Anda di halaman 1dari 48

SISTEM RUJUKAN TERSTRUKTUR DAN

BERJENJANG DI ERA
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
(REGIONALISASI SISTEM RUJUKAN)

DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


OLEH
Dr TRISNAWARMAN MKes

Sistem Rujukan BPJS Belum Maksimal


Siang | 26 Maret 2015
JAKARTA, KOMPAS Sistem rujukan dalam program Jaminan
Kesehatan Nasional yang dikelola Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan belum maksimal. Hingga triwulan pertama 2015, tercatat 9,5
persen dari total jumlah pasien yang jadi peserta program ternyata
dianggap salah rujukan, yakni berupa rujukan nonspesialistik yang bisa
diselesaikan di fasilitas kesehatan tingkat pertama.

LATAR BELAKANG
AKSES PELAYANAN YANG BELUM MERATA
RUJUKAN PASIEN BELUM EFEKTIF DAN EFISIEN
PENUMPUKAN PASIEN DI RS TERTENTU

Penataan Sistem rujukan dengan regionalisasi sistem rujukan


yang terstruktur dan berjenjang

TUJUAN
1.
2.

Meningkatkan
jangkauan
pelayanan
kesehatan rujukan.
Mempertahankan dan meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan rujukan

MANFAAT
1.
2.

Pasien tidak berkumpul dan menumpuk di RS


propinsi
Mendekatkan akses pelayanan

DASAR KEBIJAKAN

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR


HK.02.02/MENKES/390/2014
TENTANG
PEDOMAN
PENETAPAN
RUMAHSAKIT RUJUKAN NASIONAL.
KEPUTUSAN
MENTERI
KESEHATAN
REPUBLIK
INDONESIA
NOMORHK02.02/MENKES/391/2014 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN
RUMAH SAKIT RUJUKAN REGIONAL.
PERGUB SUMATERA SELATAN NO 41 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM
RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN DI PROVINSI SUMATERA
SELATAN.
PERGUB NO 1 TAHUN 2015 PERUBAHAN ATAS PERATURAN
GUBERNUR NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM RUJUKAN
PELAYANAN KESEHATAN

KONSEP REGIONALISASI SISTEM RUJUKAN


Output : Penetapan RS Pusat
Rujukan Regional dalam PERGUB

Puskes
mas

Puskes
mas

Puskes
mas

Pusat
Rujukan
Puskesmas
RS di
Kabupaten/kota,
balai

Pusat Rujukan
kabupaten /kota
RS di
Kabupaten/kota,
balai
Keterang
an:

Primer (GK)
Rujukan Sekunder
Rujukan Tersier (tidak berlaku pada
daerah dengan kondisi tertentu)

Puskes
mas

Klinik
BPM

DPM

Sistem Rujukan :
Terstruktur dan Berjenjang
1.Dari Puskesmas
Pasien di Rujuk
ke Rumah Sakit
Tipe D/C di RSU
Kabupaten
2.Apabila
dibutuhkan
Rujukan Tersier,
Pasien di Rujuk
Ke Rumah Sakit
RS Rujukan
Regional

Note : Jarak diukur menggunakan garis lurus

Sistem Rujukan :
Portabilitas
1. X = Jarak Puskesmas dengan Rumah Sakit
terdekat dalam regional.
2. Y = Jarak Puskesmas Dgn Rumah Sakit Lintas
Kabupaten atau Provinsi
Sistem Rujukan tidak dibatasi wilayah administratif

Note : Jarak diukur menggunakan garis lurus

KRITERIA RS RUJUKAN NASIONAL DAN REGIONAL


(Kepmenkes HK.02.02/MENKES/390/2014 dan HK.02.02/MENKES/391/2014
NO

KRITERIA

RS NASIONAL

RS REGIONAL / PROP

RS KAB / KOTA

Penetapan
peraturan

Menteri Kesehatan

Gubernur

Bupati / walikota

Akses rujukan

Rujukan lintas provinsi


/mengampu sekurangnya 4
provinsi

Rujukan lintas kabupaten


/mengampu sekurangnya 4
kabupaten/ kota

Rujukan lintas
kecamatan

Kelas RS

A & RS Pendidikan

B & RS Pendidikan

C dan D

Akreditasi

Paripurna, JCI / Kelas dunia

Minimal Utama

Madya/Dasar

Transportasi

Memiliki akses darat, udara dan


air min. dari 4 Provinsi

Memiliki akses darat, udara dan


air min. dari 4 kabupaten

Akses dari
kecamatan

Sistem
Remunerasi

+/-

+/-

Sister
Hospital

Sister Hospital dengan RS top di


LN

Sister Hospital dg RS Rujukan


Nasional / ASEAN / Kelas A lainnya

Sister Hospital dg RS
regional

Unggulan

Min. 2 layanan subspesialis

spesialistik

Sesuaikan dengan
Permenkes 56/2014

Anggaran

Pusat dan Pemda terpilih

Pusat dan Pemda

Pemda

10

Jumlah
Penduduk

Provinsi dengan kategori


penduduk padat

Menyesuaikan

11

Evaluasi

Setiap 5 th

Setiap 5 th

Sesuai Pemda

KEPMENKES NO. HK.02.02/MENKES/390/2014


TENTANG RS RUJUKAN NASIONAL
NO
1

RUMAH SAKIT NASIONAL


RSUP dr. M Hoesin

KELAS
A

KAB/KOTA
Kota Palembang

SK DIREKTUR JENDERAL BUK


NOMOR HK.02.03/I/2015
TENTANG RS RUJUKAN PROVINSI DAN REGIONAL
NO

RUMAH SAKIT REGIONAL

KELAS

KAB/KOTA

RSUD Bari

Kota Palembang

RSUD Siti Aisyah

Kota Lubuk Linggau

RSUD Rabain, Kab. Muara Enim

Kab. Muara Enim

RSUD Ibnu Sutowo Baturaja

Kab. Ogan komering Ulu

PERGUB No 1 TAHUN 2015

SISTEM RUJUKAN

SISTEM RUJUKAN :
Penguatan Layanan Primer
Dan Peningkatan Kualitas
Layanan Sekunder

Panduan Klinis
Proses
Rujukan

Memperkuat
Layanan
Kesehatan
Primer

PPK tingkat I

Penurunan
Tingkat Kematian
di RS
Penurunan Beban
Kapasitas RS

PROFESI

Meningkatkan
Kualitas
Layanan
Kesehatan
Rujukan

Regionalisasi RS

Sasaran Strategi Ditjen BUK:

Meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang


berkualitas bagi masyarakat
Status
Awal

Targe
t 2019

a. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal satu Puskesmas yang


tersertifikasi akreditasi

0 (2014)

5600

b. Jumlah kabupaten/kota yang memiliki minimal satu RSUD yang


tersertifikasi akreditasi nasional

10 (2014)

481

Indikator
Meningkatnya Pemerataan dan Mutu Pelayanan Kesehatan

STRATEGI PENGUATAN
PELAYANAN KESEHATAN PRIMER

PENGUATAN PELAYANAN KESEHATAN PRIMER


Penguatan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP):

1. PemenuhanSarana dan Prasarana


2. Pemenuhan tenaga DLP ( Dokter Layanan
Primer )
3.Pelayanan Gugus Pulau
4. Tim Pelayanan Kesehatan bergerak
5. Regulasi

DOKTER LAYANAN PRIMER


Dokter Layanan Primer (DLP) adalah dokter yang memiliki kompetensi luas
tentang
beragam disiplin ilmu kedokteran dan kesehatan masyarakat , yang
PERANAN
diperoleh melalui pendidikan setara spesialis dan ranah kerjanya di strata
primer.
KEDUDUKAN
DLP berperan sebagai ujung tombak atau pintu masuk masyarakat ke sistem
pelayanan kesehatan dan berfungsi menyelesaikan sebagian besar masalah
kesehatan individu dan keluarga.
DLP berperan sebagai mitra, pembina, pemberilayanan,koordinator dan
komunikator segala kebutuhan pelayanankesehatandarikomunitasyang dibinanya.
Peran in imengharuskan DLP berdomisili dan berpraktik di tengah masyarakat
atau sedekat mungkin dengan masyarakat yang dilayaninya.
Dengan kata lain, DLP adalah dokter yang ditempatkan di tengah masyarakat
untuk melaksanakan trias peranan dokter, yaitu agent of change, agent of
development,dan agent of treatment

Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter


di Fasyankes Primer(Permenkes No.5/2014)
155

Jenis Penyakit
Tingkat
kemampuan
dokter
mampu
mendiagnosa, melakukan penatalaksanaan
tuntas/sementara dan melakukan rujukan
yang tepat sesuai indikasi .

PEDOMAN SISTEM RUJUKAN


NASIONAL
Pendahuluan
Pelayanan yang diberikan dimulai dari Institusi
Pelayanan Kesehatan tingkat dasar yang
berkualitas, sehingga kasus yang benar-benar
tidak mampu ditangani di tingkat Pelayanan
Dasar yang akan dirujuk.

PEDOMAN SISTEM RUJUKAN


NASIONAL
Tujuan Umum
Terlaksananya prosedur Rujukan Pelayanan
Kesehatan Perseorangan mengikuti Standar
Mutu dan Keselamatan Pasien sesuai dengan
Kriteria Rujukan, di semua tingkat Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Perseorangan di Indonesia

PEDOMAN SISTEM RUJUKAN


NASIONAL
Tujuan Khusus
1.
2.
3.
4.
5.

Meningkatnya Pelayanan Kesehatan Perseorangan tingkat


pertama yang berkualitas dan memuaskan.
Tertatanya alur pelayanan Kesehatan Perseorangan tingkat
pertama, dua dan ketiga secara berkesinambungan.
Meningkatnya akses dan Cakupan Pelayanan Kesehatan
Perseorangan secara merata .
Menjamin terselenggaranya Pelayanan Kesehatan Perseorangan
yg merata, berkualitas dan memuaskan.
Memberikan petunjuk yang jelas dan kepastian hukum bagi
Fasyankes dalam memberikan Pelayanan Kesehatan yg
bermutu.

PEDOMAN SISTEM RUJUKAN


NASIONAL
Ruang Lingkup
Ruang lingkup rujukan meliputi rujukan
Horisontal dan rujukan Vertikal
Pelayanan Pengobatan Tradisional
Komplementer tidak di jamin oleh BPJS
Kesehatan kecuali terbukti dan diakui melalui
Health Technology Assesment (HTA) dalam Per
Pres Nomor 111 tahun 2013 pasal 25

PEDOMAN SISTEM RUJUKAN


NASIONAL
Sasaran
1.
2.
3.
4.
5.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan perseorangan


tingkat pertama, milik Pemerintah dan atau Swasta.
Kepala Dinkes Kab/Kota dan Propinsi, Direktorat
Jenderal BUK, Kemenkes RI dan Jajarannya,
BPJS kesehatan dan seluruh jejaringnya
Pemerintah Daerah ( Kab/Kota, Propinsi) serta
Pemerintah Pusat.
Masyarakat Pengguna jasa pelayanan Kesehatan
Perseorangan.

Dasar Pengembangan Sistem


Rujukan
Keselamatan Pasien yang mencakup
mutu pelayanan, efisiensi, ketertiban,
persaingan Global, keadilan dan
implementasi Sistem Kesehatan
Nasional.

Pelaksanaan Sistem Rujukan dalam


Sistem Jaminan Kesehatan Nasional

UU BPJS mulai 1 Januari 2014 :


Seluruh Penyelenggaraan Jaminan
Kesehatan Sosial akan dikelola oleh BPJS
Kesehatan ( Peserta Askes, Jamsostek,
Jamkesmas, dan Anggota TNI/ Polri )

Pelaksanaan Sistem Rujukan dalam


Sistem Jaminan Kesehatan Nasional

Tiga Pokok Pelaksanaan Sistem Jaminan Kesehatan :


1.
2.
3.

Peserta Wajib membayar iuran kepada BPJS Kesehatan


dan berhak mendapat Pelayanan Kes dari Fasyankes
BPJS menerima dan mengelola iuran peserta dan
membayar kepada Fasyankes.
Fasyankes yang memberikan Pelayanan kepada Peserta
dan memperoleh pembayaran dari BPJS Kesehatan.

Pelaksanaan Sistem Rujukan dalam


Sistem Jaminan Kesehatan Nasional

Pelayanan Kesehatan yg diterapkan oleh BPJS Kesehatan


menganut Sistem Rujukan yg dimulai dari Fasyankes Dasar.
Fasyankes yg bekerja sama dg BPJS wajib menerapkan Sistem
Rujukan.
Peserta Jaminan Kesehatan yg berobat harus datang ke
Fasilitas Kes pertama, kemudian dapat dirujuk ke Fasilitas
Kesehatan lanjutan yg terdekat.
Sistem Rujukan dikecualikan bagi peserta yg berada di luar
wilayah Fasilitas Kes tingkat pertama atau dalam keadaan gawat
darurat.
Pelayanan Kes yg tidak sesuai dg Sistem Rujukan tidak di jamin
oleh BPJS dan tidak dibayar.

Pelaksanaan Sistem Rujukan dalam


Sistem Jaminan Kesehatan Nasional
Pola pembayaran yang bersifat
prospektif yaitu :
Kapitasi pada fasilitas Pelayanan Kesehatan
primer dan INA-CBGs ( Indonesian Case Based
Groups ) pada Fasilitas Kesehatan sekunder
dan tersier.

ORGANISASI ATAU LEMBAGA YANG


TERLIBAT DALAM SISTEM RUJUKAN

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pemilik dan penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan dg


penanggung jawabnya.
Dinkes Kab/Kota dan Propinsi
Kemenkes melalui Dirjen BUK
BPJS Kesehatan
Organisasi Profesi tenaga-tenaga kesehatan yg terlibat dalam
Pelayanan Kesehatan Perseorangan
Lembaga Pendidikan Kedokteran, Keperawatan, Farmasi dan
Lembaga Pendidikan tenaga kesehatan lainnya yg terkait dengan
Pelayanan Kesehatan Perseorangan.

RS KELAS
B
TINGKAT Prov

RS KELAS C
TINGKAT
KAB/KOTA

PUSKESMAS
TANPA
RAWAT INAP

RS KELAS
A/B ( + ) TKT
REGIONAL
PROPINSI

RS KELAS
B/C ( + ) TKT
REGIONAL
KAB/KOTA

RS KELAS D/
D PRATAMA
PUSKESMAS
RAWAT INAP

Rujukan Balik

RS KELAS
A
TINGKAT Nasional

Rujukan berjenjang

SISTEM RUJUKAN NASIONAL

KLASIFIKASI FASILITAS PELAYANAN KES


DALAM SISTEM RUJUKAN
Jenjang
Rujukan
Fasyankes
Tingkat
Pertama
( ayat 2, Ps 2
dan 3

Fasilitas Pelayanan
Kesehatan

Pengertian
Mampu memberikan
Pelayanan Kesehatan
Perseorangan/ Medik
TK.Pertama di-laksanakan
oleh dokter/ dokter gigi dan
khusus untuk Pelayanan
maternal & neonatal
phisiologis dan kondisi
tertentu ditolong Bidan

1.

Fasyankes
Tkt dua (Ayat
2, Pasal 4

Mampu memberikan layanan


Kesehatan Perseorangan
Sub Spesialistik

1.

Fasyankes
Tkt Tiga
( Ayat 2,
Pasal 5 )

Mampu memberikan layanan


Kesehatan Perseorangan
Sub Spesialistik

1.

2.
3.
4.

2.

2.

Monitoring dan
Evaluasi oleh

Klinik Puskes ( di
Puskesmas & Pusk. TT
Klinik Pratama
( Pemerintah & Swasta)
Praktek Perseorangan Dr/
Drg.
Rs Sakit Pratama

1.

RS kls D atau Kls C


RS Kls B non Pendidikan,
( Milik Pemerintah
ABRI/POLRI/BUMN,Swasta

1.

RS Kls B Pendidikan/A,di
Propinsi
RS A Rujukan Utama
Umum/Khusus Nasional di
Pusat

1.

2.

2.

2.
3.
4.

Ka.Dinkes
Kab/Kota
Organisasi Profesi
Cabang Kab/Kota

Kadinkes Propinsi
Organisasi Profesi
Cabang Propinsi

Dir.BUKR
Dirjen BUK
Organisasi profesi
Institusi
Pendidikan

TINGKATAN PELAYANAN
KESEHATAN

TATA CARA RUJUKAN

EFISIENSI RUJUKAN

URUT DAN BERJENJANG

PPK
I

PPK
II

PPK
III

TATA CARA PELAKSANAAN


SISTEM RUJUKAN
Proses merujuk pasien
1.Syarat Merujuk Pasien
2. Prosedur Standar Merujuk Pasien
a. Prosedur Klinis
b. Prosedur Administrasi Rujukan
c. Prosedur Operasional Merujuk
Pasien

KEGIATAN RUJUKAN
PENGIRIMAN

RUJUKAN ANTARA LAIN :


a. Rujukan pasien ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang lebih lengkap;
b. Rujukan berupa spesimen atau penunjang
diagnostik lainnya;
c. Rujukan bahan pemeriksaan laboratorium;
dan/atau
d. Rujukan pengetahuan dan ketrampilan

PROSEDUR DAN STANDAR


RUJUKAN
a. merujuk pasien;
b. menerima rujukan pasien;
c. memberi rujukan balik pasien;
d. menerima rujukan balik pasien;
e. rujukan lintas batas;
f. pengelolaan pasien di ambulans; dan
g. rujukan maternal perinatal.

KETENTUAN DALAM MERUJUK


PASIEN

Rujukan

terhadap pasien dilakukan dalam hal:


a. fasilitas pelayanan kesehatan memastikan tidak
mampu memberikan pelayanan yang dibutuhkan
pasien berdasarkan hasil pemeriksaan awal
secara fisik atau berdasar pemeriksaan penunjang
medis; dan/atau
b. setelah memperoleh pelayanan keperawatan dan
pengobatan ternyata pasien memerlukan
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan di
fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu.

JENJANG RUJUKAN
Pengiriman

rujukan harus dilakukan secara


berjenjang dengan ketentuan:
a. Rujukan dari Pemberi Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama harus dikirimkan ke Pemberi
Pelayanan Kesehatan yang setara atau
tingkat kedua; dan
b. Rujukan dari Pemberi Pelayanan Kesehatan
Tingkat kedua harus dikirimkan ke Pemberi
Pelayanan Kesehatan yang setara atau
Tingkat ketiga.

SYARAT RUJUKAN
Pembuat

rujukan harus:
a. mempunyai kompetensi dan wewenang
merujuk;
b. mengetahui kompetensi dan wewenang
sasaran/tujuan rujukan; dan
c. mengetahui kondisi serta kebutuhan objek
rujukan.

SYARAT RUJUKAN
Surat

rujukan harus mencantumkan:


a. unit yang mempunyai tanggungjawab dalam
rujukan, baik yang merujuk atau yang
menerima rujukan;
b. alasan tindakan rujukan;
c. pelayanan medis dan rujukan medis yang
dibutuhkan; dan
d. tanda tangan persetujuan pasien atau
keluarga

SYARAT RUJUKAN

Pemberian rujukan untuk pasien jaminan kesehatan


harus disertai kejelasan tentang pembiayaan rujukan
dan pembiayaan di fasilitas kesehatan tujuan rujukan.

Pasien jaminan kesehatan harus dirujuk ke rumah


sakit yang mengadakan kerjasama dengan
penyelenggara jaminan kesehatan.

KEWAJIBAN PENGIRIM DAN


PENERIMA RUJUKAN
Pengirim

rujukan wajib:
a. memberi penjelasan atau alasan kepada
pasien atau keluarganya atas tindakan
rujukan atau keputusan melakukan rujukan;
b. meminta konfirmasi dan memastikan
kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan tujuan
rujukan;
c. membuat surat rujukan dengan melampirkan
hasil diagnosis pasien dan resume catatan
medis;

Lanjutan.....KEWAJIBAN PENGIRIM DAN PENERIMA


RUJUKAN

d. mencatat pada register dan membuat


laporan rujukan;
e. menstabilkan keadaan umum pasien dan
memastikan stabilitas pasien
dipertahankan selama perjalanan menuju
ke tempat rujukan;
f. menyerahkan surat rujukan kepada pihak
yang berwenang di fasilitas pelayanan
kesehatan tempat rujukan melalui Tenaga
kesehatan yang mendampingi pasien;

Lanjutan.....KEWAJIBAN PENGIRIM DAN PENERIMA


RUJUKAN
Penerima

rujukan wajib:
a. Menerima surat rujukan dan membuat tanda
terima pasien;
b. Mencatat kasus rujukan dan membuat laporan
penerimaan rujukan;
c. Membuat diagnosis dan melaksanakan
tindakan medis yang diperlukan serta
melaksanakan perawatan;
d. Melaksanakan catatan medis sesuai ketentuan;

Lanjutan.....KEWAJIBAN PENGIRIM DAN PENERIMA


RUJUKAN

Penerima

Rujukan Wajib :
e. Memberikan informasi media kepada fasilitas
pelayanan kesehatan pengirim rujukan;
f. Membuat rujukan balik ke pengirim rujukan untuk
menindaklanjuti perawatan selanjutnya yang tidak
memerlukan pelayanan medis atau spesialistik
atau subspesialistik setelah kondisi pasien stabil.

KELENGKAPAN PERJALANAN KE
TEMPAT RUJUKAN
Sarana

transportasi yang digunakan wajib


dilengkapi alat resusitasi, perlengkapan
kegawatdaruratan (emergency kit), oksigen, dan
dapat menjamin pasien sampai ke tempat
rujukan tepat waktu;
Pasien didampingi oleh tenaga kesehatan yang
trampil dalam tindakan kegawatdaruratan,
mengetahui keadaan umum pasien dan mampu
menjaga stabilitas pasien sampai tiba di tempat
rujukan; dan
Sarana transportasi/petugas kesehatan
pendamping memiliki sarana komunikasi.

SISTEM INFORMASI DAN


KOMUNIKASI RUJUKAN
Sistem

informasi dan komunikasi rujukan


antara lain memuat :
a. Jenis dan kemampuan fasilitas pelayanan
kesehatan;
b. Jenis dan kemampuan tenaga medis yang
tersedia pada saat tersebut; dan
c. Keberadaan tempat tidur yang kosong di
semua kelas.

ALUR PELAPORAN SISTEM


RUJUKAN
FPK TINGKAT
PERTAMA

Dinkes Kota/Kab
setempat

FPK TINGKAT
kEDUA

Dinkes Propinsi
Setempat

FPK TINGKAT
kETIGA

KEMENKES

Dinkes Provinsii
Setempat

KEMENKES

KEMENKES

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai