Anda di halaman 1dari 23

PROPER DAN PENGELOLAAN

LIMBAH BAHAN
BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

DR. INDANG DEWATA, M.Si

Pendahuluan
Permasalahan B3 dan limbah B3 adalah
merupakan permasalahan yang sangat penting
dan serius dalam konteks permasalahan
lingkungan hidup di Indonesia.
permasalahan B3 dan limbah B3 menjadi fokus
dan penekanan Kementerian LH dengan
diterbitkannya PERPRES No.9 tahun 2005
tentang struktur dan organisasi Kementerian,

Latar Belakang
Polemik yang berkepanjangan dan hangat, serta
menyita perhatian Petinggi Negara dan Negara
Tetangga di Media Massa tentang kasus import
illegal limbah B3 PT.APEL di Pulau Galang
BaruBatam,
Maraknya kasus-kasus import illegal limbah B3
di beberapa Pelabuhan terkemuka di Indonesia.
Modus-modus seperti ini bukanlah kejahatan
dengan skala yang kecil, tetapi bukan tidak
mungkin juga merupakan kejahatan negara
state crime yang berkedok dibawah
international corporate.

Definisi B3 berdasarkan PP 74/2001:


B3 adalah bahan yang karena sifat dan atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau
merusak
lingkungan
hidup,
dan
atau
dapat
membahayakan lingkungan hidup manusia serta makhluk
hidup lainnya.
Pasal 28, PP No.74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Beracun yang berbunyi :
1) Wewenag pengawasan terhadap kegiatan pengelolaan B3 dilakukan oleh
instansi yang bertanggung jawab dan instansi yang berwenang sesuai
dengan bidang tugasnya masing-masing.
2) Dalam hal tertentu, wewenang pengawasan terhadap kegiatan pengelolaan
B3 sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diserahkan menjadi urusan
daerah Propinsi/Kabupaten/Kota
3) Penyerahan wewenang pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
ditetapkan oleh instansi yang bertanggung jawab dan atau instansi yang
berwenang di bidang tugasnya masing-masing.

KLASIFIKASI B3
Karakteristik :

Mudah meledak (explosive)


Pengoksidasi (oxidizing)
Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable)
Sangat mudah menyala (highly flammable)
Mudah menyala (flammable)
Amat sangat beracun (extremely toxic)
Sangat beracun (highly toxic)
Beracun (moderately toxic)
Berbahaya (harmful)
Korosif (corrosive)
Bersifat iritasi (irritant)
Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)
Karsinogenik (carcinogenic)
Teratogenik (teratogenic)
Mutagenik (mutagenic)

PRINSIP PENGELOLAAN LIMBAH B3


From Cradle to The Grave
PENGUMPUL
TPS*)

PENGHASIL

PEMANFAAT

TPS

(WASTE EXCHANGE)

Limbah yang tidak


habis bereaksi, dll

TPS

PENGOLAH

(treatment & disposal))

Residu incenerator,
hasil reaksi kimia, dll

*)

PENIMBUN

TPS = Tempat Penyimpanan Sementara

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
PENGELOLAAN LIMBAH B3
1. Undang-undang RI No. 23 / 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2. PP RI No. 18 / 1999 Jo. PP No. 85 / 1999
tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya & Beracun sbg revisi dari
PP RI No. 19 / 1994 jo. PP No. 12 / 1995
tentang Pengelolaan Limbah B3.
3. Kepdal 01/BAPEDAL/09/1995 Tata Cara
& Persyaratan Teknis Penyimpanan &
Pengumpulan Limbah B3
4. Kepdal 02/BAPEDAL/09/1995 tentang
Dokumen limbah B3.
5. Kepdal 03/BAPEDAL/09/1995 tentang
Persyaratan teknis pengolahan limbah
B3.
6. Kepdal 04/BAPEDAL/09/1995 tentang
Tata
Cara
Penimbunan
Hasil
Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas
Pengolahan dan Lokasi Penimbunan
Limbah B3.

7.

Kepdal 05/BAPEDAL/09/1995
tentang Simbol dan Label.

8.

Kepdal 68/BAPEDAL/05/1994
tentang Tata Cara Memperoleh
Izin Pengelolaa Limbah B3.

9.

Kepdal 02/BAPEDAL/01/1998
tentang Tata Laksana
Pengawasan Pengelolaan
Limbah B3.

10. Kepdal 03/BAPEDAL/01/1998

tentang Program Kendali B3.

11. Kepdal 255/BAPEDAL/08/1996

tentang Tata Cara dan


Persyaratan Penyimpanan dan
Pengumpulan Minyak Pelumas
Bekas..

Program Jangka Pendek


pengawasan terhadap peredaran dan
pengelolaan B3 dan limbah B3 sebagai langkah
bersama yang solid dari seluruh jajaran
Pemerintahan, baik Pusat, Propinsi, maupun
Kabupaten dan Kota .
PROPER sebagai instrumen pengawasan
dalam pengelolaan B3 dan limbah B3,
perizinan dalam rangka Administrasi
Pengelolaan B3 dan LB3,.

Program Jangka Pendek


upaya-upaya pemulihan kualitas
lingkungan akibat terkontaminasinya
media (air, tanah, dan laut) akibat kegiatan
pengelolaan illegal dari B3 dan limbah
B3.
Penguatan institusi pengelolaan B3 dan
Limbah B3 di tingkat pusat dan daerah

Program Jangka Panjang


Memperkuat dan meningkatkan jumlah serta
kapasitas Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup
(PPLH), baik di Pusat, Propinsi, dan
Kabupaten/Kota. Karena, hal ini menjadi ujung
tombak dalam pelaksanaan pengawasan
dilapangan.
Penyempurnaan dan sosialisasi PROGRAM
PROPER, serta pelibatan peran Daerah dalam
pelaksanaan kegiatannya. Sehingga diharapkan
munculnya suatu pemahaman dan sinergi yang
sangat baik antara Pusat, Propinsi, dan
Kabupaten/Kota, dalam pelaksanaan PROPER.

ALUR PENGUMPULAN DATA PROPER

Inspeksi lapangan Tim Proper KLH &


Pemda

Perusahaan
Pengambilan Sampel

Berita Acara :

- Temuan dilapangan
- Tindak Lanjut

Analisa Laboratorium

Data Sumber lain

Pengolahan
Data KLH

Evaluasi

Peringkat

Kinerja

Dampak

telah mencapai hasil yang sangat


memuaskan telah melakukan program
3 R (reuse,recycle, recovery dan
melaksanakan community development);

Insentif
Reputasi

telah mencapai hasil lebih baik dari


persyaratan yang ditentukan ( mereduksi
50% dari ketentuan yang berlaku &
melaksanakan community relation)
telah mencapai hasil yang sesuai dengan
persyaratan perundang-undangan yang
berlaku.
telah berupaya tetapi belum mencapai
persayaratan perundang-undangan yang
berlaku.
belum melaksanakan upaya pengelolaan
lingkungan hidup yang berarti

Disinsentif
Reputasi

DISTRIBUSI PERINGKAT BERDASARKAN


STATUS PERMODALAN
No

STATUS PERMODALAN

Jumlah Perusahaan
Angka

Persentase (%)

Penanaman Modal Asing

160

34%

Penanaman Modal Dalam Negeri

195

42%

Badan Usaha Milik Negara

111

24%

Secara umum
kinerja penaatan
perusahaan
PMA lebih baik
dibandingkan
dengan PMDN
dan BUMN.
Namun masih
ada 56 PMA dari
158 total PMA
yang belum taat
yaitu masih
berperingkat
hitam dan
merah

Program Jangka Panjang


Sistem Perizinan yang merupakan sebagai alat
pengawasan pengelolaan B3 dan limbah B3,
perlu mendapatkan perhatian yang serius,
dalam konteks peran dan kompetensi yang
dilakukan, baik Pusat dan Daerah.
Kebijakan Kementerian Lingkungan Hidup
dalam pengelolaan B3 dan Limbah B3
semaksimal mungkin berupaya untuk membuka
akses dan opportunity bagi konsep
pemanfaatan limbah B3 (Recycle, ReUse, dan
Recovery), sebelum upaya terakhir dilakukan,
yaitu penimbunan.

Sistem Manifest

Sistem Pemantauan
limbah B3 dengan
menggunakan manifes

JUMLAH LIMBAH B3 SEKTOR MANUFAKTUR


YANG TELAH DIKELOLA SESUAI DENGAN PERATURAN (Tahun 2003
1. Penimbunan

= 358.438 ton

2. Pengolahan

Limbah yang ditimbun meliputi :


Sludge IPAL, Limbah Padat Non B3,
abu incenerator, dll.

= 120.466 ton

3. Pemanfaatan

= 1.265.429 ton
Lain-lain meliputi :
Daur Ulang Aki Bekas
Alternative Fuel
Recovery Spent Solvent
Recovery Limbah Logam
Recycle Limbah Asam Basa
Recycle Limbah Kimia Lain
Recycle Limbah Padat Lain

Pengelolaan LB3
Tahun 2003

= 1.744.333 ton

5.608
3.779
237
581
16.300
6.617
2.500

ton
ton
ton
ton
ton
ton
ton

Potensi Timbulan Limbah B3

Dari perkiraan timbulan limbah B3 tersebut,


akibat pesatnya perkembangan industri,
maka diperlukan suatu

pusat fasilitas pengelolaan limbah B3


1. PPLI Cileungsi, Bogor Jawa Barat . Sudah beroperasi
2. PPLI Cerme, Gersik - Jawa Timur

. persiapan

3. Kutai Kartanegara Kalimantan

. persiapan

4. .

. rencana

- Sumatera
Dan

Temporary Storage
< limbah sejenis atau lebih >

Salah satu aktifitas pada


pusat pengelolaan LB3
(sistem penimbunan)

Kontaminasi pencemar
pada aliran
Air Bawah Tanah
bila tanpa dikelola

Sistem Landfill Limbah B3

yang difokuskan saat ini adalah

> Pengelolaan Limbah B3 (Reuse, Recycle, Recovery)


> Pengawasannya
Termasuk penerapan kebijakan

larangan membuang limbah B3 langsung


ke lingkungan
larangan melakukan Impor limbah B3
Ekspor limbah B3 diperbolehkan
melalui NOTIFIKASI
antara negara penerima dan KLH.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai