Gaya Hidup Sehat
Gaya Hidup Sehat
Agar sehat, masyarakat butuh dua hal: pemerintah yang bijak dan tertib berpola hidup sehat. Untuk memahami pola hidup sehat, orang tak perlu
menjadi dokter. Wawasan sehat diperoleh dari membaca, mendengar, dan menyaksikan uraian kesehatan. Berikut ini beberapa di antaranya.
Orang suka bilang, Saya tidak takut sakit karena saya punya uang untuk menyembuhkannya. Pikiran itu tidak sepenuhnya benar. Strategi yang bijak
seyogianya bukanlah itu. Lalu bagaimana?
Tidak semua kesembuhan bisa dibeli dengan uang, selain tidak semua penyakit bisa sembuh tanpa menyisakan kecacatan atau kelemahan. Sikap kita
terhadap ancaman penyakit, arifnya berikhtiar agar jangan sampai jatuh sakit dan itu masih mungkin kita lakukan.
Ada cerita seorang miliarder rela menyerahkan separuh hartanya untuk mengembalikan kondisi jantungnya yang sudah telanjur sakit. Sayang, seluruh
hartanya pun tak sanggup mereparasi penyakit jantungnya karena sudah rusak. Uang sebanyak apa pun tak mungkin memulihkannya. Dari situ kita
belajar bahwa untuk sehat perlu investasi, bukan sekadar ongkos.
Penyakit sendiri ada dua kelompok. Yang bisa dicegah dan sebetulnya tak perlu terjadi, dan kelompok penyakit yang harus diterima saja (kelainan gen,
cacat bawaan), tetapi bisa dijinakkan. Tubuh seseorang bisa menghadapi keduanya sekaligus.
Namun, seberapa pun besar ancaman penyakit, asal tahu caranya, tak perlu penyakit merongrong secara ekonomi, jasmani, maupun rohani. Cita-cita
ideal itu, bukan mustahil bisa kita raih.
Semua penyakit yang bisa dicegah sesungguhnya tak perlu terjadi kalau kita mau berikhtiar. Namun, lebih separuh penyakit yang muncul sehari-hari
adalah jenis yang sesungguhnya tak perlu terjadi. Hanya lantaran kita kurang memahami kiatnya, termasuk memahami nutrisi, mencegah infeksi, dan
membiarkan lingkungan merusak tubuh, yang tak perlu terjadi itu ternyata merongrong kita.
Salah satu ikhtiar itu ialah sikap ketaatan menjalankan pola hidup sehat. Kiat sehat paling populer dilakukan dengan menjalani tujuh kebiasaan pribadi
(Nadra B. Bellock dan Lester Breslow): (1) kebersihan pribadi; (2) cukup tidur; (3) makan memadai; (4) tak lupa sarapan; (5) menjaga berat badan ideal;
(6) teratur bergerak badan; (7) jauhi rokok.
1. Kebersihan Pribadi
Bahkan di negara maju pun soal mencuci tangan yang benar masih perlu ditata ulang. Mengapa? Karena dari cuci tangan yang tidak benar berpotensi
melahirkan banyak masalah kesehatan. Tanpa membasuh tangan dengan benar, kita menjadi sakit yang sebetulnya tak perlu terjadi.
Tak cukup tersentuh air belaka, membasuh tangan yang benar perlu sabun. Kebanyakan kita, alih-alih membasuh tangan secara sehat, sering-sering
menyentuh penganan atau langsung duduk di meja makan sebelum tangan terbasuh sempurna.
Bila tangan tak bersih, penyakit perut (faecal-oral) muncul. Termasuk terancam kasus SARS, flu burung, influenza (bisa jadi berasal dari jemari yang
menyentuh tombol lift, pegangan pintu, gagang telepon, perabotan di tempat umum, uang, bersalaman). Jemari tangan perlu dibuat steril dari
kemungkinan tercemar seperti itu.
Kuman dan virus dari mana-mana umumnya berasal dari luar memasuki tubuh lewat makanan-minuman, liang hidung (mengupil), mengigit jari, dan
menyuap makanan tanpa sendok. Atau makanan dan minuman sendiri (jajanan, restoran, warung nasi) sudah tercemar bibit penyakit sejak awal
lantaran pembuat atau penyajinya tidak higienis (rata-rata berasal dari makanan-minuman jajanan mentah atau tidak panas).
Bibit penyakit juga bisa berasal dari pakaian, sepatu, sandal, rambut, atau setelah bepergian keluar rumah. Terlebih bila baru kembali dari tempattempat umum: pasar, rumah sakit, mal, dan kendaraan umum. Itu sebab penting membersihkan diri setiap kali habis bepergian. Menukar pakaian luar
dan tidak membawanya ke kamar tidur.
Pulang dari bepergian biasakan sandal dan sepatu ditinggalkan di luar kamar, kalau perlu langsung menyiram rambut (jika tidak mau keramas), karena
di bagian-bagian itulah segala bibit penyakit dari udara dan lantai kemungkinan sudah melekat.
Perlu membasuh tangan sampai lengan, dan permukaan kulit yang bersentuhan dengan apa saja selama di luar rumah, serta membasuh muka,
termasuk membersihkan liang hidung dengan air sabun. Pada bagian-bagian itu kemungkinan bibit penyakit selama berada di luar rumah sudah
menempel.
Dengan cara itu serangan flu jenis apa saja serta ancaman semua penyakit saluran pernapasan maupun pencernaan bisa digagalkan. Ongkos
menyembuhkan flu atau mencret memang tak seberapa, tetapi aktivitas harian kita jadi terganggu. Itupun kalau tak sampai komplikasi ke paru-paru,
sinusitis, congek, atau dehidrasi, sehingga harus masuk rumah sakit. Tak ada ampun bila SARS dan flu burung yang menyerang.
2. Cukup Tidur
Kebutuhan tidur rata-rata sekitar 7-8 jam. Bukan kuantitas semata, lebih mengejar kualitas tidur. Susah tidur atau tak bisa tidur merupakan bagian dari
sejumlah penyakit. Bisa sebab penyakit fisik, lebih sering sebab penyakit jiwa. Namun, karena aktivitas pekerjaan atau mengabdi pada hiburan dan
kepuasan diri (begadang nonton TV), orang cenderung menjadi kurang tidur.
Tidur bagian penting dari tubuh untuk memulihkan energi, selain mengganti bagian tubuh yang aus atau rusak. Bukan sekadar tidur malam, sekarang
terungkap kalau orang juga butuh tidur siang. Studi mutakhir mengungkap itu. Selain menambah bugar, tidur siang bikin panjang umur juga.
Selain oleh penyakit, tidur menjadi tidak sehat juga bila alas tidur dan bantal tidak memenuhi standar kesehatan. Gangguan punggung dan leher,
sehingga bangun tidur tidak bugar, bisa gara-gara kasur tidur atau bantal yang sudah tak memenuhi syarat.
Untuk memperoleh tidur yang sehat, biasakan jam tidur yang terjadwal. Tubuh kita bisa disetel untuk semua jadwal kegiatan harian, sehingga tertib
kerja mesinnya, termasuk jadwal bangun tidur, waktu makan, waktu jeda, dan aktivitas seks juga.