Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

IMPETIGO BULLOSA DENGAN


DIABETES MELLITUS

Kristiana Natalian 1 , Suswardana 2


1 Koas Fk Trisakti Bagian kulit RSAL Dr. Mintohardjo
2 Kepala Departemen Ilmu Kulit Kelamin RSAL Dr. Mintohardjo
3 Kepala Departemen KUTEMA RSAL Dr.Mintohardjo

Abstrak
impetigo: nfeksi kulit pada daerah epidermis superficial yang disebabkan oleh
Staphylococcus aureus atau Streptococcus -hemolitikus
Faktor predisposisi: anak anak usia 2 -5 tahun. higinietas buruk, serta kondisi dimana
daya tahan tubuh menurun, contohnya karena diabetes mellitus.
Impetigo bulosa ditandai dengan adanya eritema, vesikel atau bula kendor berisi
cairan jernih, atau bula yang berisi pus.
Meningkatkan higienitas dan pemberian antibiotik topikal maupun oral merupakan
pilihan terapi. Selain itu, pasien harus mengkontrol kadar gula darah rutin agar dapat
mempermudah penyembuhan luka.
1

Pendahuluan
Impetigo: penyakit infeksi
kulit pada daerah epidermis
superficial.

Pada umumnya, impetigo


bulosa disebabkan oleh
infeksi Staphylococcus
aureus sedangkan impetigo
non bulosa biasanya
disebabkan oleh
Streptococcus hemolitikus.

Faktor predisposisi:
lingkungan yang padat,
higinietas yang buruk, daya
tahan tubuh menurun

Diabetes Mellitus seringkali


dikaitkan dengan
meningkatnya berbagai
macam infeksi.
2

Laporan Kasus
wanita, 60 tahun mengeluh gatal pada
tubuh sejak 6 hari yang lalu.

6 hari yang lalu


Keluhan
muncul lagi

Gatal, timbul
kemerahan
pada kulit.
Kemudian
timbul lepuh
berisi cairan

Lepuh pernah pecah


dan mengeluarkan
nanah. Pasien belum
berobat dan hanya
menggunakan bedal
salisil.

2 bulan yang lalu


Mengeluh adanya
bercak kulit
kemerahan gatal,
disertai lepuh sudah
berobat dan membaik

Didalam keluarga tidak ada yang memiliki


keluhan kulit seperti pasien
Riwayat alergi disangkal
Riwayat DM sejak 5 tahun, menggunakan
insulin.

Pemeriksaan fisik
Tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
HR : 70 kali / menit
RR : 18 kali/ menit
suhu : 36,6 0C
Pemeriksaan fisik: multiple bula di daerah trunkus anterior

disertai dengan adanya pustul dan krusta serta makula


hiperpigmentasi di daerah axilla dan lipat paha.

Status Lokalis

Tampak adanya multiple bula disertai


dengan adanya pustul dan krusta (pada
gambar pasien memakai bedak herocyn)
serta makula hiperpigmentasi di daerah
axilla.

Tampak makula hiperpigmentasi pada luka


yang sudah mengering dan pecah,
ditemukan juga pada sebagian lesi tampak
bula hipopion dengan krusta dan skuama..

Pemeriksaa
n Penunjang

Diagnosis

, Pewarnaan sederhana
dengan pewarnaan
gram

Kultur dan tes


resistensi

Impetigo bullosa

Terapi
8

PEMBAHASAN

bercak kulit kemerahan


dan juga gatal sejak 2
tahun yang lalu, tetapi
keluhan saat ini terjadi
1 minggu SMRS.
Keluhan gatal >> bila
pasien berkeringat.

Keluhan : kronis dan berulang


infeksi jamur ???
bertambah gatal bila berkeringat
mendukung hipotesis
Dalam kondisi berkeringat Lembab
pertumbuhan jamur akan semakin
meningkat

10

Riw. Pengobatan :
salep 88 (+),
keluhan kembali
lagi

Tidak mengobati
penyebab
keluhan kembali

Kondisi lingkungan
rumah pasien
kurang bersih dan
lembab.

lingkungan yang
kondusif bagi
perkembangbiakan
jamur.

terapi
kortikosteroid
berupa
deksametason
selama
perwawatan.

Faktor predisposisi
(+) imunitas
<<<
11

Secara teori, Faktor predisposisi kandidiasis secara umum meliputi:


faktor mekanik : trauma, oklusi lokal, kelembapan, maserasi, bebat oklusif
faktor nutrisi : malnutrisi
Faktor perubahan fisiologis : umur ekstrim
faktor penyakit sistemik : sindroma Down
penyakit endokrin : diabetes melitus
imunodefisiensi, dan faktor iatrogenik yaitu penggunaan kateter dan jalur intravena,
radiasi X-ray, obat-obatan (glukokortikoid, agen imunosupresif, antibiotik)

12

Infeksi oportunistik : kerusakan


barier epitel atau penurunan
imunitas pejamu,

Selanjutnya kandida mengeluarkan


zat keratinolitik (fosfolipase), yang
menghidrolisis fosfolipid membran
sel epitel.

Bentuk pseudohifa kandida juga


mempermudah invasi jamur ke
jaringan, kemudian di dalam
jaringan kandida mengeluarkan
faktor kemotatik neutrofil yang akan
menimbulkan reaksi radang akut.

Patogenesitas penyakit dan


mekanisme pertahanan pejamu
terhadap kandida belum
sepenuhnya dimengerti, namun
pada dasarnya terjadinya kandidasis
meliputi mekanisme non imunologik
dan mekanisme imunologik baik
imunitas selular ataupun humoral.

Mekanisme imunitas seluler dan


humoral tahap pertama timbulnya
kandidiasis kulit dan mukosa adalah
menempelnya kandida pada sel
epitel disebabkan adanya interaksi
antara glikoprotein permukaan
kandida dengan sel epitel.

Lapisan luar kandida yang


mengandung manno protein,
bersifat antigenik sehingga akan
mengaktivasi komplemen dan
merangsang terbentuknya
immunoglobulin.

Interaksi kandida dan flora normal


kulit lainnya mengakibatkan
persaingan dalam mendapatkan
nutrisi seperti glukosa.

Peran antibodi sebagai mekanisme


pertahanan tubuh pejamu belum
jelas. Imunogobulin akan
membentuk kompleks antigenantibodi di permukaan sel kandida,
yang dapat melindungi kandida dari
imunitas pejamu. Kandida juga
mengeluarkan zat toksis terhadap
neutrofil dan fagosit lainnya

Mekanisme non imunologik :


interaksi flora normal kulit/mukosa,
fungsi pertahanan stratum korneum,
proses deskuamasi, fungsi
fagositosis, dan adanya lipid
permukaan kulit yang menghambat
pertumbuhan kandida.

13

Patogenesis Candida albican

14

Status Lokalis
pada regio payudara sebelah
kanan: makula eritema
multiple, berbentuk lonjong,
dengan batas tegas, disertai
adanya skuama dan pustul
disekitarnya.

Kesimpuan : Gambaran
kandidiasis
intertriginosa

Kandidiasis intertriginosa
Predileksi di lipatan lipatan
kulit karena tempat tersebut
hangat.
Lesi kulit tampak bercak
eritematosa batas tegas,
bersisik, basah, dikelilingi
oleh lesi satelit berupa papul,
vesikel, dan pustul kecil
disekitarnya.

15

Pemeriksaan Penunjang
penurunan jumlah limfosit , rapid
test anti - Hiv negatif.

pemberian kortikosteroid, karena


salah satu efek pemberian
kortikosteroid yaitu menurunkan
jumlah limfosit, ini juga.

Selain itu hal ini juga


menyingkirkan kemungkinan
adanya infeksi HIV pada pasien
yang menyebabkan sistem imun
pasien turun.

16

Terapi
Diberikan krim mikonazol 2 kali sehari.
Golongan antijamur topikal yang digunakan pada kandidiasis antara lain: imidazol
dan poliene.

17

18

Kesimpulan
Diagnosis : kandidiasis intertriginosa anamnesis + pemeriksaan fisik.
Faktor risiko pada pasien : faktor lingkungan + Steroid.
Terapi pada kasus ini yaitu diberikan krim mikonazol 2 kali sehari.

19

Daftar Pustaka
Kundu RV, Garg A. Yeast infections: candidiasis, tinea (pityriasis) versicolor, and Malassezia
(Pityrosporum) folliculitis. In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K,
editors. Fitzpatrick's dermatology in general th medicine. 8 ed. New York: The McGraw-Hill
Companies; 2008. p. 2298-311
Vazquez JA, Sobel JD. Candidiasis. In: Kauffman CA, Pappas PG, Sobel JD, Dismukes WE, editors.
nd Essential of clinical mycology. 2 ed. New York: Springer Science-Business Media; 2011. p.167206
Scheinfeld, Noah S. Candidiasis cutaneous. 2008 . available at : www.emedicine.com. Accessed
on :Feb 20 2016
Wolff K, Johnson RA, Suurmond D, editors. Fungal infection of the skin and hair. In: Fitspatrick's
the color atlas and synopsis of clinical dermatology. th 6 ed. New York: McGraw-Hill's Access
Medicine; 2009. p. 718-31.
Weeks J, Moser SA, Elewski. Superficial cutaneous fungal infections. In: Dismukes WE, Pappas
PG, Sobel JD, editors. Clinical mycology. New York: Oxford University Press; 2003. p. 367-89
20

Daftar Pustaka
Ervianti E. Etiologi dan patogenesis dermatomikosis superfisialis. Dalam: Simposium
penatalaksanaan dermatomikosis superfisial masa kini. Surabaya: Airlangga
University Press; 2002.p.10-3
Naglik JR, Challacombe SJ, Hube B. Candida albicans secreted aspartyl proteinases
in virulence and pathogenesis. Microbiol Mol Biol Rev 2003; 67(3): 407
High WA, Fitzpatrick JE. Topical antifungal agents. In: Goldsmith LA, Katz SI,
Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K, editors. Fitzpatrick's th dermatology in
general medicine. 8 ed. New York: The McGraw-Hill Companies; 2008.p. 2677-84
Berth-Jones J. Topical therapy. In: Burns T Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Rook's
text-book th of dermatology. 8 ed. London: Blackwell Publishing; 2010. p. 7312-3

21

Terima Kasih

22

Anda mungkin juga menyukai