Anda di halaman 1dari 35

GAGAL JANTUNG

Stefanus Jonathan
112011165
Pembimbing : dr. Jusdiono, SpJP FIHA
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam
RSAU dr.Esnawan Antariksa 2016

DEFINISI GAGAL JANTUNG


Merupakan sindroma klinis kompleks yang
disebabkan oleh gangguan fungsi dan
struktur jantung sehingga mempengaruhi
kemampuan jantung untuk memompakan
darah sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Kondisi ini ditandai dengan:
Gangguan hemodinamik berupa
penurunan curah jantung dan
peningkatan tekanan pengisian
ventrikel.

KRITERIA FRAMINGHAM
Terdapat

2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor dan 1 kriteria minor


Kriteria Mayor

Paroksismal nocturnal dispnu


Distensi vena leher
Ronki paru
Kardiomegali
Edema paru akut
Gallop S3
Peninggian tekanan vena jugularis
Refluks hepatojugular

Kriteria

Minor

Edema ekstremitas
Batuk malam hari
Dispnea deffort
Hepatomegali
Efusi pleura
Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
Takikardia > 120x/menit

Terminologi / Pembagian
Gagal Jantung
1) Gagal Jantung Kiri & Gagal Jantung
Kanan
2) Gagal Jantung Akut & Gagal
Jantung Kronik
3) Gagal Jantung Sistolik & Gagal
Jantung Diastolik
7/22/16

Gagal Jantung Kiri

Gagal Jantung Kanan


GJ

Lebih

banyak terjadi
di praktek klinik
Akibat akumulasi
darah sebelum masuk
ventrikel kiri
mengakibatkan
peningkatan tekanan
atrium kiri dan vena
paru sehingga terjadi
akumulasi cairan di
paru - dyspnea (+)

kanan (murni) lebih


jarang
Akibat akumulasi
darah sebelum masuk
ventrikel kanan
menyebabkan
peningkatan tekanan
atrium kanan dan
vena sistemik
sehingga terjadi
akumulasi cairan di
jaringan lunak tubuh
edema (+)
7/22/16

Gagal Jantung Sistolik

Gagal Jantung Diastolik

Terjadi akibat pengisian


jantung yang
terganggu
Penurunan
distensibilitas ventrikel
kiri
LVEF masih normal
atau sedikit menurun >
50%
Dapat disebabkan oleh:
Proses penuaan
Hipertensi
Kardiomiopati
hipertrof
Penyebab restriktif

Terjadi

akibat
terganggunya
kemampuan jantung
untuk mengalirkan
darah ke seluruh
tubuh
Curah jantung
menurun
LVEF < 50%

7/22/16

Gagal Jantung Akut


Timbulnya

keluhan dan gejala yang


khas berlangsung cepat (dalam jam
atau hari) akibat disfungsi jantung

Dapat

terjadi pada penderita dengan


atau tanpa kelainan jantung
sebelumnya

Disfungsi

jantung dapat meliputi


disfungsi sistolik atau diastolik, irama
jantung abnormal atau tidak ada
7/22/16

Gagal Jantung Kronik


= Gagal Jantung Kongestif
Yaitu gagal jantung yang disertai retensi cairan & edema

Keluhan :
Dyspnea

Gejala :

Dyspnea on effort (DOE)


Orthopnea
Paroxysmal Nocturnal Dyspnea
(PND)

Tanda

bendungan/retensi cairan :
Edema kaki-tungkai-scrotum-labia mayor
Ascites
Hepato-splenomegali
Distensi Vena Jugularis
Pemeriksaan fsik paru : ronki basah basal (+)/(+)
7/22/16

10

Patofsiologi
Gangguan/ kerusakan fungsi ventrikel kiri disamping
adanya penyakit pada lapisan/otot jantung ataupun
pembuluh darah besar

Penurunan fungsi ventrikel mengakibatkan penurunan


curah jantung yang selanjutnya menyebabkan
teraktivasinya kompensasi neurohormonal

Aktivasi simpatis menyebabkan peningkatan denyut


jantung dan vasokontriksi perifer curah jantung
meningkat kembali

Aktivasi sistem RAAS menyebabkan vasokontriksi dan


peningkatan volume darah melalui retensi air dan
natrium

Mekanisme kompensasi yang


berlangsung terus menerus akan
menyebabkan stress pada miokardium

Terjadi remodelling yang progresif

Pada akhirnya mekanisme kompensasi


jantung tidak dapat lagi memenuhi
kebutuhan jaringan (dekompensasi)

Pemeriksaan Laboratorium
Darah

perifer lengkap (hemo-globin, leukosit,


trombosit), elektrolit, kreatinin,
Laju fltrasi glomerulus (GFR), glukosa, tes fungsi
hati dan urinalisis.
Pemeriksaan tambahan lain dipertimbangkan
sesuai tampilan klinis.
Anemia ringan, hiponatremia, hiperkalemia dan
penurunan fungsi ginjal sering dijumpai terutama
pada pasien dengan terapi menggunakan diuretik
dan/atau ACEI (Angiotensin Converting Enzime
Inhibitor), ARB (Angiotensin Receptor Blocker),
atau antagonis aldosterone.

EKG

Abnormalitas EKG sering dijumpai pada


gagal jantung namun memiliki nilai
prediktif yang kecil dalam mendiagnosis
gagal jantung.
Foto

Thorax

Penting dalam diagnosis gagal jantung

Peptida Natriuretik
Konsentrasi

peptida natriuretik yang normal


sebelum pasien diobati mempunyai nilai prediktif
negatif yang tinggi dan membuat kemungkinan
gagal jantung sebagai penyebab gejala yang
dikeluhkan pasien menjadi sangat kecil.
Kadar peptida natriuretik yang tetap tinggi
walaupun terapi optimal prognosis buruk.
Kadar peptida natriuretik meningkat sebagai
respon peningkatan tekanan dinding ventrikel.
Peptida natriuretik mempunyai waktu paruh yang
panjang, penurunan tiba-tiba tekanan dinding
ventrikel tidak langsung menurunkan kadar
peptida natriuretik.

Troponin I atau T
Dilakukan

pada penderita gagal


jantung jika gambaran klinisnya
disertai dugaan sindroma koroner
akut.
Peningkatan ringan kadar troponin
kardiak sering pada gagal jantung
berat atau selama episode
dekompensasi gagal jantung pada
penderita tanpa iskemia miokard.

Ekokardiograf
Untuk

konfrmasi diagnosis gagal jantung


dan/atau disfungsi jantung
Pengukuran fungsi ventrikel untuk membedakan
antara pasien disfungsi sistolik dengan pasien
dengan fungsi sistolik normal adalah fraksi ejeksi
ventrikel kiri (normal > 45 - 50%).
Diagnosis gagal jantung dengan fraksi ejeksi
normal (HFPEF/ heart failure with preserved
ejection fraction)
Diagnosis harus memenuhi tiga kriteria:
1. Terdapat tanda dan/atau gejala gagal jantung
2. Fungsi sistolik ventrikel kiri normal atau hanya
sedikit

TATALAKSANA
Non-Farmakologi

Ketaatan pasien berobat


menurunkan morbiditas dan
mortalitas
Pemantauan berat badan
Pemantauan asupan cairan
Penurunan berat badan pada pasien
obesitas
Latihan fsik

Tatalaksana Farmakologi
ACE

Inhibitor

Kecuali kontraindikasi, ACE Inhibitor harus


diberikan pada semua pasien gagal jantung
simtomatik dan fraksi ejeksi ventrikel kiri < 40%
Kontraindikasi
Pasien dengan fungsi ginjal yang menurun
Riwayat angioedema

Cara pemberian
Periksa fungsi ginjal dan serum elektrolit sebelum
pemberian
Pertimbangkan menaikkan dosis secara titrasi setelah
2-4 minggu sampai dosis target
Periksa fungsi ginjal dan serum elektrolit setiap 6 bulan

Beta Blocker (penyekat


beta)

Kecuali kontraindikasi, Beta Blocker


harus diberikan pada semua pasien
gagal jantung simtomatik dan fraksi
ejeksi ventrikel kiri < 40%
Kontraindikasi
Asma
Blok AV (atrioventrikular) derajat 2 dan 3,
sinus bradikardia < 50x/menit

Efek samping
Hipotensi
Bradikardia

Antagonis Aldosteron
Kecuali kontraindikasi, penambahan obat antagonis
aldosteron dosis kecil harus dipertimbangkan pada
semua pasien dengan fraksi ejeksi 35 % dan
gagal jantung simtomatik berat (kelas fungsional III
- IV NYHA) tanpa hiperkalemia dan gangguan
fungsi ginjal berat.
Kontraindikasi pemberian antagonis aldosteron
Konsentrasi serum kalium > 5,0 mmol/L
Serum kreatinin> 2,5 mg/dL
Bersamaan dengan diuretik hemat kalium atau
suplemen kalium
Kombinasi ACEI dan ARB

ANGIOTENSIN RECEPTOR BLOCKERS (ARB)


Kecuali kontraindikasi, ARB direkomendasikan
pada pasien gagal jantung dengan fraksi
ejeksi ventrikel kiri 40 % yang tetap
simtomatik walaupun sudah diberikan ACEI
dan penyekat dosis optimal, kecuali juga
mendapat antagonis aldosteron
Kontraindikasi pemberian ARB
Sama seperti ACEI, kecuali angioedema
Pasien yang diterapi ACEI dan antagonis
aldosteron bersamaa

HYDRALAZINE DAN ISOSORBIDE DINITRATE (HISDN)

Pada

pasien gagal jantung


dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri
40 %, kombinasi H-ISDN
digunakan sebagai alternatif jika
pasien intoleran terhadap ACEI
dan ARB
Kontraindikasi pemberian
kombinasi H-ISDN
Hipotensi simtomatik
Sindroma lupus

Cara pemberian kombinasi H-ISDN pada gagal


jantung
Inisiasi pemberian kombinasi H-ISDN
Dosis awal: hydralazine 12,5 mg dan ISDN 10 mg, 2 - 3 x/hari
Naikan dosis secara titrasi
Pertimbangkan menaikan dosis secara titrasi setelah 2 4
minggu.
Jangan naikan dosis jika terjadi hipotensi simtomatik
Jika

toleransi baik, dosis dititrasi naik sampai dosis


target (hydralazine 50 mg dan ISDN 20 mg, 3-4 x/hari)
Efek tidak mengutungkan yang dapat timbul akibat
pemberian kombinasi H-ISDN:
Hipotensi simtomatik
Nyeri sendi atau nyeri otot

DIGOKSIN

Pada pasien gagal jantung dengan fbrilasi atrial, digoksin


dapat digunakan untuk memperlambat laju ventrikel yang
cepat, walaupun obat lain (seperti penyekat beta) lebih
diutamakan

Cara pemberian digoksin pada gagal jantung


Inisiasi pemberian digoksin
Dosis awal: 0,25 mg, 1 x/hari pada pasien dengan
fungsi ginjal normal.
Pada pasien usia lanjut dan gangguan fungsi ginjal
dosis diturunkan menjadi 0,125 atau 0,0625 mg, 1
x/hari
Periksa

kadar digoksin dalam plasma segera saat


terapi kronik.
Kadar terapi digoksin harus antara 0,6 - 1,2
ng/mL
Beberapa obat dapat menaikan kadar digoksin
dalam darah (amiodaron, diltiazem, verapamil,
kuinidin)

DIURETIK
Diuretik

direkomendasikan pada pasien gagal


jantung dengan tanda klinis atau gejala kongesti

Cara pemberian diuretik pada gagal jantung


Pada saat inisiasi pemberian diuretik periksa
fungsi ginjal dan serum elektrolit
Dianjurkan untuk memberikan diuretik pada saat
perut kosong
Efsiensi diuresis dan natriuresis lebih tinggi pada
diuretik loop dibandingkan tiazid. Kombinasi
keduanya dapat diberikan untuk mengatasi
keadaan edema yang resisten

THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai