Anda di halaman 1dari 49

GEJALA

Kanker serviks stadium dini biasanya tanpa gejala-gejala.


Itulah mengapa screening atau deteksi dini itu sangat
penting. Gejala-gejala kanker ini adalah:
Ada bercak atau pendarahan setelah hubungan seksual,
Ada bercak atau pendarahan di luar masa haid,
Ada bercak atau pendarahan pada masa menopause,
Mengalami masa haid yang lebih berat dan lebih panjang

dari biasanya.
Keputihan Biasanya menyerupai air, kadangkadang
timbulnya
sebelum
ada
perdarahan
terutama
adenokarsinoma. Pada stadium lebih lanjut, perdarahan
dan keputihan lebih banyak, disertai infeksi, sehingga
cairan yang keluar berbau.

Pada pemeriksaan fisik secara umum :

kelenjar getah bening supraklavikular dan groin harus


dipalpasi untuk menyingkirkan adanya metastase.

Pada pemeriksaan pelvis

spekulum dimasukkan kedalam vagina untuk melihat


penyebaran penyakit dan serviks diinspeksi untuk
melihat daerah yang mencurigakan.

Pemeriksaan bimanual

dapat memperlihatkan suatu serviks yang keras,


iregular, membesar yang menjadi terfiksasi karena
tumor menyebar ke parametrium.

Pemeriksaan rektovaginal

adalah cara terbaik untuk menilai penyebaran ke


parametrium dan posterior.

PENCEGAHAN

tidak berhubungan seksual dengan lebih dari satu pasangan,


penggunaan kondom (untuk mencegah penularan infkesi
HPV)
tidak merokok, selalu menjaga kebersihan, menjalani pola
hidup sehat, melindungi tubuh dari paparan bahan kimia
(untuk mencegah faktor-faktor lain yang memperkuat
munculnya penyakit kanker ini).
melakukan vaksinasi, yang merupakan cara terbaik dan
langkah perlindungan paling aman bagi wanita dari infeksi
HPV tipe 16 dan 18.
memeriksakan diri secara teratur minimal satu tahun sekali,
untuk dilakukan tes skrining terhadap kanker serviks,
misalnya dengan tes Pap Smear.

Deteksi Dini

DETEKSI DINI
Target yang ingin dicapai oleh WHO untuk deteksi

dini kanker serviks:

>80% wanita dgn usia 35-59thn mengetahui ttg program


deteksi dini kanker serviks
>80% petugas medis diarahkan untuk melakukan deteksi
dini
>80% wanita dgn usia 35-59thn dilakukan screening
sekurang2nya satu kali
Penurunan kasus kanker serviks invasif stadium II+
sebanyak >30%

Program pemeriksaan / skrining yang

dianjurkan untuk kanker serviks


(WHO):
Skrining pada setiap wanita minimal satu kali
pada usia 35-55 tahun.
Kalau fasilitas tersedia, lakukan tiap 10 tahun
pada wanita usia 35-55 tahun.
Kalau fasilitas tersedia lebih, lakukan tiap 5
tahun pada wanita usia 35-55 tahun.
Ideal dan optimal, lakukan tiap 3 tahun pada
wanita usia 25-60 tahun.

Perbedaan panduan skrining sitologi serviks menurut American Cancer Society


dan American College of Obstetricians and Gynecologist
Panduan

American Cancer Society

American College of
Obstetricians and Gynecologist

Skrining
awal

Umur

21thn atau 3thn


setelah berhubungan seksual

Umur

Interval

1x/setahun

untuk Pap
konvensional
1x/2thn untuk liquid-base
Pap
Tiap 2-3thn setelah usia 30
dengan 3 kali hasil normal
yang berurutan

1x/setahun

Batas
skrining

Umur

Tidak

70 dengan 3 kali hasil


normal yang berurutan dalam
10 thn

21thn atau 3thn setelah


berhubungan seksual

untuk Pap
konvensional dan liquid-base
Tiap 2-3thn setelah usia 30
dengan 3 kali hasil normal

ada batas umur

Tes Pap Smear


Batasan : pemeriksaan sitologi apusan serviks (Pap

Smear) untuk deteksi dini kanker serviks. Pap Smear


dianjurkan untuk dilakukan pada setiap wanita sejak
secara seksual aktif sampai usia 65 tahun.

1.Pap smear
merupakan pemeriksaan mikroskopis dari sel yang
diambil dari serviks
sensitivitas: sedang (51-88%)
spesifisitas: tinggi (95-98%)

Syarat-syarat pap smear

Hindari pembilasan vagina 48 jam sebelum


pemeriksaan
Tidak menggunakan spermisida foam, krim atau jelly
atau obat-obatan pervagina 1 minggu sebelum
pemeriksaan
Tidak melakukan hubungan seksual paling sedikit 24
jam sebelum dilakukan tes Pap smear

Alat-alat yang digunakan

Grave spekulum
Spatula ayre
cytobrush
kaca objek
alcohol 95%(larutan fiksasi)

Prosedur pengambilan sampel

1.

2.

Bersihkan daerah genital dengan larutan


antiseptik
Pasangkan Grave spekulum sehingga portio
terlihat jelas

3.

4.
5.
6.

inspeksi bentuk dan saiz portio,pedarahan,cairan


yang keluar,erosi,eritoplakia,lekoplakia,massa

Masukkan ujung panjang spatula ke dalam


ostium serviks dan ujung pendek pada
ektoserviks
Putar spatula 360 sebnyk 3x untuk mendapatkn
sampel
Keluarkan spatula tanpa mengenai dinding
vagina
Apus sampel pada spatula pada kaca objek
dengan satu gerakan halus

7.
8.

Ulang langkah 3-6 dengan menggunakan


cytobrush
Letakkan kaca objek ke dalam larutan fiksasi
alkohol 95%

Evaluasi sitologi :
Hasil pemeriksaan Pap smear biasanya dilaporkan
berdasarkan klasifikasi Papanicolaou:
Kelas I : sel-sel normal
Kelas II : sel-sel menunjukkan kelainan ringan,
biasanya disebabkan oleh infeksi.
Kelas III : mecurigakan kearah keganasan.
Kelas IV : sangat mecurigakan adanya keganasan.
Kelas V : pasti ganas.

Pembagian sistim klasifikasi menurut gambaran sitologi


Sistim Bethesda

Sistim Displasia / NIS

Sistim

Normal

Normal

Papanicolaou
I

Infeksi

Inflamasi

Sel skuamosa abnormal

Atipik skuamosa

Sel skuamosa atipik

HPV atipia

LIS derajat rendah

Dysplasia ringan / NIS 1

LIS derajat berat

Dysplasia sedang / NIS 2


Displasia berat

II
II R

NIS 3

III

IV

Karsinoma in situ
Karsinoma sel skuamosa

Karsinoma sel skuamosa

NIS/CIN I
Normal

Displasia Ringan

NIS/CIN II
Displasia
Sedang

Karsinoma Mikroinvasif

NIS/CIN III
Displasia
Berat

Karsinoma
in situ

Pap Smear
vaginitis / servisitis
sedian tidak adekwat
yang mengganggu

atasi
infeksi

pap smear

ulang setelah 6 minggu


mencurigakan atau abnormal keganasan negatif
kolposkopi + biopsi
ulang pap smear
setahun sekali

Tes IVA
IVA adalah singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat.
Merupakan metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau

leher rahim dengan asam asetat.


Amati apakah ada kelainan seperti
area berwarna putih.
Jika tidak ada perubahan warna,
maka dapat dianggap tidak ada
infeksi pada serviks.
Ini dapat dilakukan hanya untuk
deteksi dini.
Jika terlihat tanda yang
mencurigakan, maka metode
deteksi lainnya yang lebih
lanjut harus dilakukan.

Pemeriksaan secara inspeksi dengan menggunakan swab

asam asetat 3-5% pada serviks


Tujuan: diagnosa awal CIN (cervical intraepithelial
neoplasia)
Hasil postive:daerah lesi akan berwarna bercak
putih(acetowhite lesion)
Sensitivitas:96%
Spesifisitas:98%

NIS/CIN I
Normal

Displasia Ringan

NIS/CIN II
Displasia
Sedang

Karsinoma Mikroinvasif

NIS/CIN III
Displasia
Berat

Karsinoma
in situ

Hasil dari inspeksi dinilai dari segi

Warna bercak
Lokasi (mendekati atau menjauhi squamocolumnar
junction/transformation zone)

Sekiranya hasil positif:

1.

2.
3.
4.

dilakukan kolposkopi dan pengambilan sampel untuk


pemeriksaan histologis atau
Dilakukan pemerksaan VIAM/IVAB(inspeksi visual
asam asetat dengan pembesaran gineskopi) atau
Dilakukan kolposkopi dan dilanjutkan dengan rawatan
berdasarkan hasil diagnosa kolposkopi atau
Dilanjutkan dengan rawatan cryotherapy berdasarkan
hasil tes IVA

KOLPOSKOPI
suatu alat yang dapat disamakan

dengan sebuah mikroskop


bertenaga rendah dengan sumber
cahaya di dalam.
Cara ini merupakan cara
pemeriksaan klinik dengan
melakukan permeriksaan adanya perubahan
permukaan epitel serviks/vagina/vulva dan ujung ujung
pembuluh darah di daerah tersebut.
Dengan bantuan kolposkop banyak tindakan konisasi
serviks dapat dihindarkan kerana biopsy dapat
diarahkan dengan betul.
Alat ini tidak dimasukkan ke dalam vagina.

Prosedur pemeriksaan kolposkopi:


Pasien ditidurkan dalam posisi lithotomi
Sesudah vulva dibersihkan, dipasang speculum cocor bebek secara perlahan-

lahan.
Serviks dan vagina dilihat dengan kolposkop tanpa dibersihkan lehib dulu.
Kemudian mucus yang ada di serviks dibersihkan dengan asam cuka 3%.
Secara sistimatis serviks diperiksa dengan kolposkop mulai dari jam 12.00
berputar munurut arah jarum jam dampai kembali ke daerah semula.
Serviks berulang kali dibasahi dengan larutan NaCl fisiologis agar tidak
menjadi kering, jaringan lebih transparan dan pembuluh darah terlihat jelas.
Jika sambungan skuamokolumnar tidak terlihat sebagian atau seluruhnya
gunakan speculum endoserviks untuk membuka kanalis servikalis.
Bila diperlukan biopsy harus dilakukan secara baik dengan menggunakan
alat biopsy Eppendoorf. Bahan harus segera difiksasi dengan larutan
formalin 10% atau alcohol 70%.

Tingkatan hasil pemeriksaan kolposkopi


1. Normal epitel skuamosa asli, ektopi, epitel kolumner, daerah transformasi tipik.
2. Abnormal (daerah transformasi atipik)
Pada daerah ini dapat ditemukan gambaran epitel putih, pungtasi, mosaic,
pembuluh darah abnormal. Terdapat 3 tingkatan daerah transformasi atipik yaitu :
Tingkat I : epitel putih atau pungtusi atau mosaic yang halus
Tingkat II : epitel putih dengan pungtasi dan mosaik yang kasar, tidak teratur
Tingkat III : epitel putih kasar permukaan tidak teratur, pembuluh darah
abnormal.
3. Gambaran kolposkopi tidak memuaskan, dalam hal ini sambungan
skuamokolumnar tidak terlihat seluruhnya karena masuk kedalam kanalis serviks.
4. Distropi misalnya peradangan, epitel atrofik, polop serviks, papiloma,
kondiloma akuminata
Pada ketiga keadaan terakhir (2,3,4) harus dilakukan biopsy.

Indeks kolposkopi (modifiksai)


Penampakan

Lesi

Diluar daerah peralihan

Dalam daerah peralihan

Tepi

Tak tegas samar-samar

Batas tegas

Warna

Putih kelabu samar-samar

Putih tegas dan kusam

Pembuluh darah Tak teratur, mikropapil

Pungtasi mosaic

Lugol

Kuning mostar

Penilaian

Coklat utuh

0-2 = LIS derajat ringan


3-5 = LIS derajat berat.

KONISASI
konisasi serviks adalah pengeluaran sebagian serviks

sehingga bagian yang dikeluarkan berbentuk kerucut


(konus), dan kanalis servikalis menjadi sumbu
kerucut.

Indikasi konisasi :
Pap smear abnormal dengan kolposkopi tidak memuaskan
Sambungan skuamokolumner tidak dapat dilihat seluruhnya.
Lesi menjorok ke dalam kanalis servikalis dan tidak tampak

seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi.


Hasil kuret ensoserviks menunjukkan prakanker derajat berat.
Biopsy yang dipandu dengan kolposkopi menunjukan adanya
mikroinvasi.
Prakanker derajat berat, tetapi ada keinginan untuk
mempertahankan fertilitas.
Pengamatan lanjut menunjukkan progesivitas penyakit secara
nyata.

Prosedur tindakan:
Tindakan sebaiknya setelah haid selesai.
Pasien dalam narkose umum dengan posisi litotomi.
Lakukan tindakan a dan antiseptic di daerah genitalia eksterna

dan sekitarnya.
Dipasang speculum Sim dengan pemberat.
Bibir depan portio dijepit dengan tenakulum.
Lakukan penjahitan paraservikal setinggi ostium uteri
internum dengan benang kromik 0 atau 1, jahitan harus cukup
dengan mencakup stroma serviks.
Tentukan batas luar eksisi dengan bimbingan kolposkop atau
dengan pewarnaan lugol yodium 5%.
Intilrasi bibir depan dan bibir belakang serviks dengan larutan
garam fisiologis ynag mengandung zat vasokontriktor pada jam
3,6,9 dan 12.

Lakukan sondase uterus untuk mengetahui dalamnya dan posisi

uterus, dilanjutkan dengan dilatasi kanalis serviks dengan dilatator


Hegar sampai nomor 8.
Lakukan eksisi konus dengan pisau Scott atau pisau tajam nombor
11, dimulai dari bibir belakang portio (jam6) mengikuti arah jarum
jam. Konisasi mencakup ekto dan endoserviks dan terambil 50%
tanpa mengenai ostium uteri internum.
Beri tanda dengan benang pada jam 12.
Konus ditarik keluar dengan klem Allis.
Lakukan tindakan kuretase kanalis servikalis dan kavum uteri
dengan menggunakan kuret tajam. Lakukan elektrokoagulasi pada
tempat sayatan untuk menghentikan perdarahan. Bila eksisi cukup
luas atau perdarahan setelah elektrokoagulasi masih ada, lakukan
penjahitan Sturmdorf.
Dipasang tampon vagina selama 24jam.
Pasca tindakan diberi antibiotika.

Komplikasi yang dapat terjadi :


Perdarahan
Perforasi uterus.
Stenosis kanalis servikalis. Untuk mencegah
kemungkinan stenosis servikalis lakukan sondase
kanalis servikalis pada haid pertama setelah
konisasi dan 3 bulan kemudian.

STADIUM

Tes Untuk Menentukan Stadium


Setelah diketahui seorang pasien memiliki

keganasan serviks melalui pemeriksaan, maka harus


dilakukan tes untuk memeriksa stadium atau
seberapa jauh sel-sel kanker menyebar pada tubuh.
Tes-tes tersebut adalah X-Ray, CT-Scan, MRI, atau
PET Scan.

Stage 0 : karsinoma in situ


Stage I : karsinoma terbatas pada serviks
Stage Ia : karsinoma invasif hanya teridentifikasi secara

mikroskopis
Stage Ia1 : kedalaman invasi 3 mm dan lebarnya < 7 mm
Stage Ia2 : kedalaman invasi > 3 mm dan 5 mm, dan lebarnya <
7 mm
Stage Ib : lesi klinis terbatas pada serviks atau lesi preklinis lebih
besar dari stage Ia
Stage Ib1 : Lesi klinis berukuran 4 cm
Stage Ib2 : Lesi klinis berukuran > 4cm

Stage II : Karsinoma menyebar ke sekitar serviks dan

melibatkan vagina ( tidak lebih dari 2/3 bagian atas vagina )


dan atau telah menginfiltrasi parametrium ( tetapi tidak
mencapai dinding pelvis )
Stage IIa : Karsinoma melibatkan vagina
Stage IIb : Karsinoma telah menginfiltrasi parametrium

Stage III : Karsinoma melibatkan 1/3 bagian bawah vagina

dan atau menyebar ke dinding pelvis (tidak ada celah antara


tumor dan dinding pelvis).
Stage III a : Karsinoma samapi menyebar ke 1/3 bagian bawah vagina.
Stage III b : Karsinoma meluas ke dinding pelvis dan/atau
hydronefrosis atau atau ginjal yang tidak berfungsi menjadi
ureterostenosis yang disebabkan oleh tumor.

Stage IVa : Karsinoma termasuk mukosa dari

kandung kencing atau rektum dan/atau menyebar


ke dinding pelvis.
Stage IVb : Menyebar ke organ yang jauh.

Terapi dan perawatan kanker


serviks

Pengobatan Lesi Pra-kanker


Pengobatan Lesi (luka) pra-kanker, sebuah kondisi yang juga
dikenal sebagai dysplasia atau CIN (cervical intraepithelial
noeplasia), bisa dilakukan dalam bentuk diatermi, terapi krio,
dan laser. Pengobatan ini sangat sederhana dan relatif
murah, bisa dikerjakan dipoliklinik tanpa pembiusan.
Pengobatan Kanker
Pengobatan kanker membutuhkan biaya yang lebih mahal
dan proses yang lebih rumit.
Keberhasilan pengobatan tergantung pada stadium kanker
yang diderita. Pilihan pengobatan yang bisa dilakukan adalah
pembedahan, terapi radiasi (radioterapi), kemoterapi, atau
kombinasi metode-metode di atas. Terdapat banyak efek
samping yang dapat mempengaruhi aktivitas normal anda.

Operasi/Pembedahan
Pembedahan merupakan pilihan untuk wanita dengan kanker leher rahim
Stadium 1 atau 2.
Dokter bedah mengangkat jaringan yang mungkin mengandung sel-sel
kanker:
Trakelektomi radikal (radical trachelectomy)
Histerektomi Tota l: Dokter bedah mengangkat leher rahim dan rahim.
Histerektomi Radika l: Dokter bedah mengangkat leher rahim,
beberapa jaringan di sekitar leher rahim, rahim, dan bagian dari
vagina.
Saluran telur dan ovarium: Dokter bedah dapat mengangkat kedua
saluran tuba dan ovarium. Pembedahan ini disebut salpingoooforektomi.
Kelenjar getah bening: Ahli bedah dapat mengambil kelenjar getah
bening dekat tumor untuk melihat apakah mereka mengandung kanker.
Jika sel kanker telah mencapai kelenjar getah bening, itu berarti
penyakit ini mungkin telah menyebar ke bagian lain dari tubuh.

Terapi radiasi (juga disebut radioterapi) adalah salah satu


pilihan bagi wanita yang menderita kanker leher rahim
dengan stadium berapa pun.
Terapi radiasi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk
membunuh sel-sel kanker.
Terapi ini hanya mempengaruhi sel-sel di daerah yang
diobati.
Dokter menggunakan dua jenis terapi radiasi untuk
mengobati kanker leher . rahim/serviks.
Terapi radiasi eksterna : Sebuah mesin besar akan
mengarahkan radiasi pada panggul atau jaringan lain di
mana kanker telah menyebar.
Terapi radiasi internal: Sebuah tabung tipis ditempatkan di
dalam vagina. Suatu zat radioaktif dimasukkan ke dalam
tabung tersebut.

Efek samping tergantung terutama pada seberapa


banyak radiasi diberikan dan tubuh bagian mana yang
diterapi.
Radiasi pada perut dan panggul dapat menyebabkan
mual, muntah, diare, atau masalah kencing,
kehilangan rambut di daerah genital anda.
Efek-efek samping terapi radiasi walaupun sangat
sangat mengganggu, biasanya dapat diobati atau
dikendalikan.
Efek jangka panjang
membahayakan indung telur.
Masa haid biasanya berhenti
merasakan sensasi panas yang mendadak (hot flashes)
dan kekeringan vagina.

Kemoterapi
Untuk mengobati kanker serviks, kemoterapi biasanya dikombinasikan
dengan terapi radiasi.
Untuk kanker yang telah menyebar ke organ-organ yang jauh, kemoterapi
saja dapat digunakan. Kemoterapi menggunakan obat-obatan untuk
membunuh sel-sel kanker. Obat-obat untuk kanker serviks biasanya
diberikan melalui pembuluh darah (intravena).
Kemoterapi membunuh sel-sel kanker yang tumbuh cepat, tetapi juga
dapat membahayakan sel-sel normal yang membelah dengan cepat, yaitu:
Sel darah:
Bila kemoterapi menurunkan kadar sel darah yang sehat, dan akan lebih
mudah terkena infeksi, mudah memar atau berdarah, merasa sangat lemah
dan lelah.
Sel-sel pada akar rambut:
Kemoterapi dapat menyebabkan rambut rontok, perubahan warna dan
tekstur.
Sel yang melapisi saluran pencernaan:
menurunkan nafsu makan, mual-mual dan muntah, diare, atau infeksi
pada mulut dan bibir.

Nutrisi dan Aktivitas Fisik


Wanita memerlukan jumlah yang kalori yang tepat

untuk menjaga berat badan.


Penelitian menunjukkan bahwa penderita kanker
merasa lebih baik ketika mereka tetap aktif.
Berjalan, yoga, berenang, dan kegiatan lain dapat
membuat anda kuat dan meningkatkan energi
anda.
Olah raga dapat mengurangi mual dan rasa sakit
serta membuat pengobatan lebih mudah dijalani.
Hal ini juga dapat membantu meringankan stres.

Prognosis kanker serviks


Prognosis kanker serviks adalah buruk.
Prognosis yang buruk tersebut dihubungkan dengan
85-90 % kanker serviks terdiagnosis pada stadium
invasif, stadium lanjut, bahkan stadium terminal.
menentukan faktor prognosis adalah berdasarkan klinis
dan histopatologis seperti keadaan umum, stadium,
besar tumor primer, jenis sel, derajat diferensiasi
Broders.
Prognosis kanker serviks tergantung dari stadium
penyakit.
Umumnya, 5-years survival rate untuk stadium I lebih
dari 90%, untuk stadium II 60-80%, stadium III kira kira 50%, dan untuk stadium IV kurang dari 30%.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai