Anda di halaman 1dari 46

G ugus KendaliM utu (G KM )

Q uality ControlCircle (Q CC)


A. Definisi Gugus Kendali Mutu
Gugus Kendali Mutu adalah sekelompok
karyawan yang terdiri dari 4-12 orang dari
unit kerja yang sama, yang dengan
sukarela secara berkala dan
berkesinambungan mengadakan
pertemuan untuk melakukan kegiatan
pengendalian mutu di tempat kerjanya
dengan menggunakan alat kendali mutu
dan proses pemecahan masalah.

Definisi lain GKM adalah sejumlah

karyawan dengan pekerjaan yang


sejenis yang bertemu secara berkala
untuk membahas dan memecahkan
masalah-masalah pekerjaan dan
lingkungannya dengan tujuan
meningkatkan mutu usaha dengan
menggunakan perangkat kendali
mutu.

M utu usaha secara


keseluruhan m eliputi
1. Quality produk, biaya dan waktu

penyediaan
2. Keamanan,keselamatan dan
karyawan kerja
3. Dampak yang ditimbulkan terhadap
lingkungan disekitarnya

B.Asas-asas Pokok G KM
1. Asas Pembangunan Manusia

Sejarah GKM adalah sejarah yang bertolak dari


upaya pemecahan masalah dengan penempatan
peranan manusia yang lebih bermakna, khususnya
para pekerja pelaksana dalam pemecahan masalah
pekerjaan. Titik tolak falsafah pembangunan
manusia (people building philosophy) yang tanpa
batas ini hendaknya senantiasa dipertahankan agar
dalam menghadapi berbagai masalah produktivitas,
asas ini tidak ditinggalkan sehingga GKM akan tetap
menjadi seperti apa yang dicita-citakan.

2. Asas Dinamika Kelompok dan Kerjasama Kelompok

(Group Dynamic and Teamwork)


Upaya dan karya GKM adalah upaya dan karya
bersama (kelompok), artinya kemajuan dan
keberhasilan GKM adalah bertumpu pada sumber daya
kekuatan-kekuatan kelompok yang saling menunjang
(human synergistic) dan saling mengindahkan (win-win
style), sehingga semua pihak yang berkepentingan
terhadap keberhasilan GKM hendaknya senantiasa ikut
serta dalam mengarahkan dan memelihara kelompok
atau gugus ini, sehingga akan tetap bertahan menjadi
kelompok dan bukan sejumlah orang yang
dikumpulkan semata-mata.

C.Asas-asas U m um G KM
1. Asas Informalitas

Organisasi GKM adalah organisasi yang informal


atau tidak resmi, artinya tidak terikat pada
struktur organisasi formal yang ada, yang
mungkin saja akan membatasi sekali gerakan
GKM. Namun demikian, pimpinan perusahaan
sangat berkepentingan dan harus merestui
(mendukung) sepenuhnya atas terbentuknya GKM
sekalipun pimpinan perusahaan tidak ikut campur
dalam menetapkan sasaran, kegiatan dan
mekanisme kerja gugus ini.

2. Asas Kesukarelaan

Keikutsertaan seseorang karyawan


dalam GKM adalah diundang, yang
hendaknya berdasarkan
kesukarelaan semata-mata, sehingga
pada dasarnya karyawan bisa saja
tidak ikut serta dalam GKM sampai ia
merasa dirugikan atau merasa
membutuhkan sendiri.

3. Asas Keterlibatan Total

Dengan kemampuan apapun, tanpa


perkecualian, tiap karyawan yang
menjadi anggota GKM hendaknya
dilibatkan atau melibatkan diri dalam
kebersamaan dan segala upaya
memecahkan permasalahan yang
ditetapkan secara bersama-sama
oleh gugus.

4. Asas Memadukan

GKM dalam kegiatannya memadukan


pengelolaan sumber daya kelompok manusia
dan sumber daya non manusia secara
seimbang dengan senantiasa memperhatikan
proses kelompoknya (synergistic decision
making), mengingat manusia adalah sekaligus
sebagai sumber daya dan sebagai pengelola
sumber daya tersebut yang sangat berbeda
hakekatnya dengan sumber daya yang lain.

5. Asas Belajar Bersama secara Berkesinambungan

GKM adalah kelompok yang memecahkan masalah


secara terus-menerus dan sambil belajar bersama
serta berkembang bersama baik di dalam maupun di
luar pertemuan gugus. Pertemuan gugus yang satu ke
pertemuan lain adalah kegiatan yang
berkesinambungan sehingga tidak akan terjadi
masalah yang tanpa penyelesaian. Bagi GKM,
berkesinambungan adalah jauh lebih penting daripada
jumlah masalah yang dirampungkan, sebab
kesinambungan lebih menjamin mutu pekerjaan dan
kepuasan kerja gugus.

6. Asas Kegunaan

Dalam upaya pemecahan masalah, GKM menganut asas


kegunaan praktis, artinya keberhasilan upaya pemecahan
masalahnya akan diukur terutama dari segi praktisnya..
7. Asas Keterbukaan
Kepentingan GKM adalah kepentingan semua pihak dan
kemajuan yang maksimal hanya akan dicapai jika ada
keterbukaan untuk saling belajar dari semua pihak, lebihlebih antar gugus, sehingga asas keterbukaan ini perlu
senantiasa dipelihara dan dipertahankan oleh pihak
manapun.

8. Asas Loyalitas pada Organisasi

Kesetiaan atau loyalitas karyawan


anggota gugus yang dituntut adalah
kesetiaan pada organisasi
perusahaannya, bukan pada pribadi,
baik atasan, pucuk pimpinan
maupun pemiliknya. Ketergantungan
pada pribadi seseorang akan sangat
mengganggu kemantapan stabilitas)
kegiatan anggotanya.

D .Tujuan U m um G KM
Meningkatkan keterlibatan karyawan anggota pada persoalan-persoalan
pekerjaan dan paya pemecahannya.

1.

2. Menggalang kerjasama kelompok (teamwork) yang lebih efektif.


3. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.
4. Meningkatkan pengembangan pribadi dan kepemimpinan.
5. Menanamkan kesadaran tentang pencegahan masalah.
6. Mengurangi kesalahan-kesalahan dan meningkatkan mutu kerja.
7. Meningkatkan motivasi karyawan.
8. Meningkatkan komunikasi dalam kelompok.
9. Menciptakan hubungan atasan-bawahan yang lebih serasi.
10. Meningkatkan kesadaran tentang keselamatan kerja.
11. Meningkatkan pengendalian dan pengurangan biaya .

E.H ubungan G KM dengan TQ C


Pengendalian Mutu Terpadu (TQC) adalah suatu sistem

yang memadukan pengembangan pemeliharaan,


perbaikan mutu usaha untuk mencapai produksi pada
tingkat yang paling ekonomis dan dapat memenuhi
kepuasan pelanggan (konsumen).
Dalam penerapannya, TQC membutuhkan partisipasi
dari semua orang (karyawan) dan melibatkan semua
fungsi departemen yang ada di dalam suatu
perusahaan atau disebut dengan Company Wide
Quality Control (pengendalian mutu perusahaan
secara menyeluruh).

D alam pelaksanaannya juga,program TQ C


dilandasioleh beberapa hal,yaitu :

People Building
Manusia sebagai subjek yang dinamis sehingga sangat penting adanya usaha untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada.
Team Building
Adanya pembentukan kelompok-kelompok kecil yang dinamis yang berupaya untuk
menyelesaikan masalah operasional di lokasi kerjanya masing-masing.
Market in
Semua usaha atau langkah tindakan perlu mencerminkan kepuasan bagi pihak yang
menggunakan hasil kerja kita atau disebut dengan istilah yang populer yaitu the next
process in our customer.
Problem is Opportunity for Progress
Semua masalah yang timbul jangan dihindari, justru masalah dijadikan suatu
kesempatan untuk melakukan suatu perbaikan (improvement).

GKM bisa dijadikan salah satu alat

untuk menunjang penerapan TQC,


karena pada dasarnya GKM juga
berangkat dari suatu kelompok
karyawan yang mempunyai
semangat yang besar untuk
menyelesaikan masalah-masalah
yang dihadapi di lokasi kerjanya,
sehingga bisa dicapai suatu
perbaikan (improvement).

Tetapi yang perlu diperhatikan di sini adalah

penerapan TQC tidak bisa dicapai hanya semata-mata


dengan membentuk GKM dalam suatu perusahaan.
Adalah suatu anggapan yang keliru bahwa perusahaan
yang sudah melaksanakan GKM berarti sudah
menerapkan TQC, karena GKM lebih diarahkan untuk
kelompok karyawan guna menyelesaikan masalahmasalah yang dihadapi sehari-hari, sedangkan TQC
adalah suatu program yang menyeluruh yang lebih
luas cakupannya sehingga perlu ditunjang juga
dengan usaha (tindakan) yang lain selain membentuk
dan mengaktifkan GKM.

PERAN AN FASILITATO R D ALAM G KM


Keberhasilan dan kedinamisan GKM banyak ditentukan oleh orang

yang berperan sebagai fasilitator dalam gugus tersebut. Karena


tugas utama seorang fasilitator adalah mengembangkan gugus
mutu menjadi kelompok pemecah persoalan yang efektif. Fasilitator
harus mampu turut campur dalam situasi yang tidak positif, seperti
timbulnya rasa bosan atau rasa tegang dalam kelompok,
persaingan antar anggota, tidak adanya partisipasi dari satu atau
beberapa orang anggota, dominasi pemimpin (ketua) atau
ketidakmampuan kelompok mencapai suatu kesepakatan.
Dengan ikut campur seperti di atas, fasilitator memperlihatkan
adanya perhatian dan tanggung jawab terhadap kelompok.
Kemampuan untuk turut campur seperti ini akan dimiliki oleh orang
yang memiliki kemampuan mendengarkan yang baik yang telah
membina hubungan baik dengan bawahan dan rekan sejawat dan
yang memiliki bakat sebagai perantara dalam perbedaan pendapat.

A. Perencana

1. Menyusun program kerja sebagai fasilitator untuk mengembangkan GKM.


2. Membuat rencana tindakan dan skala prioritas sebagai fasilitator GKM.
3. Membantu menjadwalkan pertemuan gugus.

B. Pembimbing
1. Meningkatkan rasa tanggung jawab kepada semua anggota gugus.
2. Meningkatkan kemampuan gugus dan anggotanya dalam memecahkan masalah.
3. Mendidik gugus agar berperan aktif.
4. Membina anggota gugus agar tercipta kerjasama yang baik.
5. Menjelaskan dan meningkatkan kemampuan konsep ber-GKM yang efektif.

C. Pendorong

1. Menunjukkan semangat ber-GKM yang baik.


2. Menyampaikan dukungan moral dan semangat terhadap apa yang
dilakukan oleh gugus.
3. Mendukung pengembangan ide-ide gugus yang dilontarkan.
4. Membuat pertemuan GKM yang menggairahkan/menarik minat
anggotanya.
5. Memberitahukan hasil-hasil positif yang telah dicapai oleh gugus.
6. Memberikan pujian kepada anggota gugus atas keberhasilan yang dicapai.
7. Menghadiri pertemuan GKM dengan penuh gairah sehingga
membangkitkan semangat dan dorongan kepada gugus tentang pentingnya
pemecahan masalah secara kelompok yang berkesinambungan.

D. Pengarah

1. Mengarahkan maksud peningkatan mutu dalam program


GKM.
2. Mengarahkan pemilihan tema yang benar.
3. Meluruskan arah kegiatan gugus sehingga dapat
mendukung tercapainya cita-cita perusahaan dan karyawan.
4. Mengarahkan jalannya disksi gugus (tata cara diskusi)
dan cara berbicara dalam rapat gugus.

Pengendali

1. Memantau jalannya kegiatan gugus.


2. Mengendalikan waktu dan biaya pelaksanaan gugus
supaya sesuai dengan program yang telah disepakati.
3. Memberikan batasan-batasan atau kebijakan
operasional gugus.
4. Memberikan koreksi dan saran terhadap
penyimpangan yang terjadi dalam gugus

F. Katalisator

1. Mengkoordinir permasalahan-permaalahan
yang ada dalam gugus.
2. Membantu atau mendekatkan masalah
dengan jalan kelarnya.
3. Menjelaskan proses pemecahan masalah
pada masing-masing kasus, terutama pada
kasus-kasus yang sulit.

G. Koordinator

1. Mengintegrasikan GKM bagian yang 1


dengan yang lainnya
2. Mengadakan kerjasama antar fasilitator
demi perkembangan GKM di perusahaan.
3. Menyelaraskan jalannya kerjasama
antar gugus di perusahaan.

H. Penghubung

1. Membina hubungan kerjasama antara gugus


dengan bidang-bidang fungsional lain
2. Mempertemukan atau menjembatani gugus
dengan manajemen.
3. Menjabarkan keinginan atau pengarahan
manajemen kepada anggota gugus.
4. Menjelaskan pada gugus dimana kedudukan
gugus dalam perusahaan.

I. Evaluator

1. Menyusun kriteria apa saja yang perlu dievaluasi.


2. Mencatat dan mengevaluasi hasil kegiatan dan
pola kerja gugus.
3. Mencatat dan mengevaluasi kontribusi gugus
terhadap sasaran perusahaan.
4. Membandingkan perkembangan gugus dengan
standar kriteria yang telah disepakati.

PEM ECAH AN M ASALAH D ALAM G KM


Pemecahan masalah adalah media perantara untuk mencapai
tujuan GKM, artinya melalui pemecahan masalah ini peranan
gugus akan memperoleh makna pengakuan serta penghargaan
yang diperlukan untuk mencapai tujuan akhir GKM, yaitu
peningkatan atau usaha dalam arti yang seluas-luasnya. Dengan
demikian, pemecahan masalah adalah kegiatan yang sentral dan
sekaligus vital yang patut memperoleh perhatian besar dari
semua pihak. Masalah-masalah yang digarap oleh gugus adalah
masalah-masalah yang berkaitan dengan pekerjaan dan yang
pada akhirnya akan mempengaruhi mutu suatu usaha
sebagaimana tercermin secara teknis manajemen, moral-etika,
serta teknis ilmiah bagi kepentingan semua pihak yaitu
produsen, konsumen dan pemerintah serta masyarakat luas.

M etode pem ecahan m asalah dalam G KM secara um um dikenal


dengan m enggunakan tujuh (7)perangkatalatdan delapan (8)
langkah pem ecahan m asalah
Tujuh (7) perangkat alat dalam GKM:

1. Stratifikasi
2. Lembar Data
3. Diagram Pareto
4. Diagram Ishikawa (tulang ikan)
5. Peta Kendali
6. Histogram
7. Diagram Tebar

Delapan (8) langkah dalam GKM:

1. Menentukan tema masalah.


2. Mengumpulkan dan menyajikan data.
3. Menentukan sebab-sebab masalah.
4. Menyusun rencana perbaikan
5. Melaksanakan rencana perbaikan
6. Memeriksa hasil perbaikan.
7. Menentukan standarisasi.
8. Menetapkan rencana berikutnya.

A.Tujuh (7) Perangkat Alat dalam G KM


1. Stratifikasi (Pengelompokan)

Adalah usaha untuk menguraikan dan mengklasifikasikan persoalan


menjadi kelompok-kelompok atau golongan sejenis atau menjadi
unsur tunggal dari persoalan, sehingga persoalan menjadi lebih
sederhana dan mudah dimengerti serta menghindari salah
interpretasi.
2. Lembar Periksa (Lembar Data)
Adalah lembaran (sheet) yang digunakan untuk mencatat kegiatan
atau kejadian (data) dengan format yang sudah disiapkan terlebih
dahulu. Pengisi sheet tinggal memberikan tanda pada kolom yang
sudah disediakan.
Guna lembar periksa ini selain memudahkan dalam pemeriksaan juga
memudahkan dalam membuat rekapitulasi dan memudahkan analisis
terhadap masalah.

3. Diagram Pareto

Diagram pareto digunakan untuk


menampilkan data dengan tujuan untuk
mengetahui suatu penyebab yang
memberikan pengaruh yang paling besar
terhadap akibat. Dengan demikian bisa
segera dilakukan langkah perbaikan
berdasarkan skala prioritas, yaitu penyebab
yang paling besar pengaruhnya terhadap
akibat.

4. Diagram Ishikawa (Tulang Ikan) / Fish Bone Chart

Diagram ini digunakan untuk menggambarkan


hubungan antara sebab dan akibat dari suatu
kegiatan. Dengan diagram Ishikawa kita dapat
menjabarkan banyak sekali semua penyebab, mulai
dari penyebab yang paling dekat dengan akibat
(masalah), sampai penyebab yang tidak dekat
dengan akibat (masalah). Diagram Ishikawa biasa
juga disebut sebagai diagram Tulang Ikan (Fish
Bone Chart) karena melihat bentuk dari anak panah
yang menyerupai tulang ikan.

Untuk memudahkan dalam menginventarisasi semua penyebab yang

berpengaruh terhadap akibat (masalah) dengan menggunakan


diagram Ishikawa harus mempertimbangkan faktor 4M dan 1L yaitu :
Mesin, Material, Metode (cara), Man (orang) dan Lingkungan, yang
ditempatkan pada tulang ikan yang pertama. Secara baku bentuk
diagram Ishikawa (tulang ikan) bisa dilihat di bawah ini:
Untuk menguraikan lebih dalam lagi semua penyebab, sebaiknya
menggunakan metode sumbang saran (brain storming), karena
semakin banyak informasi yang dikumpulkan, semakin baik hasilnya.
Selain itu dengan metode bertanya mengapa yang berulang bisa
mengefektifkan dalam menguraikan semua penyebab yang
berpengaruh terhadap akibat, baik langsung maupun tidak langsung.
Pertanyaan mengapa ini bisa dihentikan, jika dirasakan pertanyaan
mengapa tersebut sudah tidak diperlukan karena sudah terbayang
suatu tindakan penanggulangan dari penyebab tersebut.

5. Peta Kendali (Control Chart)

Merupakan grafik garis dengan pencantuman batas maksimum


dan minimum yang merupakan batas daerah pengendalian. Peta
kendali juga bisa dipergunakan untuk mengukur apakah proses
(kegiatan produksi) dalam keadaan terkendali atau tidak. Proses
dikatakan dalam keadaan terkendali jika unit yang diukur berada
dalam batas-batas kendali.
Pada peta kendali bisa diketahui adanya penyimpangan tetapi
tidak terlihat penyebab penyimpangan tersebut. Peta kendali
hanya menunjukkan perubahan data dari waktu ke waktu.
Ada beberapa jenis peta kendali, tetapi untuk penyajian data yang
sering dipakai adalah peta kendali X-R, yang bentuknya seperti di
bawah ini :

6. Histogram

Histogram adalah diagram berupa diagram batang (balok)


yang menggambarkan penyebaran (distribusi) data yang ada,
jadi dengan menggnakan histogram, data yang dikumpulkan
akan dengan mudah diketahui sebenarnya (distribusinya).
7. Diagram Tebar
Diagram tebar adalah diagram yang digunakan untuk
mengetahui apakah ada korelasi (hubungan) atau tidak
antara 2 variabel. Diagram tebar bisa juga digunakan untuk
mengetahui apakah suatu penyebab yang diduga
mempengaruhi atau tidak terhadap akibat (masalah) yang
sedang dihadapi.

B.D elapan (8) Langkah dalam G KM


Sebenarnya delapan langkah untuk

menyelesaikan masalah yang


sedang dihadapi oleh GKM merpakan
siklus PDCA yaitu Plan (rencana), Do
(mengerjakan), Check (memeriksa),
Action (tindakan). Hal ini dapat
dilihat pada gambar dibawah :

1. Langkah 1 : Menentukan Tema Masalah

Tema merupakan kejadian atau masalah yang perlu ditanggulangi oleh GKM yang diambil dari
masalah yang berkembang di lingkungan kerja GKM. Cara penentuan tema bisa dilakukan 2 cara
:
a. Mengambil salah 1 masalah tema) yang menjadi prioritas dari beberapa masalah yang ada di
lokasi kerja gugus. Hal-hal yang mendasari prioritas ini misalnya masalah tersebut mempunyai
peluang besar kontribusinya terhadap mutu usaha (cost, kualitas produk, safety, dsb).
b. Mengambil 1 masalah (tema) yang ada di lokasi kerja gugus yang menjadi kesepakatan dari
semua anggota gugus.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan tema (penilaian masalah) :
a. Menyangkut bidang kerja dan mengacu pada kebijaksanaan manajemen (perusahaan).
b. Mampu dipecahkan oleh gugus, terutama pada awal terbentuknya gugus, sebaiknya memilih
tema yang relatif mudah.
c. Masalah (tema) yang dipilih harus spesifik (tidak terlalu luas), sehingga siapapun bisa
mengerti dengan jelas dengan membaca tema tersebut.

2. Langkah 2 : Menyajikan Fakta dan Data

Langkah kedua ini ditujukan untuk menyajikan semua fakta dan data yang diperlukan untuk
mendukung beberapa hal, misalnya :
a. Menyajikan data sebagai dasar pemilihan tema (masalah).
b. Menyajikan data yang menggambarkan masalah yang dihadapi (yang akan diselesaikan)
Alat-alat yang bisa digunakan pada langkah kedua ini misalnya :
a. Diagram Pareto, digunakan untuk memparetokan semua masalah yang ada di lokasi kerja
sehingga bisa diketahui masalah yang menjadi prioritas untuk diselesaikan terlebih dahulu.
b. Histogram, digunakan untuk menyajikan data-data sebagai gambaran awal dari suatu
masalah yang akan diselesaikan.
c. Peta Kendali, digunakan untuk menyajikan penyimpangan-penyimpangan dari suatu
masalah yang dihadapi dan yang akan diselesaikan.
d. Stratifikasi, lembar periksa, yang keduanya bisa digunakan untuk memulai suatu
penentuan tema (masalah)

3. Langkah 3 : Menentukan Penyebab

Menentukan penyebab dibagi menjadi 2 tahap yaitu :


a. Menentukan semua penyebab yang mungkin
berpengaruh terhadap masalah. Untuk menentukan semua
penyebab ini bisa digunakan alat diagram Tulang Ikan
(Ishikawa) dengan teknik sumbang saran yang melibatkan
semua anggota gugus.
b. Memilih penyebab yang paling mungkin (dominan) di
antara semua penyebab yang ada (point no. 1). Untuk
memilih penyebab yang dominan ini bisa dilakukan 2 cara
sesuai dengan karakteristik penyebabnya.

Jika penyebab-penyebab tersebut pengaruhnya bisa dikuantitatifkan,

maka bisa menggunakan diagram pareto sehingga akan dipilih


penyebab yang berpengaruh paling besar, atau bisa menggunakan
diagram tebar sehingga akan diketahui penyebab-penyebab yang
benar-benar memberikan pengaruh terhadap masalah.
Jika penyebab-penyebab tersebut pengaruhnya tidak bisa
dikuantitatifkan (kualitatif), pemilihan penyebab yang dominan bisa
dilakukan melalui kesepakatan yang melibatkan semua anggota
gugus.
Perlu diingat juga bahwa sering dijumpai dari penyebab-penyebab
yang sudah dikumpulkan sangat sulit untuk menentukan penyebab
yang dominan. Oleh karena itu, pemilihan penyebab yang dominan ini
bisa diabaikan dan semua penyebab yang sudah dkumpulkan tadi
langsung dibuat rencana penanggulangannya (rencana perbaikan).

4. Langkah 4 : Merencanakan Perbaikan

Langkah ke-4 ini bertujuan mencari pemecahan untuk


menghilangkan semua penyebab (penyebab yang
dominan) yang sudah ditentukan sebelumnya.
Merencanakan langkah perbaikan di dalam GKM dapat
ditentukan dengan teknik sumbang saran (penyampaian
ide) dari semua anggota gugus dengan tetap mengacu
pada pemilihan langkah perbaikan yang paling efektif dan
efisien.
Untuk memudahkan penjabarannya, merencanakan
langkah perbaikan bisa menggunakan prinsip 1H-5W yaitu
How, What, Why, Where, Who, dan When.

5. Langkah 5 : Melaksanakan Perbaikan

Langkah ke-5 ini adalah melaksanakan semua


rencana perbaikan yang sudah disepakati dan
dibahas dengan matang oleh semua anggota gugus.
Dalam melaksanakan perbaikan ini perlu dijelaskan
juga tentang pentingnya kesungguhan dan
partisipasi penuh dari semua anggota gugus sesuai
tugas yang sudah dibagikan dan diharapkan juga
semua pelaksanaan dari rencana perbaikan bisa
diselesaikan sesuai dengan waktu yang disepakati.

6. Langkah 6 : Memeriksa Hasil Perbaikan

Setelah semua rencana sudah dilaksanakan dengan benar sesuai dengan yang
disepakati, maka langkah selanjutnya adalah memeriksa hasil dari perbaikan
tersebut, untuk mengukur apakah semua perbaikan yang dilakukan oleh gugus
bisa menanggulangi penyebab yang mempengaruhi suatu masalah.
Cara memeriksa hasil perbaikan ini bisa dilakukan dengan membandingkan
kondisi masalah sebelum perbaikan dan kondisi masalah setelah perbaikan atau
dengan membandingkan data yang menggambarkan masalah sebelum
perbaikan dan data yang menggambarkan setelah perbaikan.
Penyajian data yang menggambarkan masalah setelah perbaikan hendaknya
menggunakan alat yang sama dengan penyajian data yang menggambarkan
masalah sebelum perbaikan. Jika sebelumnya menggunakan diagram pareto,
maka setelah perbaikan harus menggunakan diagram pareto. Alat-alat lain
yang digunakan di langkah ke-6 selain diagram pareto adalah lembar periksa,
histogram dan peta kendali.

7. Langkah 7 : Standarisasi

Setelah langkah perbaikan yang dilakukan sudah


diperiksa dan bisa mengatasi penyebab masalah yang
dihadapi, langkah berikutnya perlu dibuatkan
standarisasi yang bisa dijadikan acuan kerja di lokasi
kerja gugus dan ditujukan pula untuk mencegah
masalah yang muncul sebelumnya akan terulang lagi.
Jika perlu standarisasi ini juga bisa disebarluaskan
kepada lokasi kerja yang lain yang sejenis dengan
lokasi kerja gugus. Standarisasi yang dibuat bisa
meliputi standar untuk cara kerja (metode), manusia
(operator/mekanik), material, mesin dan lingkungan
kerja.

8. Langkah 8 : Merencanakan Langkah Berikutnya

Pada dasarnya merencanakan langkah berikutnya


adalah menentukan masalah selanjutnya yang akan
diselesaikan oleh gugus dan prinsipnya sama dengan
penentuan tema masalah seperti di langkah pertama
yaitu masalah yang dipilih untuk diselesaikan bisa
melalui 2 cara yaitu :
Memilih masalah yang paling prioritas dari masalahmasalah yang ada di lokasi kerja, atau
Memilih masalah melalui kesepakatan semua
anggota gugus

Anda mungkin juga menyukai