Anda di halaman 1dari 38

NYERI LEHER (NECK

PAIN)
DEFINISI
Menurut Douglass dan Bope nyeri leher
adalah nyeri yang dihasilkan dari interaksi
yang kompleks antara otot dan ligamen
serta faktor yang berhubungan dengan
postur tubuh, kebiasaan tidur, posisi kerja,
stres, kelelahan otot kronis, adaptasi
postural dari nyeri primer lain (bahu,
sendi temporo mandibular,
kranioservikal), atau perubahan
degeneratif dari diskus servikalis dan

KLASIFIKASI

AKUT

ONSET
KRONIK

ETIOLOGI

BIOMEKANI
K

REUMATOID
ARTRITIS

SPONDILOSIS
INFEKSI
NEOPLASMA

TRAUMA (WIPLASH
ASSOCIATED
DESEASE

FIBROMIALGI
A

SPONDILOSIS SERVIKALIS
Dengan bertambahnya usia maka diskus
intervertebralis menjadi kurang lunak dan
mulai kehilangan kadar airnya.
Tulang dan ligamen dari sendi tulang belakang
menebal dan bertambah besar yang disebut
spondilosis servikal atau stenosis servikal
Hal ini dapat menyebabkan penonjolan bagian
keras diskus ke kanalis spinal.Ini
menyebabkan penyempitan pada kanalis
spinalis dan menjepit serabut akar saraf.

3 SINDROM SPONDILOSIS

Tipe
1

SERVIKAL
RADIKULOP
ATI
Sindrom dengan
manifestasi klinis
nyeri leher dengan
nyeri yang
menjalar pada
ekstremitas atas,
kelemahan, atau
mati rasa.

Tipe
2

SEVIKAL
MIELOPATI
Merupakan
manifestasi yang
disebabkan oleh
penurunan dari
kanalis servikalis
medulla spinalis.
Contohnya
diameter darikorda
spinalis, osteofit,
dan penonjolan
diskus.

Tipe
3

AXIAL JOINT
PAIN
Dikenal juga
sebagai
uncomplicated
neck pain atau
ketegangan
ligamen leher
yang disebabkan
oleh kebiasaan
posisi tidur, posisi
duduk, stres,
kelelahan kronis,

EPIDEMIOLOGI SPONDILITIS SERVIKALIS


Berdasarkan data berbasis populasi
dari
Rochester menunjukan bahwa servikal
radikulopati memiliki tingkat kejadian
tahunan
pada laki-laki sebesar 107,3 per
100.000
penduduk dan untuk perempuan
sebesar 63,5
per 100.000 penduduk

ETIOLOGI NYERI
BIOMEKANIK
1. Penonjolan tulang atau osteofit yang
tumbuh keluar melalui jalur saraf
2. Penonjolan bagian diskus yang terletak
di depan saraf
3. Herniasi nukleus pulposus melalui
bagian luar anulus
4. Fraktur atau cidera yang menyebabkan
fragmen tulang yang mempersempit
atau menekan saluran saraf

PATOFISIOLOGI SPONDILOSIS
SERVIKALIS
Mekanisme yang mendasari nyeri radikuler
masih kurang dipahami, karena kompresi
pada akar saraf tidak selalu menyebabkan
rasa sakit kecuali gangglion akar dorsal
juga ikut terkompresi. Bukti terbaru juga
menunjukan bahwa mediator inflamasi
seperti matriks metalloproteinase,
prostaglandin E2, interleukin-6, dan
nitritoksida juga berperan akibat herniasi
diskus intervertebralis servikalis.

MANIFESTASI SPONDILOSIS
SERVIKALIS
1.
2.

Nyeri leher atau lengan


Disfungsi lengan dan kaki dengan
gejala kelemahan lengan, kekakuan
tangan seperti tidak mampu
memegang kancing kemeja
3. Gejala kelemahan kaki seperti
kesulitan berjalan

DIAGNOSIS SPONDILITIS SERVIKALIS


1. Peninggian refleks lutut dan achiles atau
kadang-kadang ditemukan penurunan
refleks pada lengan.
2. Perubahan gaya berjalan seperti kehilangan
keseimbangan
3. Hilangnya sensitivitas pada lengan dan kaki
4. Dapat ditemukan adanya klonis
5. Refleks Babinsky dan Hoffman dapat positif
6. Rentang gerak atau fleksibilitas leher
menurun

Pemeriksaan Penunjang :
1. MRI
Dapat memberikan gambaran saraf spinal yang
terjepit
2. CT-scan
Dapat memberikan gambaran tulang yang menginvasi
kanalis servikalis
3. Elektromiografi (EMG) dan Nerve Conduction
Velocity (NVC)
Dapat membantu dalam masalah saraf perifer seperti
terjepitnya saraf di leher atau lengan yang dapat
menyebabkan gejala mielopati.
4. Somatosensory Evoked Potential (SSEP)
2. Dapat menunjukkan perlambatan siknal menuju
otak yang mengindikasikan adanya kompresi
medulla spinalis

PENATALAKSANAAN SPONDILOSIS SERVIKALIS

Terapi nonoperatif
Medikamentosa, bertujuan untuk
mengurangi rasa sakit, kejang otot dan
gejala lainnya seperti NSAID, injeksi steroid
epidural, antidepresan.
Non-medikamentosa, berupa terapi fisik
dan olahraga yang dimulai dengan
peregangan yang bertujuan mengembalikan
fleksibilitas otot leher atau lengan.

Terapi operatif

Pembedahan dapat dilakukan pada


bagian anterior atau posterior.
Beberapa yang harus menjadi
pertimbangan adalah lokasi
kompresi, kualitas tulang, jumlah
tingkat diskus yang terlibat dan
kesehatan secara umum

SPONDILITIS TUBERKULOSA
Definisi :
Adalah infeksi Mycobacterium Tuberculosis pada
tulang vertebra.
Patofisiologi Spondilitis Tuberkulosa :
Spondilitis TB dapat terjadi akibat penyebaran
secara hematogen atau limfogen melalui nodus
limfatikus para-aorta dari fokus TB di luar tulang
belakang. Lesi tuberkulosis pada tulang belakang
dimulai dengan inflamasi paradiskus. Setelah
tulang mengalami infeksi, hiperemia, dan edema
sumsum tulang kemudian tulang mengalami lisis
dan destruksi dan memberikan gambaran tulang
yang gepeng akibat gaya gravitasi dan tarikan otot
torakolumbal.

Manisfestasi Klinis Spondilitis tuberkulosa

Umumnya gejala awal dari spondilitis


servikal adalah kaku leher atau nyeri
leher yang tidak spesifik dan juga
paraplegia.
Diagnosis Spondilitis
Tuberkulosis
Selain nyeri punggung diagnosis dapat ditegakkan
melalui anamnesa berupa riwayat TB paru seperti
demam lama, diaforesis nokturnal, batuk lama,
penurunan berat badan. Pada pemeriksaan
auskultasi dapat ditemui adanya suara ronchi. Dan
pemeriksaan yang paling utama adalah
pemeriksaan radiologi .

Penaktalaksanaan Spondilitis Tuberkulosa

Spondilitis Tuberkulosa hanya dapat


diobati dengan Obat Anti Tuberkulosis
(OAT) saja. Secara umum regimen OAT
yang digunakan padaTB paru dapat
digunakan pada TB ekstra paru.
MenurutThe Medical Research Council
Committe for Research for Tuberculosis in
the Tropic menyatakan bahwa isoniazid
dan rimfapisin harus selalu diberikan
selama masa pengobatan selama dua
bulan pertama dan dapat dikombinasikan
dengan pirazinamid, etambutol dan
streptomisin sebagai obat lini pertama

NEOPLASMA VERTEBRA
Adalah massa pada tulang belakang
dapat jinak atau ganas yang dapat
berasal dari tulang belakang sendiri
(primer) atau dari proses metastase
(sekunder).
Sampai saat ini penyebab terjadinya
neoplasma masih belum diketahui

Patogenesis Neoplasma Vertebra

Setiap kali sel membelah, telomer


akan sampai pada point of retrun dan
mengalami kematian. Tetapi pada selsel kangker mempunyai kemampuan
mengaktifkan protein komponen
telomerase yang memungkinkan selsel kangker terus membelah tanpa
batas tanpa adanya apoptosis.

Kemudian sel-sel tersebut


mengaktifkan proses angiogenik
dengan merekrut sel endotel,
tumbuh, membelah, dan membentuk
pembuluh darah untuk neoplasma
tersebut. Kemudian sel-sel tersebut
menyebar melalui matriks
ekstraseluler kedalam pembuluh
darah atau saluran limfatik yang
menyebabkan metastase

Manifestasi Klinis Neoplasma Vertebra

Umumnya ditemukan :
1. Nyeri pada vertebra yang terkena,
deformitas tulang belakang, dan
defisit neurologis.
2. Nyeri bersifat menetap, tidak terkait
aktifitas, memburuk selama aktifitas
dan malam hari.
3. Penurunan berat badan , demam,
dan kelelahan.

Diagnosis Neoplasma Vertebra


Pada anamnesis dapat ditemukan
keluhan seperti diatas.
Pada pemeriksaan fisik dapat
ditemukan massa yang terpalpasi.
Pada pemeriksaan foto X-ray, MRI,
dan CT-scan dapat juga terlihat
adanya massa.

Penatalaksanaan Neoplasma Vertebra

1. Non-operatif
Terdiri dari management nyeri, kemoterapi, dan
radioterapi. NSAID diberikan pada nyeri sedang,
sedangkan nyeri berat diberikan opioid. Injeksi
anastesi lokal epidural atau atau intrakranial dapat
diberikan (21).
2. Operatif
Indikasi terapi pembedahan antara lain (21) :
Instabilitas spinal diakibatkan oleh destruksi
tulang
Defisit neurologi progresif
Tumor yang radioresisten
Nyeri yang tidak berespon pada terapi non-operatif

Reumathoid Artritis (RA)


A.Definisi RA
Adalah penyakit autoimun yang
menyebabkan peradangan pada
sendi, misalnya jari-jari tangan, sendi
bahu, sendi lutut, panggul, dan juga
leher, dan umumnya simetris
mengenai sendi kanan dan kiri
secara bersamaan

Etiologi RA
Etiologi RA belum diketahui secara pasti. Tetapi
terdapat interaksi yang kompleks antara faktor
genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik
yang berperan adalah HLA-DRB1. Faktor infeksi
juga berperan karena aktifitas mikroorganisme
merubah reaktivitas atau respon sel T
sehingga mencetuskan timbulnya penyakit.
Patofisiologi RA
RA adalah penyakit sistemik yang ditandai
dengan peradangan dan penghancuran pada
sendi sinovial. RA pada vertebra servikal dapat
menyebabkan ketidak stabilan, subluksasi dan
kompresi tulang belakang.

Manifestasi Klinis RA
Nyeri leher merupakan gejala yang paling
umum yang ditemukan pada 80% pasien.
Selain itu pasien mengeluh kaku, krepitasi,
nyeri pada pergerakan, parestisia pada
ekstremitas atas serta kelemahan yang
melibatkan ekstremitas bawah.
Klasifikasi Ranawat untuk RA pada vertebra
servikal:
Grade I : Tidak ada defisit neurologis
Grade II : Kelemahan, hiperrefleks,
disethesia
Grade III : Kelemahan dan long tract sign

Penatalaksanaan RA

1. Terapi non-bedah
Pengobatan dengan NSAID dan desease modifying
anti-rhematic drugs (DMARD)

2. Terapi bedah
Dilakukan apabila pasien mengalami defisit
neurologis sebagai akibat dari kompresi dan
subluksasi tulang belakang dan juga pada pasien
yang tidak berespon dengan pengobatan.
Tindakan pembedahan bertujuan untuk :
a) Dekompresi saraf tulang belakang,
b) Mencapai stabilitas tulang belakang melalui fusi
segmen yang tidak stabil
c) Mencegak devisit neurologis yang ireversibel

Whiplash Associated Disorder (WAD)

A. Defenisi WAD
WAD adalah kasus nyeri leher yang
khusus terjadi akut atau subakut
diakibat oleh akselerasi dan
deselerasi energi pada leher.
Biasanya melibatkan beberapa
pencetusnyeri seperti miofasial,
ligamen, diskogenik, dan facet.

Etiologi WAD
Paling sering disebabkan karena kecelakaan
kendaraan bermotor dan dapat juga disebabkan
oleh aktifitas menyelam
Manifestasi Klinis WAD
Biasanya dijumpai nyeri pada otot leher
paramedian posterior,dengan radiasi ke tengkuk,
bahu, atau daerah periskapular. Kekakuan pada
satu atau lebih gerak leher disertai sakit kepala
yang umum.
WAD terbagi atas 4 kategori yaitu (14) :
Kelas I : terdiri dari keluhan leher tidak spesifik
seperti nyeri, kaku nyeri tanpa temuan fisik yang
objektif.
Kelas II : keluhan leher disertai tanda yang
berbatas pada struktur muskuloskeletal.
Kelas III : keluhan leher ditambah disertai tanda-

Diagnosis WAD

Anamnesis dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik


yang setidaknya meliputi :
a) Inspeksi
b) Palpasi pada titik nyeri
c) Range Of Motion (ROM) pada fleksi-ekstensi, rotasi
dan lateral fleksi
d) Pemeriksaan neurologis untuk memeriksa fungsi
sensorimotor dan refleks tendon dari ekstremitas
atas dan bawah
e) Giniometer universal dapat dipakai untuk
mengukur ROM leher atau dengan dinamometer
digunakan untuk mengukur kekuatan otot
Pemeriksaan radiologi direkomendasikan pada
pasien dengan WAD kelas III atau kelas IV dan
pasien dengan riwayat trauma.

Penatalaksanaan WAD

1. Memberikan pasien latihan mobilitas umum


untuk leher dan tulang belakang
2. Latihan stabilisasi harus dilakukan dengan
target fleksor leher dan stabilisasi skapula
3. Penting pada tahap awal memberitahu
pasien agar beraktivitas seperti biasa
4. Pada WAD keles III dapat diberikan analgetik
non-opioid dan NSAID.
5. Analgetik opioid tidak direkomendasikan
pada WAD kelas I dan II, tapi diberikan
padam WAD kelas III dan metilprednisolon
dosis tinggi diberikan pada kelas IV

Fibromialgia

A.Definisi Fibromialgia
Adalah kelainan yang ditemui,
dicirikan oleh adanya nyeri
muskuloskeletal yang menyebar
dengan penyebaran yang simetris,
kekakuan,mudah, lelah, parestesi,
dan gangguan tidur

Etiologi Fibromialgia
Hingga kini, penyebab pasti
fibromialgia belum dapat ditemukan,
tapi telah diketahui bahwa
fibromialgia dapat dipicu oleh stres
emosional, infeksi, pembedahan,
hipotiroidisme, dan trauma

Manifestasi Klinis Fibromialgia


Gejala yang biasa ditemukan adalah nyeri
muskuloskeletal yang menyebar, kekakuan, dan
kelelahan. Nyeri bersifat menyebar dan dirasakan
selama minimal 3 bulan. Pada 75-90% penderita
ditemukan kekakuan yang biasanya terjadi di pagi
hari kemudian membaik di siang hari atau
bertahan sepanjang hari.
Gambaran khas pemeriksaan fisik pada pasien
fibromialgia ialah ditemukannya titik-titik yang
dirasakan lebih nyeri yang disebut tender points.
Berdasarkan American College of Rheumatology
(ACR) terdapat 18 tender points pada penderita
fibromialgia

Diagnosis Fibromialgia
Diagnosis fibromialgia dilakukan dengan mengacu
pada kriteria ACR 1990, yaitu sebagai berikut :
1. Riwayat nyeri yang menyebar
Nyeri dianggap menyebar jika ada di seluruh
lokasi berikut, nyeri kiri tubuh, sisi kanan tubuh,
diatas pinggang, dan dibawah pinggang. Selain
itu nyeri servikal, dada depan, spina thorakalis,
atau punggung bawah harus ada.
2. Nyeri di 11 dari 18 tender points pada palpasi
jari
3. Ditambah riwayat nyeri
muskuloskeletalminimal 3 bualan

Penatalaksanaan Fibromialgia

Non-farmakologis
Dapat dilakukan terapi panas dingin yang
diaplikasikan ke ototo secara bergantian masingmasing 15-20 menit diselingi waktu untuk kembali
ke suhu normal. Dapat juga dengan menggunakan
Vapocoolant spray yang berguna untuk melemaskan
otot (20).

Farmakologis
Dapat diberikan OAINS untuk meredakan rasa
nyeri.Untuk memperbaiki kualitas tidur dapat
diberikan trisiklik seperti amitriptilin, nortitriptilin,
dan doksepin yang diminum 1-2 jam sebelum tidur

KESIMPULAN

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai