
bakteri
yang
merupakan flora normal dalam mulut, yaitu
bakteri dalam plak, dalam sulkus ginggiva,
dan mukosa mulut.
Bakteri yang utama ditemukan adalah
bakteri kokus aerob gram positif, kokus
anaerob gram positif dan batang anaerob
gram negative.
Bakteri-bakteri
tersebut
dapat
menyebabkan
karies,
gingivitis,
dan
periodontitis.

Klasifikasi/ Tipikal Infeksi


Berdasarkan tipe infeksinya, infeksi odontogen bisa dibagi menjadi :

Infeksi odontogen lokal / terlokalisir, misalnya: Abses periodontal akut; peri


implantitis.
Infeksi odontogen luas/ menyebar, misalnya: early cellulitis, deep-space
infection.
Life-Threatening, misalnya: Facilitis dan Ludwig's angina.

Patogenesis
Infeksi odontogenik dapat berasal dari tiga jalur:
(1)

(2)

(3)

Jalur periapikal, sebagai hasil dari nekrosis pulpa


dan invasi bakteri ke jaringan periapikal
Jalur periodontal, sebagai hasil dari inokulasi
bakteri pada periodontal poket
Jalur
perikoronal,
yang
terjadi
akibat
terperangkapnya makanan di bawah operkulum
tetapi hal ini terjadi hanya pada gigi yang
tidak/belum dapat tumbuh sempuna.

Dan yang paling sering terjadi adalah melalui jalur

Ilustrasi keadaan gigi yang mengalami infeksi dapat menyebabkan abses


odontogen.
(A) Gigi normal, (B) gigi mengalami karies, (C) gigi nekrosis yang
mengalami infeksi menyebabkan abses.

Infeksi odontogen biasanya dimulai dari


permukaan gigi yaitu adanya karies gigi yang sudah
mendekati ruang pulpa, kemudian akan berlanjut
menjadi pulpitis dan akhirnya akan terjadi kematian
pulpa gigi (nekrosis pulpa). Infeksi odontogen dapat
terjadi secara lokal atau meluas secara cepat.
Adanya gigi yang nekrosis menyebabkan bakteri
bisa menembus masuk ruang pulpa sampai apeks
gigi. Foramen apikalis dentis pada pulpa tidak bisa
mendrainase pulpa yang terinfeksi. Selanjutnya
proses infeksi tersebut menyebar progresif ke
ruangan atau jaringan lain yang dekat dengan
struktur gigi yang nekrosis tersebut

Infeksi
odontogen
dapat
menyebar
secara
perkontinuatum,
hematogen
dan
limfogen,
yang
disebabkan antara lain oleh periodontitis apikalis yang
berasal dari gigi nekrosis, dan periodontitis marginalis.
Infeksi gigi dapat terjadi melalui berbagai jalan:
(1)

(2)
(3)

lewat penghantaran yang patogen yang berasal dari luar


mulut;
melalui suatu keseimbangan flora yang endogenus;
melalui masuknya bakteri ke dalam pulpa gigi yang vital
dan steril secara normal.
Infeksi odontogen menyebar ke jaringan-jaringan lain
mengikuti pola patofisiologi yang beragam dan
dipengaruhi oleh jumlah dan virulensi mikroorganisme,
resistensi dari host dan struktur anatomi dari daerah yang

Rute
yang
paling
umum
penyebaran
peradangan adalah melalui kontinuitas jaringan dan
spasia jaringan.
Pertama, nanah terbentuk di tulang cancellous
dan tersebar ke berbagai arah yang memiliki
resistensi jaringan paling buruk. Penyebaran pus ke
arah bukal, lingual, atau palatal tergantung pada
posisi gigi dalam lengkung gigi, ketebalan tulang,
dan jarak perjalanan pus.

Ilustrasi penyebaran infeksi odontogen (dentoalveolar abcess) tergantung


pada posisi apeks gigi penyebab.
(A) Akar bukal : arah penyebaran ke bukal. (B) Akar palatal : arah
penyebarannya ke palatal.

Inflamasi purulen berhubungan dengan tulang alveolar yang dekat


dengan puncak bukal atau labial tulang alveolar biasanya akan
menyebar ke arah bukal, sedangkan tulang alveolar yang dekat puncak
palatal atau lingual, maka penyebaran pus ke arah palatal atau ke
lingual.
Akar palatal dari gigi posterior dan lateral gigi seri rahang atas
dianggap bertanggung jawab atas penyebaran nanah ke arah palatal,
sedangkan molar ketiga mandibula dan kadang-kadang dua molar
mandibula dianggap bertanggung jawab atas penyebaran infeksi ke arah
lingual. Inflamasi bahkan bisa menyebar ke sinus maksilaris ketika
puncak apeks gigi posterior ditemukan di dalam atau dekat dasar
antrum. Panjang akar dan hubungan antara puncak dan perlekatan
proksimal dan distal berbagai otot juga memainkan peranan penting
dalam penyebaran pus. Berdasarkan hal ini, pus di mandibula yang
berasal dari puncak akar di atas otot mylohyoid dan biasanya menyebar
secara intraoral, terutama ke arah dasar mulut. Ketika puncak
ditemukan di bawah otot mylohyoid (molar kedua dan ketiga), pus
menyebar ke ruang submandibular dan terjadi pembengkakan
ekstraoral.

Ilustrasi penyebaran infeksi odontogen (dentoalveolar abcess)


tergantung pada posisi apeks gigi penyebab.
(A) Penyebaran pus kearah sinus maksilaris (B) Penyebaran pus pada
rahang bawah tergantung pada posisi perlekatan otot mylohyoid

Pada fase selular, tergantung pada rute dan tempat inokulasi dari
pus, abses dentoalveolar akut mungkin memiliki berbagai gambaran
klinis, seperti:
1.

2.

3.

4.

5.

Pada tahap awal fase selular ditandai dengan akumulasi pus dalam
tulang alveolar yang disebut sebgai abses intraalveolar.
Pus kemudian menyebar keluar setelah terjadi perforasi tulang
menyebar ke ruang subperiosteal. Periode ini dinamakan abses
subperiosteal, dimana pus dalam jumlah terbatas terakumulasi di
antara tulang dan periosteal.
Setelah terjadi perforasi periosteum, pus kemudian menyebar ke
berbagai arah melalui jaringan lunak. Biasanya menyebar pada
daerah intraoral membentuk abses di bawah mukosa, yang disebut
abses submukosa.
Terkadang, pus menyebar melalui jaringan ikat longgar dan setelah
itu terakumulasi di bawah kulit, bentukan ini disebut abses
subkutan.
Sedangkan di waktu lainnya, pus menyebar ke ruang fascia,

Ilustrasi rute perjalanan pus pada penyebaran infeksi odontogen


(A) Abses intraalveolar (B) Abses superiostea

Ilustrasi rute perjalanan pus pada penyebaran infeksi odontogen


(A) Abses submucosa (B) Abses subkutan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan


kegawatan infeksi odontogenik adalah:

penyebaran

Jenis dan virulensi kuman penyebab.

Daya tahan tubuh penderita.

Jenis dan posisi gigi sumber infeksi.

Panjang akar gigi sumber infeksi terhadap perlekatan otot-otot.

Adanyatissue spacedanpotential space.

dan

Diagnosis
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,
ditegakkan diagnosis infeksi odontogen apakah termasuk infeksi
odontogen lokal / terlokalisir atau infeksi odontogen umum / menyebar.

Gejala Klinis
Penderita biasanya datang dengan keluhan sulit untuk membuka mulut
(trismus), tidak bisa makan karena sulit menelan (disfagia), nafas
yang pendek karena kesulitan bernafas. Penting untuk ditanyakan
riwayat sakit gigi sebelumnya, onset dari sakit gigi tersebut apakah
mendadak atau timbul lambat, durasi dari sakit gigi tersebut apakah
hilang timbul atau terus-menerus, disertai dengan demam atau tidak,
apakah sudah mendapat pengobatan antibiotik sebelumnya (Ariji et.
al. 2002).
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda inflamasi yaitu ;

Rubor : permukaan kulit yang terlibat infeksi terlihat kemerahan


akibatvasodilatasi, efek dari inflamasi
Tumor : pembengkakan, terjadi karena akumulasi nanah atau cairan
exudat
Kalor : teraba hangat pada palpasi karena peningkatan aliran darah ke

Infeksi yang fatal bisa menyebabkan gangguan pernafasan,


disfagia, edema palpebra, gangguan penglihatan, oftalmoplegia,
suara serak, lemah lesu dan gangguan susunan saraf pusat
(penurunan kesadaran, iritasi meningeal, sakit kepala hebat,
muntah).
Pemeriksaan fisik dimulai dari ekstra oral, lalu berlanjut ke
intra oral. Dilakukan pemeriksaan integral (inspeksi, palpasi dan
perkusi) kulit wajah, kepala, leher, apakah ada pembengkakan,
fluktuasi, eritema, pembentukan fistula, dan krepitasi
subkutaneus. Dilihat adakah limfadenopati leher, keterlibatan
ruang fascia, trismus dan derajat dari trismus. Kemudian
diperiksa gigi, adakah gigi yang caries, kedalaman caries,
vitalitas gigi, lokalisasi pembengkakan, fistula dan mobilitas gigi.

Terapi
Tujuan manajemen infeksi odontogen adalah :

Menjaga saluran nafas tetap bebas

dasar mulut dan lidah yang terangkat ke arah tonsil akan


menyebabkan gagal nafas

mengetahui adanya gangguan pernafasan adalah langkah awal


diagnosis yang paling penting dalam manajemen infeksi
odontogen

tanda-tanda terjadi gangguan pernafasan adalah pasien terlihat


gelisah, tidak dapat tidur dalam posisi terlentang dengan tenang,
mengeluarkan air liur, disfonia, terdengar stridor

saluran nafas yang tertutup merupakan penyebab kematian


pasien infeksi odontogen

jalan nafas yang bebas secara kontinu dievaluasi selama terapi

dokter bedah harus memutuskan kebutuhan, waktu dan metode


operasi untuk mempertahankan saluran nafas pada saat
emergency (gawat darurat).

Operasi drainase

pemberian antibiotika tanpa drainase pus tidak akan


menyelesaikan masalah penyakit abses

memulai terapi antibiotika tanpa pewarnaan gram dan kultur


akan menyebabkan kesalahan dalam mengidentifikasi organisme
penyebab penyakit infeksi odontogen

penting untuk mengalirkan semua ruang primer apalagi bila pada


pemeriksaan, ruang sekunder potensial terinfeksi juga

CT scan dapat membantu mengidentifikasi ruang-ruang yang


terkena infeksi

Foto rontgen panoramik dapat membantu identifikasi bila diduga


gigi terlibat infeksi

Abses canine, sublingual dan vestibular didrainase intraoral

Abses ruang masseterik, pterygomandibular, dan pharyngea


lateral bisa didrainase dengan kombinasi intraoral dan ekstraoral

Abses ruang temporal, submandibular, submental,


retropharyngeal, dan buccal disarankan diincisi ekstraoral dan

Medikamentosa

rehidrasi (karena kemungkinan pasien menderita dehidrasi adalah


sangat besar)

merawat pasien yang memiliki faktor predisposisi terkena infeksi


(contohnya Diabetes Mellitus)

mengoreksi gangguan atau kelainan elektrolit

memberikan analgetika dan merawat infeksi dasar bila pasien


menderita trismus, pembengkakan atau rasa sakit di mulut.
Identifikasi bakteri penyebab

diharapkan penyebabnya adalahalpha-hemolytic


Streptococcusdan bakteri anaerob lainnya

kultur harus dilakukan pada semua pasien melalui incisi dan


drainase dan uji sensitivitas dilakukan bila pasien tidak kunjung
membaik (kemungkinan resisten terhadap antibiotika)

Hasil aspirasi dari abses bisa dikirim untuk kultur dan uji
sensitivitas jika incisi dan drainase terlambat dilakukan

Menyeleksi terapi antibotika yang tepat

penicillin parenteral

metronidazole dikombinasikan dengan penicillin bisa dipakai pada


infeksi yang berat

Clindamycin untuk pasien yang alergi penicillin

Cephalosporins (cephalosporins generasi pertama)

antibiotika jangan diganti selama incisi dan drainase pada kasus


infeksi odontogen yang signifikan

jika mediastinal dicurigai terkena infeksi harus dilakukan CT scan


thorax segera dan konsultasi kepada dokter bedah thorax
kardiovaskular

ekstraksi gigi penyebab akan menyembuhkan infeksi odontogen.

Anda mungkin juga menyukai