Preeklamsia Berat
Disusun oleh :
Rifqi Alridjal
1410221014
Pembimbing :
Dr. Surya Adi Pramono Sp.OG
IDENTITAS PASIEN
Anamnesis
Riwayat Kontrasepsi
Pasien menggunakan kontrasepsi Pil selama 1 tahun, pada tahun
2011.
Riwayat Pernikahan
Pasien menikah 1x , umur pertama kali nikah usia 20 tahun denagn
umur suami 23 tahun.
Riwayat Haid
Menarche : usia 13 tahun
Siklus Menstruasi: 28 hari 3hari, teratur, lama : 3-5 hari, Volume
40-60 cc.
Keluhan saat haid : tidak ada
Hari Pertama Haid Terakhir : pasien lupa \
Riwayat Penyakit Ginekologi
Tidak ada
Riwayat Kebidanan
No
1.
2010
PKM 38
Normal
Bidan
PB Keadaan
anak
(KG
sekaran
)
g
3
Baik
2011
PKM 39
Normal
Bidan
3.1
Baik
2013
PKM 38
Normal
Bidan
3.3
Baik
Kuretase
Dokter
Tgl/tahu T4
n partus
2015
Umur
Kehamil
an
PKM 8 minggu
2015
(Saat ini)
Penolon
Tarakan)
39
minggu
JK
(RSUD
(1 Januari
2015)
5
Jenis
Persalin
an
BB
Status Psikiatri:
Tingkah laku : normo aktif
Perasaan hati : Distimik
Orientasi : orang, tempat, dan waktu baik.
Kognitif : dalam batas normal
Daya Ingat : baik
Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) :
Diabetes Mellitus (-), hipertensi (-), penyakit jantung (-),
asma (-), alergi obat atau makanan (-).
Riwayat Pemakaian Obat
Pasien telah diberikan MgSo4 4gr IV.
Nifedipin 10 mg, ( jam 14.30)
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Jenis Pemeriksaan
26-10-2015
27-10-2015
Nilai Rujukan
Hematologi Rutin
Hemoglobin
10,9*
12-16 g/dL
Hematokrit
34*
37-47%
Eritrosit
4.7*
Leukosit
7140*
4800-10.800 /uL
305000
150.000-400.000/uL
Trombosit
MCV
73
80-96 fL
MCH
23
27-32 pg
MCHC
32
32-36 g/dL
Pemeriksaan Penunjang
Kimia Klinik
SGOT
37*
<37 U/L
SGPT
112
20
<40 U/L
Kreatinin
1,7
0,8
0,5-1,5 mg/dL
Ureum
151
10*
20-50 mg/dL
GDS
4,5
103
<140 mg/dL
Natrium
142
135-147 mmol/L
Kalium
4.1
3.5-5.0 mmol/L
107*
95-105 mmol/L
PT
8.9*
10.2-12.2 detik
APTT
29.8
29.0-40.2 detik
Klorida (Cl)
Koagulasi
Pemeriksaan Fisik
Imunoserologi
HbSAg (Rapid)
Non reaktif
Non reaktif
Agak keruh
jernih
pH
6.5
4.6-8.0
Protein
+1
Negative
Glukosa
Negative
Negative
Bilirubin
Negative
Negative
Keton
+1
Negative
Epitel
+1
Negatif
Urinalisis
Kejernihan
Pemeriksaan Fisik
RESUME
Subjective
wanita 26 tahun dengan keluhan pusing
dan tegang 1 SMRS disertai dengan mulasmulas, saat ini pasien sedang hamil anak ke5.
pada umur kehamilan 39 minggu karena
keluhan pusing, tegang leher belakang dan
mulas, pasien ke bidan setempat dan
didapatkan tekanan darah 168/110 mmHg
dan diputuskan untuk dirujuk ke RSPAD.
RESUME
Objective
Didapatkan pada pemeriksaan fisik
tanda tanda vital yaitu tekanan darah
140/98 mmHg, nadi 80x/menit, laju nafas
20 x/menit, dan suhu 36,7o C. Status
generalisdalam batas normal.
Inspeksi : Perut membuncit sesuai
kehamilan, terdapat striae gravidarum,
linea nigra tidak ada, vulva/uretra tenang,
perdarahan pervaginan tidak ada.
RESUME
Objective
Palpasi : L1: TFU : 31 cm, pada fundus
uteri teraba bagian lunak (bokong) LII: Pada
perut bagian kanan teraba lebar seperti papan
(punggung)
dan perut bagian kiri terasa
bagian
kecil-kecil(ekstremitas)
LIII:
Bagian
terbawah janin teraba besar, bulat dank eras
(kepala) LIV: Kepala Janin sudah masuk PAP 4/5
RESUME
Objective
laboratorium darah, kimia klinik dan
urinalisa didapatkan hemoglobin 10,9 g/dL,
hematocrit 34 %, eritrosit 4,7 juta/uL,
leukosit 7140/uL, ureum 10 mg/dL, kreatinin
0,8 mg/dL, natrium (Na) 142 mmol/L,kalium
(K) 4,1 klorida (Cl) 107 mmol/L, protein urin
+1, aseton +1.
RESUME
Objective
laboratorium darah, kimia klinik dan
urinalisa didapatkan hemoglobin 10,9 g/dL,
hematocrit 34 %, eritrosit 4,7 juta/uL,
leukosit 7140/uL, ureum 10 mg/dL, kreatinin
0,8 mg/dL, natrium (Na) 142 mmol/L,kalium
(K) 4,1 klorida (Cl) 107 mmol/L, protein urin
+1, aseton +1.
Diagnosis ibu:
Persalinan Kala 1 aktif G5P3A1 Hamil 39
minggu dengan Preklamsia Berat.
Diagnosis janin:
Janin presentasi kepala tunggal hidup,
intrauterine.
Planning :
Diagnostik:
Monitor TTV, HIS dan DJJ/jam
Cek DPL, UL, PT/APTT, Ureum, Creatin,
albumin, LDH, elektrolit
Bed rest
Edukasi ASI dan KB
Terapi:
Ringer laktat (IV)
MgSo4 4gr 40% loading dose
dilanjutkan maintenance dengan
MgSo4 1gr/jam
Nifedipin 10 mg dilanjutkan
maintenance adalat oros 1x30 mg
(PO)
Vit C 2x400 mg (PO)
NAC 3x600 mg (PO)
Akselerasi oksitosin 5 IU dalam RL 500
cc mulai dengan 8 tpm hingg HIS
adekuat.
Monitoring
Monitor TTV, HIS dan DJJ/jam
PROGNOSIS
Ad Vitam
Ad Functionam
Ad Sanationam
: Dubia
: Dubia
: Dubia
FOLLOW UP
Subjective
Objective
Assesment
11-November2015 (18.45)
KU/Kesadaran :
Baik/compos mentis
TTV
: TD : 140/90
mmHg
RR :
20x/menit
Nadi
: 88x/menit
S : 36,2C
Stt. Generalis : dalam
batas normal
Stt. Obstetri
: His 4x
1035, DJJ 150 dpm
Inspeksi V/U tenang
Vaginal touch :
pembukaan 9 cm,
ketuban (-), kepala
Hodge III, ubun-ubun
kecil anterior.
Ibu ingin
mengejan
gerakan janin
aktif
demam (-),
mual (-)
muntah (-)
pusing (-)
Planning
FOLLOW UP
Subjective
11-November2015 (18.50)
Lahir spontan
bayi
Objective
FOLLOW UP
Subjective
13-November2015 (06.00)
Objective
KU/Kesadaran :
Baik/compos mentis
TTV
: TD : 130/80
mmHg
RR :
tidak ada nyeri
20x/menit
kepala,
Nadi
: 82x/menit
pandangan
S : 36,2C
kabur, mual
Stt. Generalis : dalam
muntah dan nyeri batas normal
perut disangkal. Stt. Obstetri
:
Sudah BAB dan
Inspeksi : TFU 3 jari
BAK.
dibawah pusat,
kontraksi baik, V/U
demam (-),
tenang
mual (-)
muntah (-)
pusing (-)
Assesment
P4A1 post
partum
spontan
nifas hari
ke 2
denagn
PEB
tekanan
darah
terkontrol
Planning
Preeklamsi
(PENDAHULUAN)
Preeklampsia merupakan penyakit dalam
kehamilan yang ditandai dengan gejala
hipertensi, edema dan proteinuria.
Eklampsia merupakan kegawat-daruratan
obstetri
yang
morbiditas
dan
mortalitasnya tinggi bagi ibu dan bayinya.
Insidens preeklampsia adalah 7-10 % dari
kehamilan dan merupakan penyebab
kematian ibu nomor dua di Indonesia.
Preeklamsi
(PENDAHULUAN)
Preeklampsia
juga
dapat
menyebabkan
gangguan
pertumbuhan janin dan kematian
janin dalam kandungan.
DEFINISI
Preeklampsia (PE) merupakan kumpulan gejala atau
sindroma yang mengenai wanita hamil dengan usia
kehamilan di atas 20 minggu dengan tanda utama
berupa adanya hipertensi dan proteinuria.
Preeklampsia adalah sindrom spesifik kehamilan
berupa berkurangnya
perfusi organ akibat
vasospasme dan aktivasi endotel (Cunningham,
2005).
Preeklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah
20 minggu kehamilan disertai proteinuria.
HT kronik +
HT Gestasional =
Penjelasan Tambahan
Hipertensi adalah tekanan darahsistolik dan diastolic 140/90
mmHg. Pengkuran tekanan darah sekurang-kurangnya 2 kali
selang 4 jam.
Proteinuria ialah adanya 300 mg protein dalam urin 24 jam
atau sama dengan 1+ dipstick.
Edema, dahulu edema tungkai, dipakai sebagai tanda-tanda
preeclampsia, tetapi sekarang edema tungkai tidak dipakai
lagi, kecuali edema anasarka. Bila didapatkan edema
generelisata, atau kenaikan berat badan >0,57 kg/minggu.
Primigravida yang mempunyai kenaikan berat badan rendah,
yaitu <0,34 kg/minggu menurunkan risiko hipertensi, tetapi
meningkatkan BBLR.
FAKTOR RISIKO
Primigravida, primipaternitas
Hiperplasentosis : mola hidatidosa, gemelli, DM,
hidrops fetalis, makrosomia
PATOFISIOLOGI
E/ belum diketahui dengan jelas, teori-teori :
Kelainan vaskularisasi plasenta
Iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi
endotel
Intoleransi imunologik ibu dan janin
Adaptasi kardiovaskular genetik
Defisiensi gizi
Inflamasi
Abnormal angiogenesis, terutama
ketidakseimbangan nisbah sFlt-1:PLGF*
*) Levine RJ et al.Urinary placental growth factor and risk of preeclampsia. JAMA 2005;293:77
permeabilitas kapiler
produksi vasopresor (endotelin) : Kadar
NO (vasodilator) < endotelin
faktor koagulasi
HLA-G :
HLA-G :
Teori Adaptasi
Kardiovaskular
Hamil normal : pembuluh darah
refrakter thd vasopresor krn
dilindungi oleh prostasiklin
HDK kepekaan terhadap
vasopresor (sudah terjadi pd
kehamilan trimester 1)
Teori Genetik
Faktor keturunan dan familial dgn
model gen tunggal
Genotip ibu lebih menentukan
terjadinya HDK secara familial
dibandingkan genotip janin
Ibu dengan PE : 26% anak wanita
mengalami PE; hanya 8% anak
menantu mengalami PE
http://www.medscape.com/viewarticle/408837_
Preeklamsi
(PENDAHULUAN)
Preeklampsia
juga
dapat
menyebabkan
gangguan
pertumbuhan janin dan kematian
janin dalam kandungan.
DEFINISI FRAKTUR
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang,
tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis baik bersifat total ataupun
parsial yang umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan,
sering diikuti oleh kerusakan jaringan lunak dengan berbagai
macam derajat, mengenai pembuluh darah, otot dan persarafan.
PENYEBAB FRAKTUR
Tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai
kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur
dapat terjadi akibat:
1. Peristiwa Trauma
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang
tiba-tiba dan berlebihan, yang dapat berupa pemukulan,
penghancuran, penekukan, pemuntiran, atau penarikan. Bila
terkena kekuatan langsung, tulang dapat patah pada tempat
yang terkena, jaringan lunaknya juga pasti rusak. Bila
terkena kekuatan tak langsung, tulang dapat mengalami
fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena
kekuatan itu, kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur
mungkin tidak ada.
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan
ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal dan perubahan warna yang dijelaskan
secara rinci sebagai berikut:
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.
Pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan tungkai menyebabkan deformitas
(terlihat maupun teraba) ekstremitas yang bisa diketahui dengan membandingkannya
dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena
fungsi normal otot tergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot.
Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi
otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur.
Teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara
fragmen satu dengan lainnya.
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi setelah
beberapa jam atau hari setelah cedera.
DIAGNOSIS
1. Anamnasesis
Penderita biasanya datang dengan suatu
trauma (traumatic fracture), baik yang
hebat maupun trauma ringan dan diikuti
dengan
ketidakmampuan
untuk
menggunakan anggota gerak.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:
Syok, anemia atau perdarahan
Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang
belakang atau organ-organ dalam rongga toraks, panggul dan abdomen
Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis
Pada pemeriksaan fisik dilakukan:
1) Look (Inspeksi)
) Deformitas: angulasi (medial, lateral, posterior atau anterior),
diskrepensi (rotasi,perpendekan atau perpanjangan).
) Bengkak atau kebiruan.
) Fungsio laesa (hilangnya fungsi gerak).
) Pembengkakan, memar dan deformitas mungkin terlihat jelas, tetapi hal
yang penting adalah apakah kulit itu utuh. Kalau kulit robek dan luka
memiliki hubungan dengan fraktur, cedera itu terbuka (compound).
2) Feel (palpasi)
Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya mengeluh
sangat nyeri.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
Temperatur setempat yang meningkat
Nyeri tekan; nyeri tekan yang superfisisal biasanya disebabkan oleh
kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang.
Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara hatihati.
Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri radialis,
arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota gerak yang
terkena. Refilling (pengisian) arteri pada kuku.
Cedera pembuluh darah adalah keadaan darurat yang memerlukan
pembedahan.
3) Move (pergerakan)
Nyeri bila digerakan, baik gerakan aktif maupun pasif.
Gerakan yang tidak normal yaitu gerakan yang terjadi tidak pada sendinya.
Pada penderita dengan fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat
sehingga uji pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu juga
dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh
darah dan saraf.
Pemeriksaan Penunjang
Sinar X
Dengan pemeriksaan klinik kita sudah
dapat
mencurigai
adanya
fraktur.
Walaupun demikian pemeriksaan radiologis
diperlukan untuk menentukan keadaan,
lokasi serta eksistensi fraktur.
Dua pandangan
Fraktur atau dislokasi
mungkin tidak
terlihat pada film
sinar-X tunggal dan
sekurang-kurangnya
harus dilakukan 2
sudut pandang (AP &
Lateral/Oblique).
Dua cedera
Kekuatan yang hebat
sering menyebabkan
cedera pada lebih
dari 1 tingkat. Karena
itu bila ada fraktur
pada kalkaneus atau
femur perlu juga
diambil foto sinar-X
pada pelvis dan
tulang belakang.
Dua sendi
Pada lengan bawah
atau kaki, satu tulang
dapat mengalami
fraktur atau angulasi.
Tetapi angulasi tidak
mungkin terjadi
kecuali kalau tulang
yang lain juga patah,
atau suatu sendi
mengalami dislokasi.
Sendi-sendi diatas
dan di bawah fraktur
keduanya harus
disertakan dalam foto
sinar-X.
Dua tungkai
Pada sinar-X epifise
dapat mengacaukan
diagnosis fraktur.
Foto pada tungkai
yang tidak cedera
akan bermanfaat.
Dua kesempatan
Segera setelah
cedera, suatu fraktur
mungkin sulit dilihat,
kalau ragu-ragu,
sebagai akibat
resorbsi tulang,
pemeriksaan lebih
jauh 10-14 hari
kemudian dapat
memudahkan
diagnosis.
TATALAKSANA
Sebelum mengambil keputusan untuk melakukan pengobatan definitif,
prinsip pengobatan fraktur ada empat (4R), yaitu:
1. Recognition : diagnosis dan penilaian fraktur
Mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anamnesis,
pemeriksaan klinik dan radiologis. Pada awal pengobatan perlu diperhatikan:
Lokalisasi fraktur
Bentuk fraktur
Menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan
Komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan
2. Reduction atau Reposisi : reduksi fraktur apabila perlu
Restorasi fragmen fraktur untuk mendapatkan posisi yang dapat diterima
atau mengembalikan fragmen ke posisi anatomi
Posisi yang baik adalah :
Alignment yang sempurna
Aposisi yang sempurna
3. Retention / Retain
Imobilisasi fraktur
4. Rehabilitation
Mengembalikan
aktifitas
mungkin.
fungsional
semaksimal
Adapun jenis-jenis
operasi yang
dilakukan pada
fraktur tibia
diantaranya adalah
sebagai berikut:
Operatif
Ring
Fixators
Fiksasi Eksternal
Intramedullary
Nailing
Cara
ini
baik
digunakan
pada
fraktur
displaced,
baik
pada
fraktur
terbuka
atau
tertutup.
Keuntungan
cara ini adalah
mudah
untuk
meluruskan
tulang
yang
cidera
dan
menghindarkan
trauma
pada
jaringan lunak.
KOMPLIKASI
1) Infeksi
Infeksi dapat terjadi karena penolakan tubuh
terhadap implant berupa internal fiksasi yang
dipasang pada tubuh pasien. Infeksi juga dapat
terjadi karena luka yang tidak steril.
2) Delayed union
Delayed union adalah suatu kondisi dimana terjadi
penyambungan tulang tetapi terhambat yang
disebabkan oleh adanya infeksi dan tidak
tercukupinya peredaran darah ke fragmen.
4) Non union
Non union merupakan kegagalan suatu fraktur untuk menyatu
setelah 5 bulan mungkin disebabkan oleh faktor seperti usia,
kesehatan umum dan pergerakan pada tempat fraktur.
5) Avaskuler Nekrosis
Avaskuler nekrosis adalah kerusakan tulang yang diakibatkan
adanya defisiensi suplaI darah.
6). Kompartemen Sindrom
Kompartemen sindrom merupakan suatu kondisi dimana terjadi
penekanan terhadap saraf, pembuluh darah dan otot didalam
kompartemen osteofasial yang tertutup peningkatan
tekanan interstisial, kurangnya oksigen dari penekanan pembuluh
darah, dan diikuti dengan kematian jaringan.
7) Mal union
Terjadi penyambungan tulang tetapi menyambung dengan tidak
benar seperti adanya angulasi, pemendekan, deformitas atau
kecacatan.
PEMBAHASAN
Mekanisme Terjadinya Trauma:
Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan radiologi
didapatkan bahwa pasien Tn. S mengalami non union fraktur komplit tibia et
fibula 1/3 medial sinistra tertutup. Mekanisme terjadinya fraktur pada pasien
tersebut adalah sebagai berikut :
Periosteum yang
teregang
menyebabkan
n.periostral
teregang
Nyeri
pada
daerah
fraktur
TATALAKSANA
MEDIKAMENTOSA
Ketorolak
Simextam
Obat ini mengandung cefoperazone Na 500 mg, sulbaktam Na 500
mg. Indikasi simextam yaitu infeksi saluran pernafasan bagian atas
dan bawah, ISK, peritonitis, kolesistitis, kolangitis, infeksi intra
abdomen lainnya, infeksi kulit dan jaringan lunak.
Bioquinone
TERIMAKASIH
DAFTAR PUSTAKA