Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Definisi
Epilepsi:
Definisi
Menurut World Health Organization (WHO) :
gangguan kronik otak yang menunjukkan
gejala-gejala berupa serangan-serangan yang
berulang-ulang yang terjadi akibat adanya
ketidaknormalan kerja sementara sebagian
atau seluruh jaringan otak karena cetusan
listrik pada neuron (sel saraf) peka rangsang
yang berlebihan, yang dapat menimbulkan
kelainan motorik, sensorik, otonom atau psikis
yang timbul tiba-tiba dan sesaat disebabkan
lepasnya muatan listrik abnormal sel-sel otak.
Definisi
Menurut
International
League
Againts
Epilepsy
(ILAE,
2005),
kelainan serebral yang ditandai
dengan faktor predisposisi menetap
untuk mengalami kejang selanjutnya
dan
terdapat
konsekuensi
neurobiologis, kogniti, psikologis, dan
sosial dari kondisi ini.
Etiologi
Idiopatik
pengaruh genetik, trauma kepala,
kelainan medis (ex: stroke, serangan
jantung),
demensia,
meningitis,
ensefalitis, jejas pre natal, atau
gangguan
perkembangan
(sind.
Down, autisme).
Patofisiologi
Kejang adalah manifestasi elektrik sementara
dari korteks serebri. Suatu kejang terjadi
apabila terdapat ketidakseimbangan antara
kekuatan eksitorik dan inhibitorik di dalam
jaringan neuron korteks yang menyebabkan
hasil bersih berupa eksitasi mendadak.
Manifestasi klinis yang terjadi tergantung dari
jarangan korteks yang terangsang. Oleh
karena itu, dapat terjadi manifestasi visual,
sensorik, gustatorik, dan/atau motorik.
Patofisiologi
Membran sel
Ion K dan cl mudah masuk kedalam sel
Ion Na dan Ca sulit masuk kedalam sel
akibatnya konsentrasi ion K dalam sel
tinggi dan ion Na dan Ca rendah
terjadinya perbedaan potensial
- 70 mv disebut potensial membran istirahat
Neurotransmitter
- Zat yang diperlukan untuk berjalannya impuls dari aksOn suatu
neuron ke dendrit neuron yang lain
- Antara lain :
Norepinefrin (terutama di Pons dan Medula)
Serotonin (ventral hipotalamus dan mesensefalon)
Dopamin (ventral hipotalamus dan mesenfalon)
Asetilkolin (reticular activating system di batang otak)
L-Guitamat dan L-Aspartat merangsang sel kortikal
Gama amino butyric acid (GABA) yang mengerem rangsang
Bila terjadi ketidakseimbangan yg merangsang (L-Glutama) dan mengerem
(GABA) terjadilah serangan
Klasifikasi Epilepsi
A. Bangkitan Parsial
1. Bangkitan Parsial Sederhana
2. Bangkitan Parsial Kompleks
3. Bangkitan umum sekunder
B. Bangkitan umum
1.
2.
3.
4.
5.
6.
A. Bangkitan Parsial
1. Parsial Sederhana (simple)
Gangguan kesadaran (-)
tergantung sistem saraf yg terkena
Manifestasi motorik (gyrus presentralis lobus frontalis)
Kejang dimulai dari ibu jari, meluas ke tangan, lengan, muka dan
tungkai, kadang berhenti di satu sisi. Bila rangsangan sangat kuat,
dapat meluas ke lengan atau tungkai yang lain sehingga terjadi
kejang umum Jackson motoric epilepsy
Manifestasi sensorik (gyrus post sentralis lobus parietalis)
Penderita merasa kesemutan di ibu jari, lengan, muka dan tungkai,
tanpa kejang motoris. Dapat meluas ke sisi yang lain Jackson
sensoric epilepsy
Manifestasi otonom
Nyeri epigastrum
Pucat
Berkeringat
Manifestasi psikis
Disfagia
Dysmnesia (ingatan berkurang)
Kognitif
Afektif
Ilusi
Halusinasi
2.
a.
b.
c.
3.
d.
e.
f.
B. Bangkitan Umum
1. Absence Seizure (Petit Mal)
Tidak kejang, tidak sampai jatuh
Terjadi gangguan kesadran singkat (6-10 detik)
Terutama pada anak-anak (4-12 th)
Seakan-akan melamun beraktivitas kembali seperti normal
Dapat terjadi 10-20x/hari
EEG 3PSC Spike Acid Wave
2. Tonik-Klonik (Grand Mal)
Paling sering dijumpai
Ada gejala prodromal
(merasa tegang, cepat tersinggung,dll)
Tida ada aura
Dimulai fase tonik (+ 30 detik) fase klonik (+ 60 detik)
fase post-iktal (15-30 menit)
Fase Tonik :
Semua lengan dan tungkai ekstensi
Penderita tampak mengejan (wajah merah) apnea 30 detik
akhir fase
- Sianosis, tekanan darah , pupil melebar, refleks cahaya
(-), refleks patologis(+), incontinensia urin
Fase Klonik
Kejang ritmik
- Lidah tergigit (buih kemerahan)
- Bernafas kembali
- Wajah kembali normal, tekanan darah , vital sign normal
Post-iktal
Setelah kejang tertidur penderita bangun disorientasi
normal kembali
3. Epilepsi Mioklonik
Pada anak-anak
Terjadi gangguan kesadaran sebentar
Gerakan involuntar aneh dari sekelompok otot (terutama bahu
dan lengan)
Myoclonic jerking
4. Epilepsi Atonik
Mendadak kehilangan tonus otot pada beberapa bagian tubuh
atau seluruh tubuh
Berlangsung singkat drop attack
5. Clonic seizure
Jarang
Clonic jercking
Asimetri (sering)
Irregular
Neonatus, bayi, anak muda (sering)
Selalu simptomatik
6. Tonic Seizures
Kontraksi otot-otot wajah : mata terbuka lebar ; bola mata
menarik keatas ; ekstensi leher ; spasme otot-otot extremitas
bagian proximal ke distal lengan diangkat keatas seperti
menahan pukulan kepala ; exremitas inferior triple flexion,
menangis APNEA (mungkin)
Kepala mengangguk-angguk dan perubahan posture yang ringan
fluktuasi
Perubahan autonomic dapat terjadi
< 60
Semua umur
Diagnosis
Diagnosis epilepsi ditegakkan berdasar :
1. Anamnesis (auto and alo anamnesis)
Pola/bentuk serangan
Lama serangan
Gejala sebelum, selama dan paska serangan
Frekuensi serangan
Faktor pencetus
Ada/tidaknya penyakit lain yang diderita sekarang
Usia saat terjadi serangan pertama
Riwayat kehamilan, persalinan dan perkembangan
Riwayat penyakit, penyebab atau terapi sebelumnya
Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga
3. Pemeriksaan Penunjang
3.1
EEG
Indikasi
Membantu menegakkan diagnosis
Menentukan prognosis pada kasus tertentu
Pertimbangan dalam penghentian obat anti epilepsi
Membantu dalam menentukan letak fokus
Rekaman EEG termasuk rekaman tidur, stimulasi fotik dan
hiperventilasi
Kira-kira 29-38% dari pasien epilepsi dewasa, EEG tunggal
menunjukkan kelainan epileptiform. Bila diulang 59-77%
Bila EEG normal, persangkaan kuat, diulang dengan
persyaratan khusus
3.2
3.3
Pemeriksaan Laboratorium
Darah :
darah rutin, elektrolit, gula, fungsi hati dll ~ sesuai indikasi
LCS : sesuai indikasi
Lain-lain : sesuai indikasi
Diagnosis pasti :
Atas dasar : gejala dan tanda klinis icttan yang ditunjang EEG
epileptiform
Diagnosis Deferensial
1. Pada neonatus
Jittering
Apneu
2. Pada Anak
Breath holding spel
Sinkop
Bangkitan psikogenik / konversi
Prolonged QT syndrome
Night terror
TICK
Hypercyanotic attack (pada tetralogi fallot)
3. Pada Dewasa
Sinkop : dapat sebagai vasovagal attack, sinkop kardiogenik,
sinkop hipovolemik, sinkop hipotensi dan sinkop saat MIKSI
(micturition Syncope)
TIA
Vertigo
Transient global amnesia
Narkolepsi
Serangan panik, psikogenik
Menier
TICK
Pengobatan
Tujuan pengobatan
Mengontrol gejala atau tanda secara adekuat dengan penggunaan
obat
minimal
Prinsip pengobatan
- Pengobatan dilakukan minimal 2 kali bangkitan dalam setahun
- Setelah diagnosis tegak, menerima penjelasan tujuan pengobatan
dan efek samping
- Obat sesuai jenis bangkitan
- Monoterapi
- Dimulai dosis rendah, dinaikkan bertahap sampai dosis efektif
- Dimulai dengan obat lini pertama. Bila mengganti obat pertama
diturunkan bertahap dan obat kedua dinaikkan bertahap
- Bila monoterapi gagal pemantauan kadar obat sesuai indikasi
Penghentian OAE
Minimal 3 tahun tanpa bangklitan
dengan gambaran EEG normal
Penghentian disetujui pasien dan
keluarga
Penurunan dosis dilakakuan 25%
setiap bulan, dalam jangka waktu 3-6
bulan.
Jika memakai 2 obat, jangan
hentikan yang utama dahulu
Terapi Pembedahan
Terapi pembedahan dilakukan ketika resisten
terhadap OAE dengan melakukan reseksi atau
diskoneksi terhadap zona epileptogenik (korteks
yang sangat berperan memunculkan bangkitan).
Indikasi yang lain, jika akan memberikan outcome
yang baik setelah pembedahan, misalnya pada:
Epilepsi lobus temporal mesial
Epilepsi neokortikal lesional
General epilepsi sekunder (Lennox-Gastaut
Syndrome)
STATUS EPILEPTIKUS
Status Epileptikus
Definisi
Kejang yang berlangsung lebih dari 30 menit atau 2 atau lebih kejang
berturut-turut tanpa pulihnya kesadaran diantara kejang yang
berlangsung lebih dari 30 menit.
Klasifikasi
- Konvulsif
- Non Konvulsif
Penanganan
PRINSIP
1. Stabilisasi pasien dengan prinsip kegawatan umum (ABC)
2. Menghentikan bangkitan dan mencari etiologi secara simultan
3. Mencegah bangkitan ulang atau mengatasi penyulit
4. Mengatasi faktor pencetus
Bila setelah menit ke 60 belum teratasi (refrakter), sebaiknya
perawatan di lakukan di ICU