Anda di halaman 1dari 37

Emergensi

Pembimbing:
Dr.Yeppy A.N, Sp.B,FINaCS, MM

Penyusun:
Ariane N. Rahmadhani

Pendahuluan
Gawat darurat adalah suatu keadaan bila
tidak dilakukan tindakan segera dapat
mengakibatkan seseorang kehilangan organ /
anggota tubuhnya atau dapat mengancam
jiwa.

Basic Trauma Life Suport (BTLS)


BTLS (Basic Trauma Life Suport) adalah
bagian awal dari ATLS (Advanced Trauma Life
Suport). Pada BTLS, dokter atau tenaga
kesehatan lainnya tidak diminta untuk
memberikan tatalaksana sesuai diagnosis
definitifnya tapi hanya memberikan
kesempatan bagi pasien untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan nantinya.

Hal pertama yang dilakukan adalah Primary Survey.


Di sini dokter diminta menilai secermat mungkin hal
apa yang mengancam nyawa pasien. Beberapa
nemonic yang sering membantu antara lain:

A : Airway with c-spine control

B : Breathing and ventilation

C : Circulation with haemorrage control

D : Disability (neurologic evaluation)

E : Exposure and Environment

Airway with c-spine control

Pelayan kesehatan diharapkan bisa memberikan distribusi


oksigen dalam kurang waktu 8-10 menit.

Pasien sadar, mampu berbicara dengan jelas tanpa suara


tambahan airway is clear

Pengecualian untuk pasien luka bakar, apabila terdapat


jejas kehitaman atau lendir kehitaman yang keluar dari
hidung pasien itu mungkin disebabkan sudah terjadinya
inflamasi pada saluran pernapasan

Kalau pasien tidak sadar lakukan penilaian Look - Listen


- Feel.

Kalau terjadi obstruksi totaltimbul apnea

Tindakan yang dapat dilakukan:


untuk pasien sadar memberikan manuver
Heilmicth atau Manuver Abdominal Trust.
pada pasien tidak sadar finger sweep,
abdominal trust, dan instrumental.

Kalau terjadi obstruksi parsial maka pasien akan


menunjukan tanda bunyi nafas tambahan. Beberapa bunyi
nafas itu antara lain:

Gurgling (kumur-kumur)

Stridor (crowing)

Snorg (mengorok)

Breathing and Ventilation

Lihat keadaan torak pasien, ada atau tidak cyanosis, dan


kalau pasien sadar maka pasien mampu berbicara dalam
satu kalimat panjang.

Keadaan dada pasien yang mengembung apalagi tidak


simetris mungkin disebabkan pneuomotorak atau
pleurahemorage. Untuk membedakannya dilakukan
perkusi di daerah paru. Suara paru yang hipersonor
disebabkan
oleh
pneumotorak
sementara
pada
pleurahemorage suara paru menjadi redup.

Jika terdapat henti napas, dilakukan Resusitasi Paru.

Circulation
and Haemorage Control

Nilai sirkulasi pasien dengan melihat tanda-tanda


perfusi darah yang turun seperti keadaan pucat,
akral dingin, nadi lemah atau tidak teraba

Shock tersering shock hemoragik karena luka


pada abdomen, pelvis, tulang panjang, serta
perdarahan torak yang massive.

Disability

Menilai keadaan neurologic pasien. Status


neurologic yang dinilai melalui GCS (Glasgow
Coma Scale) dan keadaan pupil serta
kecepatannya.

Jika terdapat lateralisasi maka kemungkinan


terdapat cedera kepala yang ipsilateral. Jika
respon pupil lambat maka kemungkinan
terdapat cedera kepala.

10

Exposure dan Enviroment

Buka pakaian pasien untuk mengeksplorasi tubuh


pasien untuk melihat kemungkinan adanya multiple
trauma. Kemudian selimuti pasien agar mencegah
hipothermi.

Setelah semua dilakukan dan keadaan pasien


menjadi stabil lakukan kembali Secondary Survey

11

Pengkajian dan Penatalaksanaan Trauma dan Non Trauma


yang Terjadi

Trauma Torak

Cedera Paru dan Iga

Cedera Pneumothoraks dan Hemithoraks

Cedera Trakeobronkial

Cedera Jantung

Kontusio Miokardial

Tamponade

Trauma Abdomen

Cedera Duodenum dan Pankreas

Cedera Hepar

Cedera Limpa
12

Pengkajian dan Penatalaksanaan


Trauma dan Non Trauma yang Terjadi

Trauma Pelvik

Cedera Kandung Kemih

Fraktur Pelvik

Trauma Ekstremitas

Fraktur

Vaskular

Trauma Torak
Trauma torak yang paling banyak adalah karena cedera
torakik. Secara potensial, cedera torakik yang mengancam
jiwa seperti tension atau pneumothoraks terbuka,
hematoraks massif, iga melayang (flail chest), dan mudah
seringkali tanpa operasi besar dapat mengakibatkan
kematian.

Cedera Paru dan Iga

Cedera Pneumotoraks dan Hematoraks

Trauma tumpul dan penetrasi dapat menyebabkan


pneumotoraks atau hematoraks. Satu-satunya
tindakan yang diperlukan adalah pemasangan selang
dada, untuk mengembakan kembali paru-paru.

Cedera Trakeobronkial

Cedera ini sering kali disertai dengan kerusakan pada


esophagus dan vascular Tanda-tanda : dispneu,
hemoptysis, batuk dan emfisemia subkutan. Tindakan
yang diperlukan adalah ventilasi mekanis yakni
pemasangan selang endotrakeal atau trakeostomi.

Cedera Jantung

Kontusio Miokardial

Seringkali akibat kecelakaan seperti benturan stir pada


dada. Gejala kontusio jantung mirip dengan infark
miokardial. Untuk menegakannya diperluka pemeriksaan
EKG dan enzim jantung. Tindakan yang diperlukan sama
seperti infark miokard akut.

Tamponade

Tanda awal mencakup penurunan TD, peningkatan tek.


Vena sentral, distensi vena leher, dan bunyi muffle pada
jantung.

Trauma Abdomen

Cedera pada Duodenum dan Pankreas

Tanda-tanda dan gejala-gejala dapat mencakup


abdomen akut, peningkatan kadar amylase serum,
nyeri epigastrik yang menjalar ke punggung, mual,
dan muntah-muntah.
Laserasi minor atau kontusio hanya akan memerlukan
pemasangan drain, sedangkan luka-luka besar
memerlukan perbaikan pembedahan.

17

Trauma Abdomen

Cedera Hepar

sifat dari cedera atau LPD positif atau skan CT


digabung dengan kondisi klinis pasien akan menuntut
dilakukannya pembedahan.
Cedera pada hepar juga memrlukan drainase empedu
dan darah pascaoperasi melalui drain.
Setelah pembedahan, mungkin timbul syok
hipovolemik dan koagulopati

18

Trauma Abdomen

Cedera Limpa

Limpa adalah organ abdomen yang paling umum


mengalami cedera. Lebih sering sebagai akibat trauma
tumpul.
Tanda-tanda dan gejala-gejala yang ditunjukkan
termasuk :
1.

nyeri kuadran kiri atas menjalar sampai ke bahu kiri,

2.

syok hipovolemik,

3.

dan temuan-temuan nonspesifik dengan peningkatan


jumlah sel darah putih.

4.

LPD, scan CT abdominal, atau pemeriksaan


radionuklida biasanya penting untuk diagnosa.
19

Trauma Pelvik

Cedera pada Kandung Kemih

Kandung kemih dapat mengalami laserasi atau pecah,


paling sering sebagai konsekuensi trauma tumpul.
Cedera pada kandung kemih seringkali berhubungan
dengan fraktur pelvic. Adanya hematuria, nyeri abdomen
bawah, atau ketidakmampuan berkemih memerlukan
pemeriksaan terhadap cedera uretra dengan uretrogram
retrogad sebelum pemasangan kateter urine.
Cedera pada kandung kemih dapat menyebabkan
ekstravasasi urine intraperitoneal atau ekstraperitoneal.

20

Fraktur Pelvik

Fraktur pelvik yang kompleks berkaitan dengan


mortalitas yang tinggi.
Hemoragi sekunder adalah penyebab yang paling
sering dari kematian dini, sedangkan sepsis
menyebabkan penundaan mortalitas.
Angiogram seringkali diperlukan untuk menemukan
letak dan menyumbat sumber perdarahan.
Perhatian utama dari perawat unit perawatan kritis
adalah untuk mencegah syok hemoragi.

21

Trauma pada Ekstremitas


1. Fraktur

Fraktur sering terjadi pada trauma tumpul, kurang


jarang pada trauma tusuk.

Manakala radiografi sudah memastikan adanya fraktur,


maka harus dilakukan stabilitasi atau perbaikan fraktur.

Fiksasi internal fraktur sering memungkinkan ambulasi


dini pada pasien dengan cedera multipel yang mungkin
akan mengalami komplikasi akibat tirah baring
berkepanjangan (ulkus dekubitus, emboli pulmonal,
penyusutan otot).

22

2. Cedera Vaskular

Cedera vaskular sering kali mengakibatkan


perdarahan atau trombosis pembuluh.

Cedera vaskular biasanya disebabkan oleh trauma


tusuk, dan kurang sering karena fraktur.

Angiogram juga dapat digunakan untuk menentukan


tempat cedera dan mengidentifikasi fistula
arteriovenosa, pseudoaneurisme, dan penutupan
intima.

Dilakukan perbaikan pembedahan primer atau


tandur vaskuler.

23

Penanganan Luka Bakar

Pada saat penderita ditemukan, biasanya api


sudah mati, apabila penderita masih dalam
keadaan terbakar,maka dapat ditempuh
dengan cara :

Menyiram air dengan jumlah yang banyak


apabila api disebabkan karena bensin atau
minyak, kerana apabila dalam jumlah
sedikit hanya akan memperbesar api.

Menggulingkan penderita pada tanah yang


datar, kalau bisa dalam selimut basah
(penolong jangan sampai turut terbakar).
24

Survei Primer
Airway
Menghisap gas atau pertikel korban yang terbakar dalam
jumlah juga dapat mengganggu airway. Apabila obsruksi
parsial dibiarkan, maka akan menjadi total dengan akibat
kematian penderita indikasi klinis adanya trauma inhalasi
anatara lain:

Luka bakar yang mengenai wajah dan leher

Alis mata dan bulu hidung hangus

Adanya timbunan karbon dan tanda peradangan akut


orofaring

Sputum yang mengandung karbon atau arang

Suara serak

Riwayat gangguan mengunyah dan terkurung dalam api

Luka bakar kepala dan badan akibat ledakan

25

Breathing
Gangguan breating yang timbul cepat, dapat
disebabkan karena:

Inhalasi partikel panas yang menyebabkan proses


peradangan dan edema pada saluran jalan nafas
yang paling kecil

Keracuanan Co (karbondioksida). Asap dan api


mengandung Co. apabila penderita berada dalam
ruangan tertutup yang terbakar maka
kemungkinan keracunan Co cukup besar

26

Circulation
Kulit yang terbuka akan menyebabkan penguapan air yang
berlebih dari tubuh, dengan akibat terjadi dehidrasi.

Disability
Jangan lupa memeriksa skor GCS dan tanda lateralisasi (pupil
dan motorik). Kepanikan mungkin menimbulkan benturan
sehingga perdarahan intracranial dapat saja terjadi.

Eksposure
Pada eksposure selaluperhatikan penderita jangan sampai
hipotermi

27

Survey Sekunder
Anamnesis
Penting untuk menanyakan dengan teliti hal sekitar
kejadian.Tidak jarang terjadi bahwa disamping luka
bakar akan ditemukan pula perlukaan lain yang
disebabkan usaha melarikan diri dari dari api dalam
keadaan panic tersebut.

Pemeriksaan ujung rambut sampai ujung rambut


sampai ujung.

Luka bakarnya sendiri Menyemprot dengan air hanya


dilakukan bila tiba sebelum 15 menit setelah
kejadian.

28

Penatalaksanaan Luka

Perawatan luka dilakukan segera setelah tindakan


resusitansi jalan nafas dan mekanisme bernafas
serta resusitasi cairan dilakukan:melakukan tindakan
debridement,nekrotomi,dan pencucian
luka.Tentunya tindakan ini di lakukan di Ruang
Operasi Luka Bakar

29

Luka Bakar Kimia


Zat yang bersifat basa kuat lebih berbahaya di bandingkan
zat bersifat asam kuat. Semakin asam atau basa, semakin
berbahaya pula.

Apabila menemukan penderita masih dalam keadaan


terkena zat kimia:

Selalu proteksi diri

Apabila zak kimia bersifat cair, langsung semprot dengan


air mengalir.

Apabila sifat kimia bersifat bubuk safu dulu sampai zat


kimia tipis baru siram.

Luka karna zat kimia diperlakukan sebagai luka bakar.

30

Indikasi rawat
Pada beberapa kasus luka bakar yang perlu dirujuk
kepusat luka bakar sebagai berikut :

Kasus LB derajat II > 15% persen pada dewasa dan


>10% pada anak-anak.

Kasus LB derajat II pada muka, tangan dan kaki.


Perinium, sendi.

Kasus LB derajat III >2% pada dewasa, setiap derajat


III pada anak-anak.

Kasus LB disebabkan oleh listrik disertai cedera, jalan


nafan atau komplikasi lain.

31

Trauma Kapitis
Jenis trauma kapitis

Fraktur
Fraktur calvaria (atap tengkorak) apabila tidak terbuka (tidak
ada hubungan otak dengan dunia luar) tidak memerlukan
perhatian segera. Yang lebih penting adalah keadaan intrakranialnya.

Cedera Otak
Cedera otak dapat berupa Cedera Difus dan Cedera Fokal

Cedera Difus dapat kehilangan kesadaran yang sebentar


(komosio serebri) atau lebih lama (difuse axonal injury).

Cedera Fokal dapat berupa kontusio atau perdarahan intrakranial. Perdarahan intra-kranial dapat berupa perdarahan
epidural, perdarahan subdural atau perdarahan intracranial.
32

Penilaian Trauma kapitis

Penurunan kesadaran
Penurunan kesadaran merupakan tanda utama trauma
kapitis. Saat ini penurunan kesadaran dinilai memakai
Glosgow Coma Scale (GCS), dan merupakan keharusan
untuk dikuasai oleh setiap para medic.
GCS memakai 3 komponen, yakni Eye (mata), Verbal
(kemampuan berbicara), dan Motorik (gerakan).

33

Tanda lateralisasi

Pupil

Motorik

Tanda-tanda peningkatan tekanan intra-kranial (TIK)

Pusing dan muntah

Tekanan darah sistolik meninggi

Nadi melambat (bradikardia)

Tanda tanda peninggian tekanan intra-kranial tidak mudah


untuk dikenali, namun apabila ditemukan maka harus sangat
waspada

34

Penyumbatan

Penyumbatan pada usus dapat terjadi secara dua


mekanisme yaitu :

- Ileus obstruktif ialah suatu penyumbatan mekanis pada usus


dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup
atau mengganggu jalannya isi usus
- Ileus paralitik ialah suatu keadaan dimana pergerakan
kontraksi normal dinding usus untuk sementara waktu
berhenti. Seperti halnya penyumbatan mekanis, ileus juga
menghalangi jalannya isi usus, tetapi ileus jarang
menyebabkan perforasi.

35

Hernia

Hernia ialah menonjolnya suatu organ atau struktur organ


dan tempatnya yang normal melalui sebuah defek
kongenital atau yang didapat.

Menurut gejalanya, hernia dapat dibedakan antara :


reponibel, ireponibel, inkarserata, strangulata

36

TERIMAKASIH ATAS PERHATIANYA


WASSALAM

Anda mungkin juga menyukai