Anda di halaman 1dari 152

Obat obat yang digunakan pada

kemoterapi Tuberkulosis

Peningkatan penyakit kasus tuberkulosis yang terkait


dengan infeksi HIV saat ini sangat banyak,sehingga
kamatian akibat panyakit ini sangat banyak terjadi
Kuman tuberkulos tumbuh lambat tetapi penyakit ini
sering kali bersifat kronis
Yang perlu mendapat perhatian khusus pada
masalah terapeutik penyakit ini adalah:
1.kepatuhan pasien
2 toksisitas obat
3 perkembangan reistensi mikroba

Obat obat yang digunakan dalam pengobatan tuberkulosis


dapat dibagi dalam 2 kategori utama:
1.Obat pilihan pertama,yaitu penggabungan tingkat efikasi
terbesar dengan suatu derajat toksisitas yang dapat diterima,
meliputi : Isoniazid
Rifampin
Etambutol
Sreptomosin
Pirazinamid
Sebagian besar pasien tuberkulosis berhasil ditangani dengan
obat obat ini.

Pad pasien tubekulosis yang tidak resisten terhadap obat,hasil


nya sangat baik dapat dicapai selama 6 bulan.
Isoniazid,rifampin,dan pirazinamid dibarikan 2 bulan
pertama
Dilanjutkan dengan isoniazid,rifampin selama 4 bulan
berikutnya.
Pemberian kombinasi isoniazid dan rifampin selama 9 bulan
juga efektif untuk semua bentuk penyakit yang disebabkan
oleh galur Mycobacterium tuberkulosis yang rentan terhadap
kedua obat tersebut.

Didaerah

daerah tempat resistensi primer


terhadap isoniazid terjadi,terapi biasanya
diawali dengan 4 obat rifampin

-isoniazid

-pirazinamida

- etambutol atau

-Streptomisin sampai
uji kepekaan selesai.

Namun tambahan obat pilihan kedua terkadang terpaksa


digunakan karena terjadi resitensi mikroba.dengandemikian
pengobatan mungkin perlu dimulaiu dengan 5 -6 obat
Katagori obat nya:-1 ofloksasin
-2 siprofloksasin
-3 etionamid
4 Asam aminisalisilat
5. sikloserin
6 .amikasin
7 kanamisin
8 kapreomisin

Obat

obat untuk Tuberkulosis:


1.ISONIAZID,(Hidrazidasam isonikotinat;

NYDRAZID)(INH)
Dianggap sebagai obat utama untuk
kemoterapi tuberkulosis.serta semua pasien
dengan penyakit disebabkan galur basil
tuberkulosis yang peka isoniazid jika mereka
dapat meneloransinya.

Aktivitas anti bakterinya:


- bersifat bakteriostatis untuk basil yang istirahat tapi
bersifat bakterisid bagi mikroorganisme yang sedang
membelah dengan cepat.
Konsentrasi tuberkulostatik 0,025 -0,05ug/ml .
Bakteri mengalami satu/dua kali pembelahan
sebelum perkembang biakan terhenti.
Efektif menembus sel M tubelulosa kecuali non
tuberkulosa seperti M kansasii

Tidak terjadi resistensi silang dengan obat yang


digunakan untuk tuberkulosa lain,kecuali etionamid
yang strukturnya mirip
Mekanisme resitensi isoniazid paling umum adalah
mutasi pada katalase peroksidase yang
akanmenurunkan aktivitasnya,mencegah konversi
isoniazid prodrug menjadi metabolit aktifnya.
Resistensi lain yaitu terkait dengan missense
mutation ( mutasi mengubah kodon) dalam gen
bakteri yang telibat dalam biosintesis asam mikolat.

Pengobatan

dengan isoniazid dapat


menimbulkan galur galur baru yang resisten
kadang kadang terjadi baru dalam beberapa
minggu terapi.,sehingga pengobatan
dengan isoniazid saja dapat menyebabkan
seleksi bakteri resiten ini.

MEKANISME

KERJA:
Takayama dan kawan kawan pertama
menyatakan kerja utama isoniazid adalah
menghambat biosintesa asam mikolat yaitu
unsur penting pada dinding sel mikobakteri.

ABSROPSI,DISTRIBUSI dan EKSKRESI


Mudah terabsropsi jika diberikan secara oral dan
parentral
Antasid mengandung aluminium dapat mengganggu
absropsi.
Konsenrsai puncak 3-5 ug/ml 1-2 jam setelah
pemberian dosis secara oral.
Distribusi mudah keseluruh cairan tubuh dapat
ditemukan dipleura dan asites,css yangmengalami
radang selaput otak.

Metabolit merupakan hasil asetilasi enzimatik asam


isonikotinat .Laju asetilasi sangat mempengaruhi
konsentrasi obat dalam plasma ,waktu paruh lebih
lama bila terjadi insufiensi ginjal.
Frekuensi asetilasi tergantung pada ras,karena
isoniazi relatif tidak toksik dapatdiberikanobat dalam
jumlah yang cukuppada orang asetilasi cepat atau
lambat.Pengurangan dosis untuk asetilator lambat
yang mengalami kegagalan hati.

Penggunaan

Terapi:
Paling penting digunakan untuk pengobatan
tuberkulosis
Efek toksik dapat ditekan dengan pemberian
piridoksin,dan pemantaun pasien,walaupun
digunakan tersendiri pada propilaktik, tetapi
untuk terapi obat harus digunakan bersama
dengan obat lain.

Dosis harian total 5 mg/kg bb maksimum 300 mg


dosis oral dan IM sama besarnya.
Secara oral dapat diberikan dosis tunggal tetapi
dapat juga dalam dosis terbagi 2 sama.
Anak anak 10 20 mg /kg bb/hari(mak 300 mg)
Dapat sebagai intermiten untuk tbc,setelah terapi
harian selama 2 bulan denagan Rifampin,dan
pirazinamid denga regimen dosis:
Isoniazid 15 mg/kgbb + Rifampin 10 mg/kgbb hingga
600 mg setiap dosis seminggu 2 kali selama 4 bulan

Piridoksin 15 -50 mg/hari harus diberikan bersama isoniazid


untuk menekan reaksi merugikan,seperti
ruam,demam,ikterus,neuritis perifer.
Hipersensitvitas terhadap isoniazid dapar berupa
demam,erupso kulit,hepatitis,serta ruam
morbiliform,makulopapular,purpuria,urtikaria.
Rekasi hamatologis dapat
terjadiagranulositosi,eosinofilia,trombositopenia,anemia.
Gejala artritis,pada lutut,siku,dan pergelangan tangan dan
sindroma bahu tangan oleh obat ini.
Ikterus dapat juga terjadi

RIFAMISIN:
(rifampin;rifabutin)adalah

suatu kelompok
AB makrosiklik komplek dengan struktur
serupa,dihasilkan Streptomyces meditrranei
Rifampin (RIfadin;Rimactane) adalh sintetis
darigol rifamisin yaitu rifamisin B

Aktivitas

anti bakteri:
Rifampin menghamabt pertumbuhan
sebagian besar bakteri gram positif, dan
banyak mikroorganisme gram antara lain
E.coli Pseudomonas,proteus indol positif dan
negatif dan Klebsiella,S aureus,Nisseria
meningitis,H influenza.MIC 0,1 0,8 ug /ml

Resitensi Bakteri : dapat terjadi dengan cepat,


MEKANISME KERJA:
- menghambat RNA polimerase yang tergantung
DNA pada mikobakteri,dan mikroorganisme lain
dengan membentuk kompelk obat dan enzim yang
stabil mengakibatkan supresi pada awal
pembentukan rantai saat sintesis RNA . Rifampin
bersifat bakterisida untuk mikroorganisme
intraseluler maupun ekstraseluler.

Absrobsi,Distribusi dan Ekskresi:


Secara oral, 2-4 jam konsentrasi plasma dapat
tercapai pada pemberian dosis 600
mg.Asamaminoslisilat dapat menunda absropsi
rifampin,dan konsentrasi plasma tak tercapai.
Dieliminasi dengan cepat dalam
empedu,dalambentuk terdeasetilasi
Distribusi keseluruh tubuh, dapatditemukan dalam
konsentrasi efektif dibanyak organ dan cairan
tubuh.,CSS.

Waktu

paruh rifampisin memendek setelah


14 hari pengobatan karena induksi enzim
mikrosomal hatidan percepatan deasetilasi
Penyesuaian dosis dengan pasien
gaggnguan ginjal tidak perlu,obat memberi
warna oranye-kemerahan pada
urin,feses,ludah,dahak,air mata dan
keringat,pasien perlu diberitahu tentang
pewarnaan ini.

Penggunaan Terapi:
Ada sediaan tunggal dan kombinasi dosis tetap dengan
isoniazid (150 mg isoniazid;300 mg Rifampin(RIFAMATE) atau
dengan isoniazid dengan pirazinamid(50 mg iosniazid;120 mg
Rifampin; dan300 mg pirazinamid)(RIFATER)
Rifampin dan Isonioazid kombinasi paling efektif untuk
tuberkulosis.
Dosis dewasa Rifampin 600 mg 1x sehari,1 jam sebelum
makan atau 2 jam setelah makan.
Anak anak 10 mg / kgbb dosis harian.> dari dosis ini dapat
menyebabkan hepatotoksik pada anak anak.

Tidak boleh diberikan tunggal untuk penyakit ini


karena akanmempercepat resitensi.
Efek rifampin cukup banyak, tapi insidennya sedikit
dan pengobatan jarang dihentikan
Untuk pencegahan meningokokus dewasa dapat
diobati dengan600 mg 2x selama 2 hari, atau 600
mg sekali sehari selama 4 hari.
Anak anak harus mencapai 10 hingga 20 mg/kg bb
dengan dosis maksimum600 mg.

EFEK MERUGIKAN:
Umumnya ditoleransi dengan baik. Efek merugikan
al; ruam
demam
mual,muntah
hepatitis,bahkan kematian bila
mendapat hepatotoksik lain,atau pada pasien
menderita penyakit hati kronik.sebab ikterus pada
peminum alkohol atau manula.

Pemberian menurut skedul berjeda kurang dari 2x


seminggu dan atau dosis harian1200 mg atau lebih
telah dikaitkan dengan timbulnya efek samping yang
sering terjadi dan obat ini tidak boleh diberikan
dengan cara tersebut.
Sindrom mirip flu,demam,rasa dingin,mialgia dapat
juga terjadi,dapat juga terjadi eosinofilia,nefritis
interstisial,nekrosis tubular,anemia ,syok.Karena
RIfampin merupakan induksi enzim mikrosomal hati
(P-450 )yang kuat dapat mengurangi waktu paruh
obat lain.Ini akan menyebabkan kebutuhan obat lain
dengan dosis lebih tinggi.

Seperti:digitoksin,,kuinidin,disopiramida,kate

konazol,propranolol metoprolol,klofibrat
verapmil,metadon,siklosporin dll.
Kemampuan Rifampin untuk meningkatkan
katabolisme berbagai steroid mengakibatkan
penurunan efektivitas kontrasepsi oral.

ETAMBUTOL

Aktivitas AB : hampir semua galur M tibekulosis dan


M kansasi.
Dapat menekan pertumbuhan basil tuberkulosis
yang reisten isoniazid,danSterptomisin.
Resitensi terhadap etambutol berkembang sangat
lambat.
Bersifat tubrkulostatik,memblok arabinosil
transferase yeng terlibat dalam biosinteis dinding sel.

Absropsi,Distribusi,dan

ekskresi:
75-80% dosi obatdiserap dari sluran
pencernaan.Dosis tunggal 25 mg/kg bb
menghasilkan konsentrasi plasma 2-5 ug /ml
pada waktu2-4 jam.3/4 dosis akan
diekskresikan dalam bentuk utuh,15%
diekskresikan dalam bentuk 2 metabolit satu
aldehid,danasamdikarboksilat.
Ekskresi melalui tubulus,juga glomerulus.

Penggunaan Terapi:
Etambutol (Myambutol) berhasilsebagai terapi
tubekulosis bila dikombinasi bersama
isoniazid,karena efek toksis rendah dapat diterima
dengan baik sehingga dapat sebagai pengganti
asam aminosalisilat.
Sediaan oral.dosis dewasa 15 /kg bb 1x sehari. Atau
lebih disukai terapi dengan dosis 25 mg /kgbb /hari
selama 60 hari pertama dan kemudian menurunkan
dosis menjadi 15mg/kgbb/hari pada pasien yang
sudah pernah menerima terapi

Etambutol

terakumulasi pada pasien yang


mengalami kerusakan ginjal,perlu penyesuian
dosis.
Tidak dianjurkan untuk anak anak usia
dibawah 5 th karena kekhawatiran
terganggunya kemapuan pada uji kletajaman
penglihatan.
Anak 6-12 th dengan dosis 10 -15 mg /kg
bb/hari.

Efek Merugikan:
1 neuritis optik mengakibatkan penurunan ketajaman
penglihatan dan hilangnay kemampuan
membedakan warna merah dan hijau. Intensitas
berhubungan dengan lama pemakian obat dapat
unilateral atau bilateral.jadi uji kemampuna ini perlu
sebelum memulai terapi dan dilakuikan secar
berkala..kesembuhan bila obat dihentikan,

Dosis harian 15 mg /kg bb/hari toksisitas minimal.


Reaksi merugikan: gangguan ketajaman penglihatan
-ruam
Demam obat
Pruritus,nyeri sendi,pencernaan,nyeri abdomen,lesu
,skit kepala,pening ,kakacauan mental,disorientasi
halusinasi,mati rasa,kesemutan pada jari jari anfilaktik
,leukopenia.

Dapat

meningkatkan konsentrasi garam urat


dalam darah, karena penurunan ekskresi
dari asam urat di ginjal.efek samping ini
mungkin ditingkatakan oleh isoniazid,dan
piridoksin.yang dapatmenyebabkan
kekambuhan penyakit GOUT.

STREPTOMISIN
Pada

bagian ini hanya akan diuraikan


tentang sifat obat yang berhubungan dengan
aktivitas antibakteri dan efek terapeutiknya
pada penanganan penyakit yang
disebabakan oleh mikobakteri saja.
Streptomisin adalah obat pertama yang
efektif secara klinis yang tersedia untuk
pengobatan tuberkulosis.

Pada mulanya obat ini digunakan dalam dosis


tinggi,tetapi masalah yang berhubungan dengan
toksisitas dan berkembangnya mikroorganisme
resisten sangat membatasi penggunaannya.,obat ini
selanjutnya diberikan dalam jumlah dosis lebih
kecil ,tetapi dalam penggunaan dalam dosis tunggal
ternyata masih jauh dari harapan sebagai obat ideal
untuk menanggulangi semua bentuk penyakit ini..

Namun

penemuan senyawa senyawa lain


yang diberikan bersama senyawa ini dapat
mengurangi laju perkembangan resistensi
mikroorganisme terhadap obat,Sekarang
Streptomisin merupakan obat pilihan
pertama yang palingsedikit digunakan

AKTIVITAS

ANTI BAKTERI:
Streptomisin bersifat bakterisida untuk basil
tubekulosa dengan konsentrasi 0,4 ug/ml
dapat menghambat
pertumbuhan.Kebanyakan galur M
tuberkulosis peka terhadap 10 ug/ml,juga
M.kansasii juga peka,tetapi mikobakteri
nontubekulosis lainnya kadang kadang saja
rentan.

Adanya

mikroorganisme hidup dalam abses


dan nodus nodus limfe regional,mendukung
konsep aktivitas streptomisin in vivo
adalahmenekan dan bukanmemberantas
basil tuberkulosis ,karena obat ini tidakdapat
masuk kedalam sel sel hidup sehingga tidak
dapat membubuh mikroba intraseluler.

RESISTENSI

BAKTERI:
Populasi besar semua galur basil
tuberkulosis sangat resiten terhadap
Streptomisin karena telah bermutasi.Pada
umumnya semakin lama terapi dilanjutkan
semakin besar insiden resistensi terhadap
Streptomisin.

PENGGUNAAN

TERAPEUTIK:
Karena sudah tersedia obat lain yang efektif
pemakian Streptomisin untuk pengobatan
tuberkulosis paru sangat berkurang.Banyak
terapi diberikan dalam bentuk kombinasi 4
jenis obat. Yang salah satunya Streptomisin
untuk pengobatan bentuk tuberkulosis
paling berbahaya,seperti penyakit yang
menyebar atau meningitis.

Dosis

;Dewasa 15 mg /kg bb /hari dalam


dosis terbagi setiap 12 jam dengan
maksimum 1 g./hari.
Anak anak: 20 -40 mg /kg bb /hari dalam
dosis terbagi setiap 12-24 jam dan tak lebih 1
g/hari..
Terapi biasanya dihentikan setelah
pemakaian 2 sampai 3 bulan atau lbih cepat
bila kultur negatif.

EFEK MERUGIKAN:
1.Ototoksisitas,berupa kehilangan pendengaran
terhadap frekunsi tinggi,tinitus, dan gangguan
vestibuler
2.Nefrotoksisitas oleh sebab itu fungsi ginjal perlu
dipantau secara periodik
3.Kemerahan pada
kulit,dermatitis,syokanfilaktik,neutropenia,agranulosit
osis,anemia aplastik,dantrmbositopenia.
Ototoksisitas dan nefrotoksisitas lebih sering terjadi.

PIRAZINAMID

( PZA)
Analog pirazinsintesis dari nikotinamid.
AKTIVITAS

ANTI BAKTERI:
Pirazinamid menunjukan aktivitas
baketrisida,
Resitensi berkembang dengan cepat apabila
dipakai sebagai obat tunggal

Absropsi,Distribusi,dan

Ekskresi:
Absropsi baikdisluran gastrointestinal dan
didistribusikan keseluruh tubuh.
Pemberian oral500 mg menghasilkan
konsentrasi plasma sekitar 9 12 ug/ml.
pada 2 jam dan7 ug /ml pada 8 jam.
Waktu paruh plasma pada pasien yang
fungsi ginjal normal adalah 9-10 jam.

PENGGUNAAN

TERAPEUTIK:
Menjadi komponen penting dalam terapi
tuberkulosis multi obat,jangka pendek ( 6
bulan),tersedia untuk oral, dalam
bentukmtablet.
Dosi harian: Dewasa 15 -30 mg /kg sebagai
dosis tunggal.Maksimum2g /hari tidak
tergantung bobot badan,

Anak

anak: 15 30 mg/kg bb/hari dosis


harian tak boleh lebih 2 g.
Pirazinamid juga aman,danefektif jika
diberikan 2 atau 3 kali seminggu 9Dengan
dosis meningkat).

EFEK MERUGIKAN:
Yang paling berbahaya adalah cedra hati
Jika dosis 40 -50 mg/kg bb secara oral,tanda tanda
dan gejala penyakit hati akan timbul padasekitar
15% pasien.disetai ikterus, dan kematian akibat
nekrosis hati pada beberapa kasus yang langka.
Gejal abnormal paling awala;peningkatan alanin,dan
aspartat amino transferase dalam plasma

Regimen

Dosis yang lebih aman yaitu:


15 -30 mg/kg bb/hari.
Semua pasien yang sedang diobati
pirazinamid wajib menjalani pemeriksaan
fungsi hati sebelum obat
diberikan.,pemeriksaan harus berkala
sepanjang seluruh periode pengobatan,jika
terbukti ada kerusakan yang signifikan pada
hati, terapi harus dihentikan,

Pirazinamid

tidak boleh diberikan kepada


orang yang mengalami kelainan fungsi hati
pada tingkat apapun kecuali jika sama sekali
tidak ada jalan lain.
Dapat menghambat ekskresi garam
urat,sehingga terjadi hiperurisemia pada
hampir semua pasien.Episode pirai akut
pernah terjadi

Efek

mereugikan lainnya
:atralgia,anoreksia,mual ,muntah
disuria,lesu,dan demam..
Untuk wanita hamil pemakaian ini masih
diragukan mungkin bisa mendapatkan efek
teratogen.

Etionamida
Aktivitas

antibakteri:
Multipikasi M tuberkulosis ditekaan oleh
etionamid berkisar antara 0,6 2,5
ug/ml.Resistens cepat berkembang
Etionamida sangat efektif pada pengobatan
tbc pada hewan sebagai eksperimenal.

ABSROPSI>DISTRIBUSI,dan

EKSKRESI:
Secara oral, etionamid sebanyak 1 g
menghasilkan konsentrasi puncak dalam
plasma sekitar 20 ug/ml.waktu paruh 2
jam.Lebih dari separoh paseie tudak
menoleransi pemberian obat dosis tunggal
yang lebih besar dari 500 mg karena akan
timbul gangguan gastrointestinal,

Etionamida

terdistribusi dengan cepat dan


sangat luas,konsentrasi yang tinggi
ditemukan di CSS,
Seperti halnya asam
aminosalisilat,etionamida menghambat
asetilasi isoniazid in vitro.kurang dari 1%
etionamida diekskresikan di urin
dalambentuk yang aktif.

PENGGUNAAN TERAPI:
Etionamida merupakan obat sekunder hanya
digunakan bersama sama obat lain,jika terapi
dengan obat primer tidak efektif atau merupakan
kontra indikasi.
Digunakan hanya secara oral,
Dosis dewasa 250 mg 2 x sehari.selanjutnya
dinakan jadi 125mg perhari,setiap 5 hari,sampai
tercapai dosis 15 -20 mg/kg bb/hari

Obat

ini paling baik diberikan bersama


makanan dalam dosis terbagi minimalkan
iritasi lambung.
Anak anak harus mendapatkan 15-20 mg
/kg parhari.

EFEK MERUGIKAN
Yang

paling lazim :aneroksia,mual,muntah


Rasa logam pada indra pengecap.
Hipotensi postural yang
hebatyanghebat,depresi mental,mangantuk
dan astenia juga lazim terjadi.
.Ruam kulit alergik,yang
parah,purpura,stomatis,impotensi,akne.

Tanda

tanda dan gejala hepatotoksik akan


lenyap apabila pengobatan dihentikan
,pada pasien yang diobati dengan
etionamida fungsi hati harus ditentukan
secara berkala,
pemberian bersama piridoksin dianjurkan
bagi pasien yang sedang diobati dengan
etionamida

ASAM

AMINOSALISILAT
( asam p amino sailiosilat)
Aktivitas Antibakteri:
-bersifat bakteriostatik
-galur M tuberkulosis peka terhadap
kosentrasi 1 ug/ml

AKTIVITAS

Antimikroba asam aminosalisilat


sangat spesifik dan mikroorganisme selain
M tuberkulosis tidak terpengaruh/tak dihambat
oleh obat ini.
Pada hewan percobaan dengan jumlah obat
/dosis yang besar memiliki efek yang
bermanfaat ,dan senyawa ini harus selalu
tersedia.

Pada

manusia asam para amini salisilat


saja hanya sedikit bermanfaat dalam
pengobatan tuberkusis pada manusia.
Resistensi Bakteri:
Galur galur basil tbc yang resisten juga
muncul pada pasien yang diobati dengan
PAS ,tetapi jauh lebih lambat dari pada
Streptomisin.

MEKANISME

KERJA:
PAS adalah analog struktur asam para amino
benzoat dan mekanisme kerja tampaknya
sangat mirip dengan Sulfonamida.
Sulfonamida tidak efektif terhadap basil
tbc,dan asam para amino salisilat tidak aktif
terhadap bakteri yang rentan terhadap
sulfonamida.

Absropsi,Distribusi

dan Ekskresi:
Pas diabsrosi dengan mudah di saluran
pencrnaan dengan mudah dari sluran
gastrointstinal.
Dosis oral tunggal sebesar 4 g dengan
kosentrasi plasma sekitar 75 ug/ml
dalamwaktu 1,5 sampai 2
jam.GaramNatriumdiabsropsi lebuh cepat

Didistribusikankeseluruh

tubuh dan
mencapai konsentrasi yangtinggi
dipleura,danjaringan kaseus.
Kadar di CSS rendah mungkin karena
adanya transpor aktif keluar.
Waktu paruh kira kira 1 jam kosentrasi
diplasma dalam waktu 4-5 jam setelah
pemberian dapat diabaikan

80

%obat diekskresikan dalam urin,dalam


bentuk terasetilasi
Ekskresi PAS,akan tertunda jika terdapat
disfungsi ginjal dan obat ini tidak dianjurkan
pada pasien tersebut.Probenesid dapat
menurunkan ekskresi obat ini di ginjal.

PENGGUNAAN TERAPEUTIK:
PAS tergolong obat pilihan kedua,
Untuk tbc paru dan tbc lainya signifikansinya sudah
sangat berkurang.
Diberikansecara oral, dengan dosis harian 10 -12
g.karena mengiritasi lambung sebaiknya
diberikansesudah makan,dan dosis harian dibagi
dua sampai empat bagian yang sama besar,anak
anak 250 mg hingga 300 mg/kg bb /4dosis

EFEK

MERUGIKAN:
Terhadap saluran cerna paling
menonjol.seperti anoreksia,mual,nteri
epigastrik,diare,hati hati pada pasien peptik
ulser.Gangguan terhadap pencernaan ini
seringmengganggukepatuhan pasien minum
obat.

-Reaksi

hipersensitivitas dapat terjadi.


-Lemas,nyeri sendi,dan gangguan
hematologis.

SIKLOSERIN
AB

dihasilkan dari S orchidaseus


Sudah dapat dibuat secara sintetis.
Sikloserin dapat dugunakan untuk
tuberkulostik seprti tbc pulmonal atau ekstra
pulmonal.apabila obat utama
( isoniazid,rifampin,etambutol,pirazinamida,,s
treptomisin, telah gagal melawan tubrkulosis.

AKTIVITAS

Anti Bakteri,dan Mekanisme

Kerja:
Dapat menghambat M tbc ,pada konsentrasi
5- 20 ug
Tidak ada resistensi silang antara sikloserin
dan obat tbc lainnya
Bersifat menghambat pertumbuhan M tbc.

Peggunaan terapi:
Sikloserin,baik digunakan untuk pengobatan ulang
jika mikroorganisme resisten terhadap obat lain.
Kalu untuk tbc harus digunakan bersama dengan
obat lain
Tersedia dalam bentuk pemberian oral.
Dosis dewasa 250 500 mg dua kali sehari.

REAKSI

MERUGIKAN:
Sering terjadi reaksi merugikan ini dalam
waktu 2 n\minggu pertama. Terapi
danbiasanya lenyap bila obat dihentikan.

Obat Obat lain untuk terapi TBC

Kanamisin:
suatu amino glikosida,merupakan penghambat sintesa protein
Mikobakterium tbc.dengan mengikat sub unit ribosom 30 S
Dan obat ini bersifat baterisid,kons 10 ug/ml atau kurang dapat
menghambat M tbc.
Obat ini dikontra indikasikan pada penderita gagal ginjal
danwanita hamil.
Pemberian bersama aminoglikosida lain,amfoterisin
B,sisplatin,kolistin dan diuretik kuat sebaiknya dihindari.
Dosis 1 g/hari( 15 mg/kg bb/hari secara parentral 3x seminggu
Untuk orang tua dan bayi perlu penyesuaian dosis.
Kapreomisin

Memiliki

aktivitas supresi terhadap


-M tubeculosis
-M bovis
-M kansasii
Kapreomosin bersifat bakterisid,kurang
toksid dibanding Kanamisin
Dapat terjadi resistensi silang antara
Kapreomisin ,Kanamisin,dan Neomisin.

KAPREOMISIN

:
AB polipeptida yang diisolasi dariScapreulus.
Mudah larut di air
Tak berwarna
Mekanisme kerja obat belum diketahui
benar.

Absrobsi

kurang baik di saluran cerna,


sehingga baik secra parentral.
Konsentrasi puncak 28 32 ug/ml dalam
waktu 1-2 jam setelah pemberian dosis 1
g/hari.
Obat bersifat: oto toksilk sehingga perlu
pemeriksaan telinga sebelum pemberian
obat ini.

Obat juga bersifat Nefrotoksik ditandai dengan


peningkatan kadar Nitrogen urea dan menurunnya
bersihan kreatinin,albuminuria dan silinderuria
Obat tak boleh diberikan pada penderita
Gangguan ginjal,atau obat yang bersifat nefrotoksik
seperti Gentamisin, dan kolistin.
Sebaiknya juga tidak diberikan pada wanita hamil. dan
menyusui.
Dosis dewasa 15 mg/kg bb/hari selama 2- 4 minggu
dan diikuti dosis yang sama 2 3 x seminggu
selama 2- 4 bulan

AMIKASIN :
Bersifat Aminoglikosida ,larut dalam air
Mekanisme kerja dan aktivitas anti bakteri sama dengan
Kanamisin dengan volume distribusi ekstra seluler lebih besar
Sama dengan gol Amimnoglikosida lain,obat bersifat :-oto
toksik
- nefrotoksik
Tak baik pada penderita gangguan ginjal
Hindari pemberian bersama asam etakrinat,dan furosemid
karena akan meningkatkan kejadian ototoksik.
Dosis 15 mg/kg bb /hari dibagi tiga dosis ( tak boleh > 1,5
g/hari .

VIOMISIN

;
Berupa polipeptida yang larut air
Konsentrasi hambatan 1- 10 ug/ml dengan
penyuntikan obat 2 g,2x seminggu
Dapat mengalami resitensi silang dengan
Streptomisin,kanamisin dan Kapreomisin
Efek samping paling serius adalah gangguan
ginjal,dan ototoksik.

RIFABUTIN:(

Ansamisin)
Merupakan derivat Rifampin,
Aktivitas obat sangat baik terhadap M aviun
intraseluler dan M fortuitum.
Dosis 0,15 0,5 g/kg bb/hari /secara oral

FLUOROKUINOLON;
Ofloksasin

dan siprofloksasin walaupun efek


bakterisidal rendah tetapi cukupbermanfaat
bila dikombinasikan dengan tuberkulostatik
lain.
Sparfloksasin sebaiknya tak diberikan karena
memiliki efek,fotosensitivitas sedangkan
norfloksasin tidak mencapai kadar serum
adekuat.

Obat

golongan pertama dari OAT


ISONIAZID (INH) (= H)
RIFAMPIN (= R)
ETAMBUTOL (= E)
STREPTOMISIN (= S)
PIRAZINAMID(PZA)(= Z)
TIOASETAZON (= T)

STRATEGI

DOTS
(DIRECTLY OBSERVED TREATMENT
SHORT COURSE CHEMOTHERAPY)
Karena masalah TB adalah masalah global
WHO merekomendasikan strategi DOTS
(April 1993) yang terdiri dari 5 komponen.

Penemuan penderita diutamakan


berdasarkan pada BTA positif
2 Penderita harus diawasi menelan obat
yang sesuai dengan panduan OAT jangka
pendek.
3 Pengobatan harus lengkap dan penderita
dipantau smpai sembuh.

Kesinambungan

sarana kususnya obat


Pemerintah harus memberikan dukungan
politis dan finansial
Oleh karena itu WHO menganjurkan
panduan obat sesuai dengan kategori
panyakit.

PENANGANAN RESISTENSI OBAT MAJEMUK


(MULTIDRUG RESISTANT)
Resistensi basil terhadap obat dimungkinkan karena
kesalahan :
1- Peresepan obat
2-Pengaturan suplai obat
3-Penangan Kasus
4-Proses pengiriman obat sampai ke penderita.

PANDUAN

OAT pada TB

Lihat pada foto copy I

Untuk mengatasi resistensi obat terutama MDR


(multi drug resitant) WHO memberikanOAT
berdasarkan:
1, Aktivitas:-a Obat obat dengan aktivitas baktersidal
misal aminiglikosida.tioamida danpirazinamida ( pH
asam)
- b Obat obat dengan aktivitas
bakterisidal rendah, mis florokuinolon
- c Obat obat dengan aktivitas
bakteriostatik (pada dosis biasa) mis
etambutol,sikloserin,dan PAS

2.Kriteria

Klinik lain
A. dapat ditrima oleh penderita (mis rasa
obat,nyeri suntikan)
B Tolerans
C Efek toksik
D Harga Obat

Regimen

golongan ketiga bila ditemukan


resiten terhadap INH,tetapi masih rentan
terhadap rifampisin. (Lihat foto copy)

Regimen

golongan ketiga terhadap


pengobatan tuberkulosis dengan MDR
(multidrug resistent)
Lihat fotocopy.

Anda mungkin juga menyukai