Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS MULTI

KRITERIA
(AMK)
MODIFIKASI AHP

ALTERNATIF TRASE HIGHWAY LINTIM ACEH

Alternatif 1
Peningkatan kapasitas pelayanan jalan eksisting dalam hal
ini jalan lintas timur Provinsi Aceh dengan memperbaiki
geometrik dan perkerasan jalan serta pelebaran jalan
menjadi 4/2D.

Keuntungan dari alternatif ini adalah trase jalan sudah ada


sedangkan permasalahan yang akan dihadapi adalah
perihal pembebasan tanah untuk pelebaran terutama di
daerah perkotaan serta tingginya hambatan samping
highway di daerah perkotaan dan permukiman, dimana
nantinya sulit untuk membatasi penduduk menyeberang di
highway.

ALTERNATIF TRASE HIGHWAY


Alternatif 2
Pembangunan baru highway lintas timur Aceh dengan
membuat akses ke ruas jalan eksisting terutama ke
daerah-daerah yang bangkitan/ tarikannya tinggi.

Keuntungan alternatif ini adalah biaya pembebasan


lahan rendah karena trase highway akan di buat di
atas tanah yang tidak ataupun kurang produktif
selama ini. Sedangkan permasalahan yang akan
dihadapi adalah penentuan trase.

ALTERNATIF TRASE HIGHWAY


Alternatif 3
Gabungan alternatif 1 dan 2, yakni peningkatan
pelayanan jalan eksisting di beberapa ruas jalan
berupa perbaikan geometrik dan perkerasan jalan
serta pelebaran jalan menjadi 4/2D serta
pembangunan jalan baru di ruas jalan yang tidak
memungkinkan untuk dilakukan pelebaran.

Analisis Multi Kriteria (AMK)


Dalam penentuan alternatif dengan analisis
Multi Kriteria Analisis (MCA = Multi Criteria
Analysis) atau Analisis Multi Kriteri (AMK),
di mana persepsi stakeholders menjadi
pegangan dalam mengambil keputusan
dan prioritas dalam penanganan jalan. MCA
memiliki sejumlah kelebihan jika
dibandingkan dengan proses pengambilan
keputusan informal (informal judgement)
yang saat ini umum digunakan

Keuntungan tersebut antara lain:


1. Proses pengambilan keputusan dilakukan secara
terbuka bagi semua pihak berkepentingan,
2. Variabel dan kriteria analisis yang digunakan dapat
lebih luas, baik yang kuantitatif maupun yang
kualitatif,
3. Pemilihan variabel tujuan dan kriteria terbuka untuk
dianalisis dan diubah jika dianggap tidak sesuai,
4. Nilai dan bobot ditentukan secara terbuka sesuai
dengan persepsi pihak terkait yang dilibatkan
(stakeholders),
5. Memberikan arti lebih terhadap proses komunikasi
dalam pengambilan keputusan, diantara para
penentu kebijakan, dan dalam hal tertentu dengan
masyarakat luas.

Secara umum proses yang harus dilalui dalam


MCA untuk aplikasi dalam pembangunan
highway lintas timur Aceh terdiri dari:
Penyusunan alternatif usulan trase highway,
Penyusunan kriteria pemilihan trase highway,
Analisis prioritas trase highway.
Analisis Multi Kriteria (Multi Criteria Analysis)
merupakan alternatif teknik yang mampu
menggabungkan sejumlah kriteria dengan
besaran yang berbeda (multi-variable) dan
dalam persepsi pihak terkait yang bermacammacam (multi-facet).

Bagan alir analisis multi


kriteria

Tahapan pengerjaan analisis AMK


1. Indikasi jumlah alternatif yang akan diperiksa,
2. Dominansi suatu alternatif terhadap alternatif lainnya,
terjadi ketika kinerja suatu alternatif sama/lebih baik
untuk semua kriteria terhadap alternatif lainnya,
3. Pembobotan, dilakukan dengan matrix Pair Wise
Comparison,
4. Skoring kinerja tiap alternatif dengan memberikan
penilaian terukur terhadap variabel kriteria secara
kualitatif ataupun kuantitatif,
5. Mengalikan bobot setiap kriteria dengan skore kinerja
alternatif pada kriteria tersebut,
6. Menjumlahkan nilai setiap kriteria sehingga didapat nilai
total suatu alternatif,
7. Merangking nilai tersebut sehingga didapat prioritas
trase highway.

Bobot Kriteria
Pembobotan kriteria dilakukan atas persepsi responden wakil
stakeholders yang diwawancarai. Adapun proses
pembobotan untuk mendapatkan bobot kepentingan setiap
kriteria secara umum dilakukan dengan metodologi sebagai
berikut:
1. Membuat matriks perbandingan berpasangan (pair wise
comparison matrix) untuk setiap responden untuk
mendapatkan bobot kriteria dari setiap responden,
2. Membuat rata-rata bobot untuk setiap kelompok
stakeholdes,
3. Membuat rata-rata bobot untuk seluruh stakeholders dari
hasil rata-rata setiap kelompok yang dibuat pada butir (2).

Konsistensi Pembobotan
Konsistensi jawaban atau pembobotan setiap responden harus
diperiksa untuk menjaga kualitas model secara keseluruhan.
Dalam AHP tingkat konsistensi ini dinyatakan dengan besaran
indeks konsistensi (CI). Adapun penghitungan indeks konsistensi
dilakukan dengan persamaan :
CI = ( maks n)/(n-1)
maks = (Win*Wn)/n

Dimana:
maks
= eigenvalue maksimum,
n = ukuran matriks,
Win = nilai perbandingan antar kriteria i terhadap kriteria n,
Wn = tingkat kepentingan kriteria n.

Nilai Rasio Konsistensi (CR)


Penetapan suatu matriks dianggap konsisten jika nilai
Rasio Konsistensi (CR) lebih kecil atau sama dengan
0,1. Rasio konsistensi dihitung dengan persamaan
berikut :
CR = CI/RI.
Dalam hal ini RI adalah indeks random yang nilainya
ditentukan berdasarkan hasil perhitungan yang
dilakukan oleh Saaty dengan menggunakan 500
sampel, dimana jika judgement numeric diambil
secara acak dari skala 1/9, 1/8, , 1, 2, , 9 akan
diperoleh rata-rata konsistensi untuk matriks dengan
ukuran yang berbeda.

Nilai Indeks Random


Sumber : Saaty (1994)

Ukuran
Matriks
Indeks
Random

1,2

10

11

12

13

14

15

0.58

0.9

1.12

1.24

1.32

1.41

1.45

0.58

0.9

1.12

1.24

Skoring Kriteria
Setelah bobot kriteria diketahui pada proses di
bagian sebelumnya, maka dilakukan proses
skoring untuk setiap kriteria pada setiap ruas
jalan. Penilaian kinerja atau skoring terhadap
variabel kriteria umumnya dilakukan dalam skala
penilaian antara 1 10.
Skor atau nilai tertinggi, yakni 10 diberikan untuk
alternatif atau ruas jalan yang kinerjanya terbaik
dalam memenuhi tujuan dari setiap variabel yang
mewakili setiap kriteria dalam penentuan prioritas
penanganan jalan provinsi/nasional.

Proses penilaian kinerja dilakukan


dengan mekanisme sbb:
Menentukan nilai kuantitatif ataupun kualitatif
dari setiap variabel kriteria yang digunakan,
melakukan proses skoring (scoring) dari
masing-masing variabel kriteria, sesuai skala
penilaian yang digunakan.

Untuk variabel kriteria yang terukur secara


kuantitatif, proses skoring dilakukan dengan
metoda proporsional sebagai perbandingan
langsung dari nilai variabel kriteria yang
ditampilkan oleh setiap usulan.

Adapun proses skoring untuk variabel kriteria yang


terukur secara kuantitatif dilakukan sebagai berikut:
1. Usulan dengan angka variabel yang terbaik dari suatu
kriteria diberi skor maksimum, yakni 10.
2. Skor untuk alternatif lain (yang lebih rendah) dihitung
sebagai proporsi terhadap variabel pada alternatif
dengan variabel terbaik menggunakan formulasi berikut:

. Untuk variabel terbaik adalah angka tertinggi:


Skor kriteria X = (Nilai variabel X)/(Nilai variabel terbaik) * 10

. Untuk variabel terbaik adalah angka terendah:


Skor kriteria X = (Nilai variabel terbaik)/(Nilai variabel X)* 10

Untuk kriteria yang terukur secara kualitatif proses skoring


dilakukan dengan memberikan nilai yang besarnya
mencerminkan kualitas pemenuhan kriteria seperti yang
disampaikan pada Gambar.

Skala Penilaian Kinerja Usulan untuk Variabel Kualitatif

Pembentukan Matriks Kinerja Alternatif


Matriks Kinerja (Performance Matrix) merupakan representasi
dari tingkat pemenuhan kriteria dari suatu alternatif yang
merupakan hasil perkalian dari skor alternatif terhadap variabel
kriteria dengan besarnya bobot kinerja
Kriteria 1

Kriteria 2

Kriteria j

KINERJA

Alternatif 1

S11*W1

S12*W2

S1j*Wj

P1

Alternatif 2

S21*W1

S22*W2

S2j*Wj

P2

Alternatif i

Si1*W1

Si2*W2

Sij*Wj

Pi

Prioritas untuk setiap alternatif


Prioritas untuk setiap alternatif ditentukan oleh
besarnya nilai kinerja alternatif (Pi), dimana
alternatif yang menunjukkan nilai Pi yang lebih
besar akan lebih diprioritaskan. Alternatif yang
dimaksud dalam tabel tersebut di atas dalam
kajian ini adalah ruas jalan yang ditinjau.

kinerja alternatif 1

(100+100+60+100)/400
*10)

kinerja alternatif 2

kinerja alternatif 3

TerimA
kasiH

Anda mungkin juga menyukai