Anda di halaman 1dari 17

KELOMPOK 6

MARIA DIAN PUTRI M.


[121011007]
RITWAN DWI W.
[121011022]
SATRIA DWI A.
[121011034]
SAE USNAN YUNICESA
[121011038]

TITRASI
IODOMETRI

TITRASI
adalah proses penentuan banyaknya suatu

larutan dengan konsentrasi yang diketahui


dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap
dengan sejumlah sample yang akan di analisis

IODOMTRI
Iodometri adalah analisa titrimetrik yang secara tidak
langsung untuk zat yang bersifat oksidator seperti besi III,
tembaga II, dimana zat ini akan mengoksidasi iodida yang
ditambahkan membentuk iodin. Iodin yang terbentuk akan
ditentukan dengan menggunakan larutan baku tiosulfat.
Oksidator + KI I2 + 2e
I2 + Na2 S2O3 NaI + Na2S4O6

Oksidator lebih jarang ditentukan dibandingkan


reduktor. Namun demikian, oksidator dapat
ditentukan dengan reduktor. Reduktor yang
lazim dipakai untuk penentuan oksidator adalah
kalium iodida, ion titanium (III), ion besi (II), dan
ion vanadium (II). Cara titrasi redoks yang
menggunakan larutan iodium sebagai pentiter
disebut
iodimetri,
sedangkan
yang
menggunakan larutan iodida sebagai pentiter
disebut
iodometri
(Rivai,
1995).

INDIKATOR
Indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalah
amylum. Amylum tidak mudah larut dalam air
serta tidak stabil dalam suspensi dengan air,
membentuk kompleks yang sukar larut dalam air
bila bereaksi dengan iodium, sehingga tidak boleh
ditambahkan pada awal titrasi. Penambahan
amylum ditambahkan pada saat larutan berwarna
kuning pucat dan dapat menimbulkan titik akhir
titrasi yang tiba-tiba. Titik akhir titrasi ditandai
dengan terjadinya hilangnya warna biru dari
larutan menjadi bening.

Indikator

Warna
bentuk
tereduksi

Warna
bentuk
teroksidas
i

Eo (V)

Tris (5-nitro-1, 10penanthroline) iron (II)sulfate,


disebut nitro ferroin

Merah

Biru

1,25

Tris (1, 10-penanthroline) iron


(II)sulfate, disebut ferroin

Merah

Biru

1,06

Tri(2,2-bipyridine)iron(II)
sulfate

Merah

Biru

0,97

Tris (4,7-dimethyl-1, 10penanthroline) iron (II)sulfate,

Merah

Biru

0,88

Diphenylaminesulfonic acid

Tak
berwarna/
kehijauan

Ungu

0,84

Diphenylamine

Tak
berwarna

Ungu

0,76

METODE TITRASI TAK LANGSUNG


(IODOMETRI)
Metode titrasi iodometri tak langsung (iodometri)
adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang
dibebaskan dalam reaksi kimia (Basset, 1994).
Larutan
standar
yang
digunakan
dalam
kebanyakan proses iodometri adalah natrium
thiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk sebagai
pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh
distandarisasi
dengan
penimbangan
secara
langsung, tetapi harus distandarisasi dengan
standar primer. Larutan natrium thiosulfat tidak
stabil untuk waktu yang lama (Day & Underwood,
2001)

Ion iodida adalah pereduksi lemah dan akan


mereduksi oksidator yang kuat. Ini tidak digunakan
sebagai titran terutama karena kurangnya sistem
indikator visual yang tepat, serta faktor-faktor lain
seperti kecepatan reaksi. Ketika kelebihan iodida,
ditambahkan ke dalam larutan pengoksidasi,
iodium diproduksi dalam jumlah yang setara
dengan saat pengoksidasian. Iodium ini bisa
dititrasi dengan pereduksi, dan hasilnya akan
sama seperti jika pengoksidasi yang dititrasi
secara langsung. Reagen titrasi yang digunakan
adalah natrium tiosulfat.

Pada titrasi iodometri, analit yang dipakai adalah


oksidator yang dapat bereaksi dengan KI untuk
menghasilkan I2, I2 yang terbentuk secara
kuantitatif dapat dititrasi dengan larutan tiosulfat.
Dari pengertian diatas maka titrasi iodometri
adalah dapat dikategorikan sebagai titrasi kembali.
Agar memenuhi syarat reaksi sempurna, maka
dalam titrasi redoks titrat dan titran harus berbeda
besar
dalam
kekuatan
oksidasi-reduksinya,
demikian pula analit dan KI dalam titrasi tidak
langsung.

Pada titrasi iodometri perlu diawasi pHnya.


Larutan harus dijaga supaya pHnya lebih kecil
dari 8 karena dalam lingkungan yang alkalis
iodium bereaksi dengan hidroksida membentuk
iodida dan hipoiodit dan selanjutnya terurai
menjadi iodida dan iodat yang akan mengoksidasi
tiosulfat menjadi sulfat, sehingga reaksi berjalan
tidak kuantitatif. Adanya konsentrasi asam yang
kuat dapat menaikkan oksidasi potensial anion
yang mempunyai oksidasi potensial yang lemah
sehingga direduksi sempurna oleh iodida. Dengan
pengaturan pH yang tepat dari larutan maka
dapat diatur jalannya reaksi dalam oksidasi atau
reduksi dari senyawa.

Namun dalam titrasi tidak langsung,


perbedaan tidak perlu terlalu besar karena
bila I2 yang terbentuk dititrasi maka
kesetimbangan reaksi antara analit dan KI
digeser ke kanan sehingga reaksi menjadi
sempurna

SUMBER-SUMBER KESALAHAN TITRASI


IODOMETRI
1. Penguapan I2
2. Oksidasi udara
3. Adsorpsi I2 oleh endapan Cu2+ Cu2I2
mengadsorpsi I2+ alkohol/CNS- (10 mL 10%)
4. Reaksi lambat Fe2+ pendiaman

contoh penggunaan titrasi


iodometri
Penentuan Kadar Cu dengan Larutan Baku Na2S2O3
1. Dengan teliti ditimbang 1,0 gram garam CuSO4,
dilarutkan
dalam akuades, dimasukkan secara kuantitatif ke
dalam labu ukur
100 mL,
2. Sampai tanda batas diencerkan, dan mengocok secara
sempurna. Diambil 5 mL larutan ke dalam labu ukur
100 mL,
mengencerkan dengan akuades sampai tanda batas,
dan dikocok
sempurna.
3. 10 mL larutan sampel dipipet, dimasukkan ke dalam
erlenmeyer

4. I2 yang dihasilkan dititrasi dengan larutan baku


thiosulfat sampai larutan
berwarna kuning muda, kemudian menambahkan
2 mL larutan amilum 1% dan dilanjutkan titrasi
sampai warna biru hampir hilang.
5. 2 mL larutan KCNS 10%, ditambahkan warna biru
akan timbul lagi, cepat-cepat dilanjutkan titrasi
sampai warna biru tepat hilang. Dilakukan duplo

Anda mungkin juga menyukai