Anda di halaman 1dari 68

LAPORAN KASUS

ANASTESIA PADA BLUNT ABDOMINAL INJURY


PEMBIMBING
DR. M. IHSAN, SP.AN, KMN
DISUSUN OLEH
FAKHRI AMIN NASUTION 110100298
VALARMATY VEERASENAN 110100405
JOSE VERDY 110100091
KOKILAVNI CHANDRAN 110100383

DEPARTEMEN ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN
2016

BAB 1
PENDAHULUAN

Semakin
bertambahnya
kemajuan
dibidang
teknologi transportasi dan semakin berkembangnya
mobilitas manusia berkendaraan di jalan raya,
menyebabkan kecelakaan yang terjadisemakin
meningkat serta angka kematian semakin tinggi.
75% jenis kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh
trauma tumpul abdomen. Trauma ini dapat
menyebabkan ruptur organ padat seperti hepar dan
lien atau perforasi organ berongga seperti lambung
dan usus.

Berdasarkan data yang berasal dari rekam medis


diketahui bahwa 20% penderita datang dengan
hemoperitoneum menunjukkan tanda tanda klinis pada
waktu pertama kali tiba di instalasi gawat darurat
Oleh karena itu, untuk memberikan perawatan penderita
secara optimal haruslah dimulai dengan melakukan
primary survey, secondary survey dan evaluasi lanjut
yang cepat dan tepat, hingga melakukan prosedur
bedah dan anestesi yang efektif dan efisien sehingga
dapat
diupayakan
untuk
penyelamatan
nyawa
penderita.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI
ABDOMEN

REGIO ABDOMEN

Lambung terletak di sebelah atas kiri abdomen, sebagian terlindung di


belakang iga-iga sebelah bawah beserta tulang rawannya. Orifisium
cardia terletak di belakang tulang rawan iga ke tujuh kiri. Bagian
lambung terbagi atas: fundus lambung, mencapai ketinggian ruang
interkostal (antar iga) kelima kiri. Corpus, bagian terbesar letak di
tengah. Pylorus, suatu kanalis yang menghubungkan corpus dengan
duodenum. Bagian corpus dekat dengan pylorus disebut anthrum
pyloricum

Usus halus adalah tabung yang kira-kira sekitar dua setengah meter panjang dalam
keadaan hidup. Usus halus memanjang dari lambung sampai katup ibo kolika tempat
bersambung dengan usus besar. Usus halus terletak di daerah umbilicus dan
dikelilingi usus besar. Usus halus dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu
duodenum, jejunum dan ileum.

Usus besar adalah sambungan dari usus halus dan dimulai dari
katup ileosekal yaitu tempat sisa makanan. Panjang usus besar
kira-kira satu setengah meter

Hati adalah kelenjer terbesar di dalam tubuh yang terletak di


bagian teratas dalam rongga abdomen di sebelah kanan di
bawah diafragma

Kantung empedu adalah sebuah kantong berbentuk terong


dan merupakan membran berotot. Letaknya di dalam sebuah
lekukan di sebelah permukaan bawah hati, sampai di
pinggiran depannya. Panjangnya delapan sampai dua belas
sentimeter

Pankreas adalah kelenjar majemuk bertandan, strukturnya sangat mirip


dengan kelenjar ludah. Panjangnya kira-kira lima belas sentimeter, mulai
dari duodenum sampai limpa. Pankreas dibagi menjadi tiga bagian yaitu
kepala pankreas yang terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan di
dalam lekukan abdomen, badan pankreas yang terletak di belakang lambung
dalam di depan vertebra lumbalis pertama, ekor pankreas bagian yang
runcing di sebelah kiri dan menyentuh limpa

Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal


di sebelah kanan dari kiri tulang belakang, di belakang peritoneum. Dapat
diperkirakan dari belakang, mulai dari ketinggian vertebra thoracalis sampai
vertebra lumbalis ketiga ginjal kanan lebih rendah dari kiri, karena hati
menduduki ruang banyak di sebelah kanan. Panjang ginjal 6 sampai 7
sentimeter

Limpa terletak di regio hipokondrium kiri di dalam cavum


abdomen diantara fundus ventrikuli dan diafragma

TRAUMA TUMPUL
ABDOMEN

DEFINISI
Trauma tumpul abdomen adalah semua cedera yang terjadi
akibat tekanan tumpul dari luar, yang biasanya berkaitan dengan
kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh, tumbukan dari hewan
atau benda tumpul.
Cedera intraabdomen secara sekunder akibat tekanan tumpul
yang terjadi karena tubrukan antara orang yang terluka dengan
lingkungan eksterna dan karena proses tekanan akselerasi dan
deselarasi pada organ internal orang tersebut.

ETIOLOGI
Kecelakaan kendaraan bermotor adalah penyebab yang
paling sering menyebabkan trauma abdomen. Penggunaan
sabuk pengaman memang mengurangi angka kejadian
trauma kepala dan dada, namun dapat juga menimbulkan
suatu ancaman pada organ organ abdomen seperti
pankreas dan usus yang dapat menyebabkan perpindahan
atau penekanan ke arah berlawanan. Anak anak biasanya
sangat rentan mengalami trauma abdomen yang disebabkan
oleh sabuk pengaman.

PATOFISIOLOGI
Deselerasi
Suatu proses deselerasi yang cepat akan menyebabkan ketidak seimbangan
perubahan antar organ organ yang berdekatan. Sebagai hasilnya, benturan
yang sangat kuat dapat menyebabkan organ berongga, organ solid, organ
viseral dan pembuluh darah mengalami robekan, terlebih lagi apabila
terdapat beberapa tempat perlekatan antar berbagai organ tersebut
Kompresi atau penekanan dari luar tubuh
Baik akibat hantaman langsung atau pun penekanan dari luar tubuh yang
menyebabkan kompresi organ organ yang melekat. Trauma kompresi
eksternal yang tiba tiba menyebabkan kenaikan tekanan intra abdomen
yang pada akhirnya dapat menyebabkan rupturnya berbagai organ

TANDA DAN GEJALA


Gejala dan tanda dari trauma abdomen sangat tergantung dari organ mana
yang terkena, bila yang terkena organ-organ solid (hati dan lien) maka akan
tampak gejala perdarahan secara umum seperti pucat, anemis bahkan
sampai dengan tanda-tanda syok hemoragik
Gejala perdarahan di intra peritoneal akan ditemukan klien mengeluh nyeri.
Mulai dari nyeri ringan sampai dengan nyeri hebat, nyeri tekan, defans
muskular (kaku otot), bising usus menurun, dan pada klien yang kurus akan
tampak perut membesar, dari hasil perkusi ditemukan bunyi pekak
Bila yang terkena organ berlumen gejala yang mungkin timbul adalah
peritonitis yang dapat berlangsung cepat bila organ yang terkena gaster
tetapi gejala peritonitis akan timbul lambat bila usus halus dan kolon yang
terkena

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin yang meliputi hemoglobin, hematokrit untuk
melihat pendarahan dimana jika terjadi pendarahan maka hemoglobin
dan hematokrit akan menurun selain itu leukosit akan meninggi karena
adanya proses infeksi. Jika kadar serum amilase 100 unit dalam 100 ml
cairan intra abdomen, kemungkinan besar terjadi trauma pada pankreas

PEMERIKSAAN RADIOLOGI
X-RAY
CT-SCAN
FAST
DPL

KRITERIA
Indikasi

DPL

USG

Menentukan adanya Menentukan cairan


perdarahan bila TD

bila TD menurun

menurun
Keuntungan

CT SCAN
Menentukan organ
cedera bila TD
normal

Diagnosis cepat dan

Diagnosis cepat,

Paling spesifik

sensitif, akurasi 98

tidak invasif dan

untuk cedera,

dapat diulang,

akurasi 92-98%

akurasi 86-97%
Kerugian

Invasif, gagal

Tergantung operator

Membutuhkan

mengetahui cedera

distorsi gas usus

biaya dan waktu

diafragma atau

dan udara di bawah

yang lebih lama,

cedera

kulit. Gagal

tidak mengetahui

retroperitoneum

mengetahui cedera

cedera diafragma

diafragma usus,

usus dan pankreas

pankreas

Airway

PENATALAKSANAAN TRAUMA TUMPUL


ABDOMEN

Nilai jalan nafas bebas atau tidak. Nilai apakah pasien dapat bicara dan bernafas dengan bebas. Jika ada obstruksi, lakukan:

Chin lift/ jaw thrust

Suction

Gudel airway

Intubasi trakea

Breathing

Bila jalan nafas tidak memadai, beri oksigen

Circulation

Menilai sirkulasi/peredaran darah:

Hentikan perdarahan eksternal bila ada

Segera pasang dua jalur infus dgn jarum besar (14-16G)

Beri infus cairan

Penilaian ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil

Disability
Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respon
terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur
glasgow coma scale. Penilaian dilakukan dengan:
Alert/awake a
Respon bicara (verbal)

Respon nyeri (pain) p


Tak ada respons u
Exposure
Lepaskan baju dan semua penutup tubuh pasien, supaya dapat dicari
semua cedera yang mungkin ada. Jika ada kecurigaan cedera leher atau
tulang belakang, maka imobilisasiin line harus DIKERJAKAN

KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi adalah terjadinya peritonitis, dan syok
hemoragik dimana adanya perdarahan intraabdominal yang sulit dinilai
sehingga berujung pada kematian

ANESTESI PADA PEDIATRIK


Pediatrik

Usia

Neonatus

dibawah 28 hari

Infant

1 bulan - 1 tahun

Child

1 tahun -12 tahun

Mendorong diafragma ke atas


Menyebabkan keterbatasan pengembangan paru
karena eleman elastik paru berkurang
Pendek
Berbentuk seperti corong dengan diameter sempit
pada bagian krikoid
Lebih sempit
resistensi jalan napas
Lebih mudah tersumbat
Besar
Epiglotis:berbentuk U, proyeksi lebih ke posterior
dengan sudut 45,

Lunak dan pendek


Sulit memosisikan kepala

Abdomen
Trakea
Lubang hidung,
glottis, pipa
trakeobronkial
Lidah
Otot Leher

ANATOMI NEONATUS

Sirkulasi

Eksreksi

Sistem Saraf

Reaksi
pembuluh
darah
Kehilangan
darah,
dehidrasi

Filtrasi
glomerulus
: 30%
dibanding
dengan
dewasa
Eksreksi
obatobatan
lama
Fungsi
tubulus:
Reabsorbsi
terhadap
elekrolit

Saraf
parasimpat
is lebih
dominan
Cenderung
terjadi
refleks
vagal

Pengatura
n
Temperat
ur
Respons
Farmakolo
gi

Mudah kehilangan panas tubuh


Sulit mengatur suhu
Sangat terpengaruh dengan suhu
lingkungan

Laju filtrasi glomerulus masih


rendah
Laju metabolisme yang tinggi
Kemampuan obat berikatan
dengan protein masih rendah
Hati yang masih immature akan
mempengaruhi proses
biotransformasi obat
Aliran darah ke organ relatif lebih
banyak

ANATOMI INFANT DAN CHILD


Pada anakanak, kepala
dan lidah lebih
besar

Laring yang
letaknya lebih
anterior

Epiglottis yang
lebih panjang

Leher dan
trakea yang
lebih pendek
daripada
dewasa

Kartilago tiroid
yang terletak
berdekatan
dengan jalan
napas

GENERAL ANESTHESIA
Premedikasi
Induksi
Preoksigena
si
Muscle
Relaxant
Intubasi
Maintenance
Akhir
Operasi
Reversal
Ekstubasi

PRE OPERASI
Neonatus
Stop susu 4
jam
2 jam
sebelum
tindakan
anestesi: Air
gula
Jam I : 50%

Infant & Child


Tipe makanan

Rekomendasi

Cairan

puasa
Minimum 2 jam

Pasien sehat

Minimum 4 jam

Pasien sakit

Penganganan

Operasi

tersendiri

(pasang

emergensi
Susu

NGT, dll)
Minimum 4 jam

ASI

Minimum 6 jam

Susu non ASI

Padat

Operasi elektif

operasi

Operasi

Penanganan tersendiri

emergensi

hari

lama

sebelum

NEONATUS
Premedikasi : SA: 0,02 mg/kgBB/iv
Min: 0,1 mg/iv
Max: 0,5mg/iv

INFANT &
CHILD
Premedikasi: SA: 0,02 mg/kgBB/iv
Midazolam : 0.15 mg/kgBB/iv
Fentanyl : 2-5 mcg/kgBB/iv

Induksi : Ketamin : 1-2mg/kgBB/iv


Rocoronium : 0,6 -1,2mg/kgBB/iv

Induksi: Ketamin : 1-2mg/kgBB

Intubasi :Awake
: X sadar

Intubasi: X sadar

Maintenance: O2 8L/i

Maintenance : O2 8L/i

Akhir Operasi

Akhir Operasi

AGE
GROUP
(IN
MONTHS
OR
YEARS)

WEIGHT
RANGE
(IN KG)

HEART
RATE
(BEATS/M
IN)

BLOOD
PRESSU
RE
(MM
HG)

RESPIRAT
ORY
RATE
(BREATHS
/
MIN)

URINARY
OUTPUT
(ML/KG/H
R)

Infant
012
months

0-10

<160

>60

<60

2.0

Toddler
12 years

10-14

<150

>70

<40

1.5

Preschool
35 years

14-18

<140

>75

<35

1.0

School
Age
612
years

18-36

<120

>80

<30

1.0

Adolescen
t
13 years

36-70

<100

>90

<30

0.5

BAB 3
LAPORAN KASUS

Anamnesa
Anamnesis
JO, seorang anak laki-laki berusia 7 tahun, datang dengan keluhan
utama nyeri di daerah perut. Hal ini dialami oleh os 9 jam yang lalu
sebelum masuk rumah sakit akibat KLL (kecelakaan lalu lintas).
Awalnya os sedang berdiri di depan rumah ketika ditabrak oleh sepeda
motor dari bagian belakang, os kemudian jatuh tengkurap dan tertimpa
di daerah perut. Os langsung dibawa ke RSUP HAM. Nyeri dijumpai
di daerah perut menjalar ke bagian pinggang. Demam tidak dijumpai,
mual dan muntah tidak dijumpai. BAK dan BAB dijumpai dan dalam
batas normal.
RPT

: tidak dijumpai

RPO

: tidak dijumpai

TIME SEQUENCE
4 JUN
2016
10.11 WIB

Pasien tiba
di IGD
RSUP HAM

4 JUN 2016
10.45 WIB

Konsul dan
Acc tindakan
anestesi

4 JUN 2016
13.25 WIB

Pasien
pindah ke OK
III untuk
eksplorasi
laparatomi

Tanda dan Gejala


A (airway)
Snoring (-)
Gargling (+)
Crowing (-)
C-spine injury (-)
Maxillofacial injury (-)

Kesimpulan

Penanganan

Airway Unclear

Dilakukan suction

Sesak

Oksigenasi yang adekuat RR: 25x/menit


dengan nasal kanul 5
liter/ menit

PRIMARY SURVEY

B (breathing)
Inspeksi
Nafas spontan
Thorax simetris tidak ada bagian
yang ketinggalan bernapas
Jejas (-)
Sesak dijumpai

Perkusi:
Sonor kedua lapangan paru

Palpasi:
Stem fremitus sulit dinilai

Auskultasi
SP/ST: vesikuler/(+) ronki basah
tidak dijumpai

SaO2: 98 -99%
RR: 34kali/menit

Hasil
Airway clear

Inadekuate perfusion
C (circulation)
Capillary Refill Time
<2 detik
Akral D/M/K
T/V: melemah
TD: 90/ 60mmHg
HR = 124x/i, regular
UOP =setelah
dipasang kateter 20 cc
per jam, warna kuning
pekat

Pasang IV line
22G, ambil
sampel darah,
cek laboratorium
IVFD RL
Resusitasi cairan
:
=480cc dalam 15 menit secara
IV
disability

Akral H/M/K
T/V: cukup
HR = 118
kali/menit,
regular
Uop : 35cc
per jam,
warna
kuning
jernih

D (disability)
Kesadaran: apatis
GCS : 13 (E3,V4,M6)
Pupil isokor, D 3 mm,
RC +/+

Apatis, dan
gelisah karena
kesakitan

Evaluasi

E (exposure)
fraktur (-)
Temperatur 35.50 C
oedem (-)

Hipotermia

Pemberian selimut Temperatur 36


o
C

Sens:,GCS 13 (E3M6V4), pupil: isokor,


diameter kiri 3 mm/kanan 3 mm, RC: +/+

akral: H/M/K, TD: 90/60, HR: 118x/menit, reg,


T/V: cukup, CRT: < 2 detik
airway clear, C-spine stabil, RR: 25x/menit via
nasal kanul 5l/menit, SP : vesikuler, ST: - ,
S/G/C : -/-/-, Riw. asma/sesak/batuk/alergi :
-/-/-/-, gerak leher bebas

B3
B2
B1

SECONDARY SURVEY

oedem (-), fraktur (-)

Abdomen: distensi (+), jejas


(-), peristaltik(-) nyeri tekan
(+), FLACC (8)
BAK (+) vol: 35 cc/jam, warna:
kuning jernih

B6
B5
B4

HISTORY:
A

: ALLERGIES : TIDAK DIJUMPAI

M : MEDICATIONS : TIDAK DIJUMPAI


P

: PAST ILLNESS : TIDAK DIJUMPAI

: LAST MEAL : PUKUL 08.00

E : EVENTS/ENVIRONMENT : PASIEN TERTABRAK OLEH


SEPEDA
MOTOR, KEMUDIAN TERTIMPA DI DAERAH
PERUT.

Respon sistemik terhadap kehilangan darah


pada pediatrik
Sistem

Ringan (<30%)

Sedang (30-45%)

Berat (>45%)
Bradikardia, pulsasi

Kardiovaskuler

Takikardia, pulsasi nadi


melemah, normotensi

Takikardia, pulsasi
nadi perifer tidak
teraba, hipotensi

central tidak
teraba, hipotensi,
atau tekanan darah
diastolik tidak
terukur

Sistem saraf pusat

Kulit

Urin

Apatis, Cemas, gelisah,


irritable

Akral Dingin, capillary refill


time memanjang

Menurun

Letargi, respon
terhadap nyeri

Koma

menurun
Sianosis, capillary
refill time

Pucat, dingin

memanjang
Oliguria

Anuria

Kesimpulan :
Status kehilangan darah pada pasien ini adalah ringan
Resusitasi cairan:
BB: 24kg ( (2 x usia) + 10)
= 20cc/kgbb
= 480cc (3 kali resusitasi)
Pantau hemodinamika (hemodinamika pasien menjadi stabil
setelah resusitasi selama 3 kali lalu dipindah ke ruangan operasi
untuk laporatomi).

Penanganan di
1. Pemasangan IV lineIGD
22G, threeway, pastikan lancar
IVFD Ringer Laktat 3 flash

PENANGANAN
DI
IGD
2. Inj fentanyl 36 mcg setiap 30 60 menit
3. Ambil sampel darah pemeriksaan laboratorium darah rutin,
crossmatch
4. Pasang foley catheter untuk memantau urine output
5. Pasang NGT untuk asupan nutrisi
6. Pasang monitor untuk memantau hemodinamik
7. Pemeriksaan penunjang radiologi foto thorax, foto polos
abdomen
8. Rencana operasi laporatomi
9. Rencana tindakan konsul rawat ICU
10. Informed consent & Surat Izin Anestesi

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis pemeriksaan

Hasil

Rujukan

10.9g/dl

10.815.6

11.480/mm3

4.513.5x103

33 %

3345%

511 x103

181521x103

HEMATOLOGI
Hemoglobin (HGB)
Leukosit (WBC)
Hematokrit
Trombosit (PLT)
FAAL HEMOSTASIS

PT

19.4(14.3) detik

APTT

32.8 (34.5) detik

TT

16.4 (17.5) detik

INR

1.33

GINJAL
Ureum

39 mg/dL

19-44 mg/dL

Kreatinin

0.8 mg/dL

0.701.3 mg/dL

3.1g/dL

3.5-5 g/dL

Natrium (Na)

134mEq/L

135155 mEq/L

Kalium (K)

5.0mEq/L

3.65.5 mEq/L

Klorida (Cl)

104mEq/L

96106 mEq/L

96 mg/dL

<200 mg/dL

HATI
Albumin

ELEKTROLIT

METABOLISME
KARBOHIDRAT
Glukosa Darah
(Sewaktu)

Kesan : Dalam batas normal

Pemeriksaan radiologi
Foto torax

Kesimpulan: CTR <50 %,


trachea berada di medial,
tidak tampak infiltrat pada
kedua lapangan paru, kedua
sudut kostofrenikus lancip,
tidak tampak kelainan pada
tulang dan jejas pada
hemidiaphragma.

Kesimpulan: udara bebas


terperangkap pada daerah
usus

Foto polos
abdomen 3
posisi
Diagnosis

Blunt abdominal trauma +


intra abdominal bleeding

Rencana
tindakan
selanjut

Eksplorasi laparotomy

Kesimpulan laparotomi : Tampak injuri


jejunum lalu dilakukan loop
jejunoktomi

Gambar setelah loop


jejunoktomi

Teknik anastesi
General anastesia
Pre operasi
1. Head up 30

2. Kontrol ventilasi tekanan positif dengan manual bagging O2 8


liter/menit
3. Premedikasi : Inj midazolam 2mg, Inj. Fentanyl 40 ug
4. Induksi : Inj rokuronium 12mg, inj ketamin 40 mg
5. Intubasi ETT no 4,5 + cuff, sp kanan = kiri
6. Maintenance : O2 8 liter/menit dengan manual bagging

DURANTE OPERASI
Lama operasi : 3 jam (180 menit)
TD
: 100/ 60 mmHg
HR
: 160 x/menit
SpO2 : 99 100%
Perdarahan : 90 cc (9 kain kasa) (<160 cc,
tidak perlu trasfusi )
MABL = (33-30) x (70x
24)/ 31.5
MABL = 160 cc
Cairan Durante operasi : RL 720 cc per 3 jam
(80 gtt/menit) (operasi besar : 8 - 10 cc/kgbb/jam)

Pemeriksaan fisik post


operasi

B1: Airway clear, RR: 32 x/menit via nasal kanul 5


PEMERIKSAAN
FISIK
POST
l/menitSP
: vesikuler, ST: - , S/G/C
: -/-/-,
Riw.
ORERASI
asma/sesak/batuk/alergi
: -/-/-/-,gerak leher bebas
B2: Akral: H/M/K, TD: 100/70, HR: 118x/menit, reg,
T/V: cukup, CRT: < 2 detik
B3: Sens:,GCS 15 (E4M6V5), pupil: isokor, diameter
kiri 3 mm/kanan 3 mm, RC: +/+, FLACC : 2
B4: BAK (+) vol: 60 cc/jam, warna: kuning jernih
B5: abdomen: sopel, peristaltik (+), nyeri tekan
(+), FLACC (2)
B6: oedem (-), fraktur (-)

TATALAKSANA POST OPERASI


1. Tirah baring dan debridement 3 kali sehari
2. IVFD RL 80 gtt/menit
3. Diet TPN
4. Inj fentanyl 200 mcg dalam 50 cc Nacl 0,9%
5. Inj ceftriaxone 500 mg per 8 jam
6. Rencana pemeriksaan Darah Rutin, AGDA, KGD
ad random,
Albumin, Elektrolit, HST, RFT post
operasi
7. Monitoring kesadaran, RR, HR, TD, SaO2 , UOP,
balance cairan selama di ruang ICU anak

BAB 5
DISKUSI KASUS

Teori
Definisi
Trauma tumpul abdomen
adalah semua cedera yang
terjadi akibat tekanan tumpul
dari luar, yang biasanya
berkaitan dengan kecelakaan
kendaraan bermotor, jatuh,
tumbukan dari hewan atau
benda tumpul

Kasus

Pasien ditabrak oleh sepeda


motor dari bagian belakang, Os
kemudian jatuh tengkurap dan
tertimpa di daerah perut

Etiologi
Kecelakaan kendaraan
bermotor adalah penyebab
Pasien mengalami trauma
yang paling sering
tumpul akibat kecelakaan
menyebabkan trauma abdomen kenderaan bermotor

Gejala
Gejala perdarahan di intra
peritoneal akan ditemukan
klien mengeluh nyeri dari
mulai nyeri ringan sampai
dengan nyeri hebat, nyeri
tekan dan kadang nyeri
lepas, defans muskular
(kaku otot), bising usus
menurun, dan pada klien
yang kurus akan tampak
perut membesar, dari hasil
perkusi ditemukan bunyi
pekak.

Pemeriksaan radiologi :
Foto toraks :
Foto toraks dapat membantu
dalam diagnosis cedera perut
seperti hemidiaphragma yang
pecah

Pasien mengeluhkan nyeri


di daerah perut dengan
FLACC 8 dan perut kelihatan
distensi. Pada pemeriksaan
fisik perkusi sulit dilakukan
dan peristaltik tidak
dijumpai.

Tidak ada fraktur tulang dan


jejas pada hemidiaphragma
yang menunjukkan kelainan
pada bagian perut


Foto polos abomen :
Foto abdomen menunjukkan
kemungkinan yang lebih
Foto polos abdomen pasien
tinggi pada cedera tumpul
menunjukkan adanya udara
untuk usus. Selain itu,
intraperitoneal yang bebas.
udara intraperitoneal yang
bebas atau terperangkap
yang berasal dari perforasi
duodenum dapat dilihat.
Fast (Focused Assessment
Sonograghy in Trauma)
Ultrasonografi merupakan
pemeriksaan yang cepat,
portable, non invasif, dan
akurat yang dapat dilakukan
oleh dokter ahli bedah darurat
dan trauma untuk mendeteksi
hemoperitoneum

Pada kasus ini sulit dilakukan


FAST karena pasien mengeluh
kesakitan

Tatalaksana:
Tatalaksana pasien trauma
meliputi primary survey,
secondary survey, terapi.

PRIMARY SURVEY :
AIRWAY
-Memastikan jalan napas
bebas
BREATHING
-Memasang O2 via nasal
kanul 5l/menit
CIRCULATION
-Memasang IV line 22 G
-Melakukan resusitasi cairan
segera
-Mengukur tekanan darah
-Memasang kateter urine
DISABILITY
-Menilai kesadaran dengan
A-V-P-U. Pasien dalam
keadaan apatis (GCS 13).
EXPOSURE
-Melepas pakaian
-Memeriksa jejas

SECONDARY SURVEY
B1 :airway clear, C-spine stabil,
RR: 25x/menit via nasal kanul 5
l/menit, SP : vesikuler, ST: - ,
S/G/C : -/-/-, Riw.
asma/sesak/batuk/alergi : -/-/-/-,
gerak leher bebas
B2 :akral: H/M/K, TD: 90/60, HR:
118x/menit, reg, T/V: cukup,
CRT: < 2 detik
B3 :Sens:,GCS 13 (E3M6V4),
pupil: isokor, diameter kiri 3
mm/kanan 3 mm, RC: +/+
B4 : BAK (+) vol: 35 cc/jam,
warna: kuning jernih
B5 : Abdomen: distensi (+),
jejas(-)
peristaltik (-),nyeri
tekan (+), FLACC (8)
B6 : oedem (-), fraktur (-)

Klasifikasi
perdarahan dibagi
menjadi 3 kelas
berdasarkan jumlah
perdarahan dan
kondisi klinis pasien.
(dikutip dari
guideline ATLS
pediatric trauma)

Resusitasi cairan
pada pasien
disesuaikan ATLS
trauma pediatric

Berdasarkan tabel 1
pasiendapat
digolongkan dalam
kelas perdarahan
ringan (<30%).
Resusitasi carian
diberikan
berdasarkan
guideline ATLS pada
trauma pediatric
Pasien dengan
perdarahan kelas
ringan diberi cairan
resusitasi sebanyak 480
cc secara IV dan
diberikan selama 3 kali
lalu dipantau

BAB 6
KESIMPULAN

JO, laki-laki, usia 7 tahun, datang ke IGD RSUP HAM pada


tanggal 04/06/2016 pukul 10.11 WIB dengan keluhan
nyeri di daerah perut sejak 9 jam lalu sebelum masuk
rumah sakit akibat KLL (kecelakaan lalu lintas), pasien
ditabrak oleh sepeda motor dari bagian belakang
kemudian terjatuh tengkurap dan tertimpa di daerah
perut, selanjutnya pasien langsung dibawa ke RSUP
HAM. Di IGD, pasien dilakukan primary survey, secondary
survey, dan diberi tatalaksana resusitasi sesuai dengan
guideline ATLS pediatric trauma.

Anda mungkin juga menyukai