Anda di halaman 1dari 43

KUSTA

Pembimbing : dr. Afaf Agil Almunawar, Sp.KK

PENDAHULUAN

Kusta termasuk penyakit tertua.


Kata kusta berasal dari bahasa India kustha,
dikenal sejak 1400 tahun sebelum Masehi.
Kata kusta disebut dalam kitab Injil, terjemahan
dari bahasa Hebrew zaraath yang sebenarnya
mencakup beberapa penyakit kulit lainnya.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Islam Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2016

DEFINISI

Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik


dan penyebabnya ialah Mycobacterium leprae
yang bersifat intraseluler obligat.
Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit
dan mukosa traktus respiratorius bagian atas,
kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan
saraf pusat.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Islam Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2016

EPIDEMIOLOGI

Di Indonesia jumlah kasus kusta yang tercatat akhir


tahun 2008 adalah 22.359 orang dengan kasus
baru tahun 2008 sebesar 16.668 orang.
Distribusi tidak merata, yang tertinggi antara lain di
Pulau Jawa, Sulawesi,Maluku,dan Papua.
Prevalensi pada tahun 2008 per 10.000 penduduk
adalah 0,73.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Islam Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2016

ETIOLOGI

Kuman penyebab adalah Mycobacterium Leprae


yang ditemukan oleh G.A Hansen pada tahun 1874
di Norwegia.
M.leprae berbentuk kuman dengan ukuran 3-8 um x
0,5 um, tahan asam dan alkohol serta gram-positif.
Secara skematik struktur M. leprae terdiri dari :
Kapsul, dinidng, membran dan sitoplasma

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Islam Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2016

PATOGENESIS
KUSTA

Lepra, Morbus Hansen

M.Leprae mempunyai patogenitas dan daya invasi yang rendah

Sebab penderita yang mengandung kuman lebih banyak belum


tentu menghasilkan gejala yang lebih berat,

Disebabkan oleh respon imun yang berbeda, yang menggugah timbulnya


reaksi granuloma setempat atau menyeluruh yang dapat sembuh sendiri
atau progresif.

17
spesies

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Islam Cempaka Putih
21
Universitas Muhammadiyah Jakarta
spesies
2016

2
spesies

DIAGNOSIS
Gejala Klinis
Diagnosis penyakit kusta didasarkan gambaran klinis,
bakterioskopis, dan histopatologis, dan serologis.
Bila kuman M.leprae masuk ke dalam tubuh seseorang
dapat timbul gejala klinis sesuai dengan kerentanan
orang tersebut.
Bentuk tipe klinis bergantung pada sistem imunitas seluler
(SIS) penderita.
Bila SIS baik akan tampak gambaran klinik ke arah -->
tuberkuloid, sebaliknya SIS rendah memberikan
gambaran --> lepromatosa.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Islam Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2016

BENTUK LESI KULIT PADA MH

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Islam Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2016

Menurut Ridley dan Jopling

TT : Tuberkuloid polar ,bentuk yang


stabil
Ti
: Tuberkuloid indefinite
BT : Bordeline tuberkuloid
BB : Mid bordeline
BL : Bordeline lepromatosa
Li
: Lepromatosa indefinite
LL
: Lepromatosa polar, betuk yang
stabil
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Islam Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2016

Zona Spektrum Kusta Menurut Macam Klasifikasi

Gambaran Klinis,Bakteriologik, dan


Imunologik oleh Kusta,Multibasilar (MB)

Gambaran Klinis,Bakteriologik, dan Imunologik oleh Kusta,Pausibasilar (PB)

Bagan Diagnosis Klinis Menurut WHO 1995

PEMERIKSAAN SARAF

Saraf Perifer
N. fasialis
N. aurikularius magnus
N. ulnaris
N. medianus
N. radialis
N. poplitea lateralis
N. tibialis posterior

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Islam Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2016

perlu dinilai

- pembesaran
- konsistensi
- nyeri -/+

PEMERIKSAAN SARAF

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Islam Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2016

PEMERIKSAAN SARAF

PEMERIKSAAN SARAF

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Islam Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2016

PEMERIKSAAN SARAF
Tes motorik (Paresis / Paralisis)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Islam Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2016

GEJALA KLINIS
KERUSAKAN SARAF

Sensoris

Motoris

Anastesi

paresis/paralisis

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Islam Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2016

Otonom

kulit kering

DEFORMITAS

Deformitas atau cacat kusta sesuai dengan


patofisiologinya, dapat dibagi dalam deformitas
primer dan sekunder.
Kerusakan mata pada kusta dapat primer dan
sekunder.
Infiltrasi granuloma ke dalam adneksa kulit yang
terdiri atas kelenjar keringat, kelenjar palit, dan folikel
rambut --> mengakibatkan kulit kering dan alopesia.
Pada tipe lepromatosa dapat timbul ginekomasti
akibat gangguan keseimbangan hormonal dan oleh
karena infiltrasi granuloma pada tubulus seminiferus
testis.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Islam Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2016

KUSTA TIPE NEURAL

Lesi kulit tidak ada / tidak pernah ada


Pembesaran saraf 1 atau lebih
Anastesia dan atau paralisis, atrofi daerah
yang dipersarafinya.
Bakterioskopik (-)
Tes Mitsuda umumnya (+)
Diagnosis sulit

anjuran biopsi saraf

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Islam Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2016

KUSTA HISTOID

Variasi lesi tipe lepromatosa


Klinis : nodus berbatas tegas, dapat berbentuk
plak.
Bakterioskopik : positif tinggi
Terjadi oleh karena kasus relaps sensitif atau
relaps resisten.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Islam Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2016

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.

Pemeriksaan Bakterioskopik
Membantu menegakkan diagnosis
Pengamatan pengobatan
Sediaan dibuat dari kerokan jaringan kulit atau usapan dan kerokan mukosa
hidung yang diwarnai dengan pewarnaan terhadap basil tahan asam (BTA) antara
lain dengan Ziehl-Neelsen.
Bakterioskopik negatif pada seseorang penderita, bukan berarti orang tersebut
tidak mengandung kuman M.leprae.

M. leprae terlihat merah

solid

: batang utuh

hidup

fragmented : batang terputus


granular

: butiran

mati

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Islam Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2016

PEMERIKSAAN BTA

Pengambilan sampel diambil dari daerah cuping


telinga kanan dan kiri, dan dari 2-4 lesi kulit
lainnya.
Pengambilan sampel sama seperti kerokan kulit.
Bahan pewarna tahan asam : Ziehl Nielsen atau
Kinyoun Gabett
Penilaian hasil hitung indeks bakteri (IB) dan
indeks morfologi (IM) dengan arah

PEMERIKSAAN BTA

Indeks Bakteri (IB) ialah jumlah seluruh


basil yang hidup (solid) dan yang mati
(batang yang terputus/fragmented atau
berbutir granular).
Indeks Morfologi ialah persentase jumlah
basil hidup dibandingkan dengan seluruh
basil (basil hidup dan mati)
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Islam Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2016

SKALA LOGARITMIK RIDLEY

0 : tidak didapatkan basil dalam 100


lapang pandang
1+ : 1 10 basil/100 lapang pandang
2+ : 1 10 basil/10 lapang pandang
3+ : 1 10 basil/lapang pandang
4+ : 10 100 basil/lapang pandang
5+ : 100 1000 basil/lapang pandang
6+ : > 1000 basil/lapang pandang

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Islam Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2016

PEMERIKSAAN PENUNJANG

2. Pemeriksaan Histopatologik
Tipe tuberkuloid : tuberkel dan kerusakn saraf yang lebih nyata,
tidak ada kuman atau hanya sedikit dan non-solid
Tipe lepromatosa : terdapat suatu daerah langsung di bawah
epidermis yang jaringannya tidak patologik, didapati sel Virchow
dengan banyak kuman
3. Pemeriksaan Serologik
Antibodi spesifik M. leprae yaitu antibodi anti phenolic glycolipid-1
(PGL-1) dan antibodi antiprotein 16 kD serta 35 kD
Antibodi yang tidak spesifik : antibodi anti-lipoarabinomanan (LAM)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Islam Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2016

PENGOBATAN
Multi Drugs Treatment (MDT) :
DDS (Diamino Difenil Sulfon)
Klofazimin (Lampren)
Rifampisin
Pemberian MDT
Mencegah dan mengobati resistensi
Memperpendek masa pengobatan
Mempercepat pemutusan mata rantai penularan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Islam Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2016

PENGOBATAN

Obat alternatif :
Ofloksasin
Minosiklin
Klaritromisin

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Islam Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2016

PENGOBATAN
MDT Multibasiler (MB)

BB,BLdan LL
atau semua tipe BTA (+)

Rifampisin 600 mg/bulan


DDS 100 mg/hari
Klofazimin 300 mg/bln diteruskan 50 mg/hari
Diberikan 12-18 bulan
bakterioskopik (-)
Pemeriksaan klinis setiap bulan
Pemeriksaan bakterioskopik setiap 3 bulan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Islam Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2016

PENGOBATAN

MDT Pausibasiler (PB) : I, TT dan BT -->


syarat bakterioskopik (-)

Rifampisin 600 mg/bulan


DDS 100 mg/hari
Diberikan 6 9 bulan
Pemeriksaan klinis setiap bulan
Pemeriksaan bakterioskopik setelah 6
bulan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Islam Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2016

TATALAKSANA

Non medikamentosa :
Edukasi mengenai penyakit dan rencana pengobatan
bekepanjangan
Teratur meminum obat dan kontrol setiap bulan
Menjaga hygiene sepeti mengganti baju dan mandi setiap kali
berkeringat
Menjaga kontak dengan orang lingkungan sekitar untuk mencegah
penularan
Menjaga kebersihan lesi dari luka atau kotoran, dengan
melakukan pengecekan setiap hari
Selalu memakai kaos kaki dan sarung tangan sebagai upaya
pencegahan terjadi deformitas
Memakai kaca mata untuk melindungi matanya
Tangan dan kaki direndam, disikat, dan diminyaki agar tidak kering

REAKSI KUSTA
Interupsi dengan episode akut pd perjalanan penyakit kusta yg
kronik
Dapat terjadi pada awal, selama & setelah terapi
REAKSI
KUSTA

ENL

Ditentukan respons
imun humoral

Reversal

Ditentukan respons
imun selular

Terjadi pada tipe


borderline
Pada pengobatan
6 bulan pertama

Antigen M. leprae + AB
(igM, igG) + Komplemen
Terjadi pada
pengobatan
tahun kedua
Kompleks imun
dapat menginfiltrasi
organ lain :
Iridosikliti
Neuritis
Limfadenitis
Artritis
Orkitis
Nefritis

KLINIS
Kulit

REVERSAL
- sebagian atau seluruh lesi yang
telah ada bertambah aktif dan atau
timbul lesi baru dalam waktu
singkat.
*lesi hipopigmentasi - eritemaeritematosa-infiltrat- infiltratif dan
bertambah luas.

Saraf
Nyeri +/Gangguan fungsi +/Konstitusi
Demam ringan
Malese

ENL
Nodus, eritema, nyeri.

- Nyeri +/Gangguan fungsi +/-

Demam ringan berat


Malaise, iridosiklitis,
neuritis akut, lmfadenitis,
artritis, orkitis dan nefritis
akut.

REAKSI LEPRA

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Islam Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2016

PENGOBATAN REAKSI LEPRA

Prinsip pengobatan :
1. Pemberian obat anti reaksi
2. Istirahat atau imobilisasi
3. Analgetik, sedatif untuk mengatasi rasa
nyeri
4. MDT diteruskan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Islam Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2016

REAKSI LEPRA

Reaksi ENL
Ringan

rawat jalan, istirahat

Berat

rawat inap

Obat :

Prednison 15 30 mg/hr

berat/ringan reaksi

Klofazimin 200 300 mg/hr


Thalidomide

teratogenik, di Indonesia (-)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Islam Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2016

PENGOBATAN REAKSI LEPRA


Reaksi Reversal
Neuritis (+)

Prednison 40 mg/hr
Analgetik + sedatif
Anggota gerak yang terkena istirahatkan
Neuritis (-)

Kortikosteroid (-)
Analgetik kalau perlu
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Islam Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2016

Reaksi lepra

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Islam Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2016

Setelah diobati

DAFTAR PUSTAKA

SW Menaldi, Sri Linuwih. 2015. Ilmu Penyakit Kulit


dan Kelamin Ed. Ketujuh. Jakarta. Balai Penerbit:
FKUI.p.87-102.
Goldsmith, Lowell A ; Katz, Stephen. Fitzpatrick's
Dermatology in General Medicine. 8th edition volume
one. United States : McGrawHill; 2012.p.2253-62.
Agusni l, Menaldi SL. Beberapa prosedur diagnosis
baru pada penyakit kusta. Dalam: Syamsoe Daili ES,
Menaldi SL, Ismarto SP, Nilasari H, edior. Kusta.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.p. 59-65.
World Health Organization. WHO model prescribing
information. Drug used in leprosy. Geneva: WHO;
1995

THANK YOU!

Anda mungkin juga menyukai