Anda di halaman 1dari 30

REFERAT

GANGGUAN OBSESIF
KOMPULSIF

Oleh : Barbie Nurdilia R

GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF

obsesif

kompulsif

pikiran-pikiran,
bayanganbayangan
atau
dorongandorongan
intrusive
dan
kebanyakan tidak masuk akal
yang dicoba ditolak atau
dieliminasi oleh individu.

pikiran-pikiran atau tindakantindakan yang digunakan


untuk menekan obsesi dan
membuat individu merasa lega

DEFINISI

Gangguan obsesif kompulsif dapat dianggap sebagai


gangguan yang menyebabkan ketidakberdayaan,
karena obsesi dapat menghabiskan waktu dan
mengganggu rutinitas normal seseorang, fungsi
pekerjaan, aktivitas sosial yang biasanya, atau
hubungan dengan teman atau anggota keluarga.

Prevalensi pada populasi umum adalah 2%


-3%.
Peneliti memperkirakan ditemukan pada
sebanyak 10% pada pasien rawat jalan di
klinik psikiatrik.
Angka tersebut gangguan obsesif-kompulsif
diagnosis psikiatrik tersering keempat
setelah fobia, gangguan yang berhubungan
dengan zat, dan gangguan depresif berat.

Untuk remaja laki-laki > perempuan.


Usia onset rata-rata kira-kira 20 tahun.
Secara keseluruhan, kira-kira 2/3 dari pasien
memiliki onset gejala < usia 25 tahun.
Kurang dari 15 % pasien memiliki onset
gejala setelah usia 35 tahun.

ETIOLOGI

1. Aspek Biologis
a. Neurotransmiter
b. Genetik
2. Psikologis
3. Faktor Psikososial

DIAGNOSIS
Kriteria diagnostik untuk gangguan obsesif
kompulsif menurut PPDGJ III:
1. Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala
obsesif atau tindakan kompulsif, atau kedua-duanya,
harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya
dua minggu berturut-turut.
2. Hal tersebut merupakan sumber penderitaan
(distress) atau mengganggu aktivitas penderita

3. Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal


berikut:
Harus disadari
Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang
tidak berhasil dilawan
Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut di
atas bukan merupakan hal yang memberi
kepuasan atau kesenangan.
Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut
harus merupakan pengulangan yang tidak
menyenangkan (unpleasantly repetitive)

4. Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama


pikiran obsesif, dengan depresi. penderita
gangguan obsesif kompulsif seringkali juga
menunjukkan gejala depresif, dan sebaliknya
penderita gangguan depresi berulang dapat
menunjukkan pikiran-pikiran obsesif selama
episode depresifnya.
Diagnosis gangguan obsesif kompulsif ditegakkan
hanya bila tidak ada gangguan depresif pada saat
gejala obsesif kompulsif tersebut timbul. Bila dari
keduanya tidak ada yang menonjol, maka baik
menganggap depresi sebagai diagnosis yang
primer.

5. Gejala obsesif sekunder yang terjadi pada


gangguan skizofrenia, sindrom Tourette, atau
gangguan mental organk, harus dianggap
sebagai bagian dari kondisi tersebut

F42.0 Predominan Pikiran Obsesif atau


Pengulangan
Pedoman Diagnostik
Keadaan ini dapat berupa gagasan,
bayangan pikiran, atau impuls (dorongan
perbuatan), yang sifatnya mengganggu (ego
alien)
Meskipun isi pikiran tersebut berbedabeda, umumnya hampir selalu
menyebabkan penderitaan (distress).

F42.1 Predominan Tindakan Kompulsif


( obsesional ritual)
Pedoman Diagnostik
a. Umumnya tindakan kompulsif berkaitan dengan
kebersihan (khususnya mencuci tangan), memeriksa
berulang untuk meyakinkan bahwa suatu situasi yang
dianggap berpotensi bahaya terjadi, atau masalah
kerapian dan keteraturan.

b. Tindakan ritual kompulsif tersebut menyita banyak


waktu sampai beberapa jam dalam sehari dan kadangkadang berkaitan dengan ketidakmampuan mengambil
keputusan dan kelambanan.

F42.2 Campuran Pikiran dan Tindakan


Obsesif

Pedoman Diagnostik
a. Kebanyakn dari penderita obsesif kompulsif
memperlihatkan pikiran obsesif serta tindakan
kompulsif. Diagnosis ini digunakan bialmana kedua hal
tersebut sama-sama menonjol, yang umumnya memang
demikian.
b.
Apabila
salah
satu
memang
jelas
lebih
dominan,sebaiknya dinyatakan dalam diagnosis F42.0
atau F42.1. hal ini berkaitan dengan respon yang
berbeda terhadap pengobatan. Tindakan kompulsif lebih
respondif terhadap terapi perilaku.

F42.8 Gangguan Obsesif Kompulsif Lainnya

F42.9 Gangguan Obsesif Kompulsif YTT.

GEJALA GANGGUAN
OBSESIF KOMPULSIF
DAN POLA GEJALANYA

Pola yang paling sering ditemukan adalah suatu obsesi


tentang kontaminasi, diikuti oleh mencuci disertai
penghindaran obsesif terhadap objek yang kemungkinan
terkontaminasi.
Pasien mungkin secara terus-menerus menggosok
kulit tangannya dengan mencuci tangan secara
berlebihan atau mungkin tidak mampu pergi keluar
rumah karena takut akan kuman.

Pola kedua yang sering adalah obsesi keragu-raguan,


diikuti oleh pengecekan yang kompulsi.
Obsesi seringkali melibatkan suatu bahaya kekerasan,
seperti lupa mematikan kompor atau tidak mengunci
pintu.

Pengecekan tersebut mungkin menyebabkan pasien


pulang beberapa kali ke rumah untuk memeiksa
kompor. Pasien memiliki keragu-raguan terhadap diri
sendiri yang obsesional, saat mereka selalu merasa
bersalah karena melupakan atau melakukan sesuatu

Pola ketiga yang tersering adalah pola dengan sematamata pikiran obsesional yang mengganggu tanpa suatu
kompulsi. Obsesi tersebut biasanya berupa pikiran
berulang akan suatu tindakan seksual atau agresi
yang dicela oleh pasien

Pola keempat yang tersering adalah kebutuhan akan


simetrisitas atau ketepatan, yang dapat menyebabkan
perlambatan

kompulsi.

Pasien

secara

harfiah

menghabiskan waktu berjam-jam untuk makan atau


mencukur wajahnya. Trikotilomania dan menggigit
kuku mungkin merupakan kompulsi yang beruhubungan
dengan gangguan obsesif-kompulsif .

TERAPI

Penelitian menemukan bahwa farmakoterapi atau terapi


perilaku atau kombinasinya efektif secara bermakna
dalam menurunkan gejala pasien gangguan obsesif
kompulsif
Farmakoterapi
Semua obat yang digunakan untuk mengobati gangguan
depresif atau gangguan mental lain, dapat digunakan
dalam rentang dosis yang biasanya.
Efek awal biasanya terlihat setelah 4 6 minggu
pengobatan, walaupun biasanya diperlukan waktu 8 16
minggu untuk mendapatkan manfaat terapeutik yang
maksimum.

Pengobatan standar adalah memulai dengan obat anti obsesif


kompulsif yaitu golongan trisiklik contohnya clomipramine dan
golongan SSRI-serotonin specific reuptake inhibitor

yaitu

sertraline, fluoxetine dsb.


Clomipramine biasanya dimulai dengan dosis 25 sampai 50
mg sebelum tidur dan dapat ditingkatkan dengan peningkatan
25 mg sehari setiap dua sampai tiga hari, sampai dosis
maksimum 250 mg sehari

Obat-obat Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI)


bekerja terutama pada terminal akson presinaptik
dengan menghambat ambilan kembali serotonin.
Obat anti depresi SSRI
Sertraline, Paroxetine, Fluvoxamine, Fluoxetine
Jika pengobatan dengan Clomipramine atau SSRI tidak
berhasil, banyak ahli terapi menambahkan lithium
(Eskalith). Obat lain yang dapat digunakan dalam
pengobatan gangguan obsesif kompulsif adalah inhibitor
monoamin oksidase (MAOI, monoamine oxidase
inhibitor), khususnya Phenelzine (Nardil).

Terapi Perilaku
Terapi perilaku dapat dilakukan pada situasi rawat inap maupun
rawat jalan. Pendekatan perilaku utama pada gangguan obsesifkompulsif adalah pemaparan dan pencegahan respon.

Terapi Keluarga
Terapi keluarga seringkali berguna dalam mendukung keluarga,
membantu menurunkan percekcokan perkawinan yang disebabkan
gangguan, dan membangun ikatan terapi dengan anggota keluarga
untuk kebaikan pasien.

Untuk pasien yang sangat kebal terhadap pengobatan,


terapi elektrokonvulsif (ECT) dan bedah psiko
(psychosurgery) harus dipertimbangkan.
Prosedur bedah psiko yang paling sering
singulotomi, yang berhasil dalam mengobati 25
sampai 30 persen pasien yang tidak responsif terhadap
pengobatan lain.
Komplikasi bedah psiko : kejang, yang hampir selalu
dikendalikan dengan pengobatan Phenytoin (Dilantin).

Beberapa pasien yang tidak respon dengan bedah psiko


saja dan dengan farmakoterapi atau terapi perilaku
sebelum

operasi

menjadi

respon

terhadap

farmakoterapi atau terapi perilaku setelah bedah psiko.

PROGNOSIS

Kira-kira 20% - 30% pasien dengan gangguan obsesif


kompulsif gangguan depresif berat, dan bunuh diri.
Suatu prognosis buruk dinyatakan oleh mengalah
(bukannya menahan) pada kompulsi, onset pada masa
anak-anak, kompulsi yang aneh (bizzare), perlu perawatan
di rumah sakit, gangguan depresif berat yang menyertai,
kepercayaan waham, adanya gagasan yang terlalu dipegang
(overvalued) yaitu penerimaan obsesi dan kompulsi, dan
adanya gangguan kepribadian (terutama gangguan
kepribadian skizotipal)

Prognosis yang baik ditandai oleh penyesuaian sosial dan


pekerjaan yang baik, adanya peristiwa pencetus, dan suatu
sifat gejala yang episodik. Isi obsesional tampaknya tidak
berhubungan dengan prognosis

KESIMPULAN

Gangguan obsesif kompulsif adalah gangguan cemas, dimana


pikiran seseorang dipenuhi oleh gagasan-gagasan yang
menetap dan tidak terkontrol, dan ia dipaksa untuk
melakukan tindakan tertentu berulang-ulang, sehingga
menimbulkan stress dan mengganggu fungsinya dalam
kehidupan sehari-hari.

Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala gejala obsesif


atau tindakan kompulsif, atau kedua duanya, harus ada
hampir setiap hari selama sedikitnya 2 minggu berturut
turut.

Beberapa faktor berperan dalam terbentuknya gangguan


obsesif-kompulsif diantaranya adalah faktor biologi seperti
neurotransmitter dan genetika, faktor psikologi dan faktor
psikososial. Ada beberapa terapi yang bisa dilakukan untuk
penatalaksanaan gangguan obsesif kompulsif antara lain
terapi

farmakologi

(farmakoterapi),,

terapi

perilaku,

psikoterapi, dan terapi keluarga.


Prognosis pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif yang
baik ditandai oleh penyesuaian sosial dan pekerjaan yang
baik, adanya peristiwa pencetus, dan suatu sifat gejala yang
episodik.

WASSALAMUALAIKUM WR. WB

Anda mungkin juga menyukai