Anda di halaman 1dari 54

BENIGN PROSTAT

HIPERPLASIA
Case Presentation
Oleh : Vincentius Handy, dr.
Pembimbing : dr. Yeppy A.N., SpB, FINaCS, MM.
Bagian Bedah RSUD Soreang
Kab. Bandung
2016

STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN

Nama

: Tn. A

Umur

: 71 tahun

Jenis kelamin

: laki-laki

Pendidikan terakhir

: S1

Pekerjaan

: Pensiunan

Agama

: Islam

Alamat

: Kmp Tegal Kembang 2/8


Kutawaringin

No. RM

: 407237

Tanggal Pemeriksaan : 13 Juli 2016

ANAMNESIS

Keluhan Utama : pasien kontrol untuk pengobatan rutin


BPH
Riwayat Perjalanan Penyakit :
Pasien datang ke Poliklinik Bedah RSUD Soreang untuk
kontrol rutin pengobatan BPH.
Keluhan awalnya dirasakan sejak +/- 9 tahun yang lalu

keluhan tidak dapat berkemih


sakit ketika ingin buang air kecil t.u. ketika pancaran pertama keluar
Pasien harus mengedan
pasien merasa bila buang air kecil tidak puas
malam hari pasien sering terbangun untuk buang air kecil
pancaran berkemih tidak bercabang, nyeri pinggang (-), mengeluarkan
pasir atau batu ketika berkemih (-), kencing berdarah (-), kencing
bernanah (-), penurunan berat badan secara drastis (-), riwayat
trauma pada daerah pinggang ataupun selangkangan (-).
BAB : dbn, teratur, tidak berlendir ataupun berdarah

Pada saat ini, keluhan buang air kecil tidak dirasakan pasien
dengan pengobatan rutin dari poliklinik bedah.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat

hipertensi disangkal.
DM disangkal.
Penyakit jantung disangkal.
Penyakit paru disangkal.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sakit ringan
Kesadaran
: compos mentis
Tanda Vital
:

TD

: 130/80 mmHg
Nadi
: 88x/menit, regular, isi cukup.
Respirasi : 18x/menit
Suhu
: 36,50C

STATUS GENERALIS

Kepala

: Normocephal

Mata

: Conjuntiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-),


pupil bulat isokor, refleks cahaya (+/+)

Hidung

: sekret (-), deviasi septum (-)

Telinga

: otore (-)

Mulut

: bibir sianosis (-), lidah kotor (-)

Leher

: deviasi trakhea (-), pembesaran KGB (-),


pembesaran tiroid (-), JVP tidak meningkat

Thorax
Paru-paru :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi

Auskultasi

: bentuk dan pergerakan simetri


: Taktil fremitus simetris kanan-kiri
: Sonor pada kedua lapang paru
: VBS kanan=kiri, Rh (-/-), Wh (-/-)

: Ictus cordis tidak terlihat


: Ictus cordis tidak teraba
: Batas atas sela iga III garis midclavicula kiri
Batas kanan sela iga V garis sternal kanan
Batas kiri sela iga V garis midclavicula kiri
: Bunyi jantung murni S1,S2, murmur (-),
gallop (-)

Abdomen
Inspeksi
Palpasi

: datar
: soepel, nyeri tekan epigastrium (-), nyeri
lepas (-), Defans muskular (-)
Hepar dan lien tidak teraba membesar
Perkusi
: timpani di seluruh lapang abdomen
Auskultasi
: bising usus (+) normal

Ekstremitas : akral hangat, oedem -/-, CRT < 2

STATUS LOKALIS

Abdomen

Inspeksi

Auskultasi
Perkusi
Palpasi

: datar
: bising usus (+) normal
: timpani di seluruh lapang abdomen
: nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), defans
muscular (-)

RECTAL TOUCHER (TEORITIS)


Spincter Ani
: kuat
Mukosa
: licin
Ampula recti
: tidak kolaps
Teraba massa
: (+)
Sulcus Prostatica
: batas menghilang
Batas Atas Prostat
: teraba melengkung
Konsistensi Prostat
: kenyal, tidak bernodul
Nyeri tekan (-), Darah (-), Lendir (-), Feses (-)

RESUME

Pasien laki-laki, 71 tahun, :

kontrol rutin pengobatan BPH


Keluhan awalnya dirasakan sejak +/- 9 tahun yll.
awalnya keluhan tidak dapat berkemih
pasien harus mengedan untuk dapat mengeluarkan air
kencingnya
merasa tidak puas jika BAK
malam hari pasien sering terbangun untuk buang air kecil
pancaran berkemih tidak bercabang
nyeri pinggang (-), mengeluarkan pasir atau batu ketika
berkemih (-), kencing berdarah (-), kencing bernanah (-),
penurunan berat badan secara drastis (-), riwayat trauma
pada daerah pinggang ataupun selangkangan (-).

Status generalisata didapatkan hasil dalam


batas normal.
Pada pemeriksaan fisik status lokalis abdomen
didapatkan hasil :

Inspeksi

Auskultasi
Perkusi
Palpasi

: datar
: bising usus (+) normal
: timpani di seluruh lapang
abdomen
: nyeri tekan (-), nyeri lepas (-),
defans muscular (-)

RECTAL TOUCHER (TEORITIS)


Spincter Ani
: kuat
Mukosa
: licin
Ampula recti
: tidak kolaps
Teraba massa
: (+)
Sulcus Prostatica
: batas menghilang
Batas Atas Prostat
: teraba melengkung
Konsistensi Prostat
: kenyal, tidak bernodul
Nyeri tekan (-), Darah (-), Lendir (-), Feses (-)

DIAGNOSIS BANDING
Benign Prostat Hiperplasia (BPH)
Ca buli
Ureterolithiasis

USULAN PEMERIKSAAN

Urinalisis
PSA
Foto polos abdomen
USG traktus
urinarius

DIAGNOSIS KERJA

Benign Prostat
Hiperplasia (BPH)

PENATALAKSANAAN
NON MEDIKAMENTOSA

Mengurangi minum
setelah makan malam
agar mengurangi
nokturia.
Menghindari obat-obat
parasimpatolitik (mis:
dekongestan).
Mengurangi kopi.
Melarang minum
minuman alkohol
Kontrol setiap bulan.
Bila terjadi kemunduran,
segera diambil tindakan.

MEDIKAMENTOSA
Tamsulosin

(Harnal)

1x0,2 mg
Pipemidic Acid
(Urinter) 1x400 mg

PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad functionam
Qou ad sanationam

: ad bonam
: ad bonam
: ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI PROSTAT

Menurut klasifikasi Lowsley prostat terdiri dari


lima lobus:
Anterior

Posterior
Medial
lateral

kanan dan lateral kiri.

Menurut Mc Neal, prostat dibagi atas 4 bagian


utama:
Anterior

atau Ventral
Zona perifer
Zona sentral
Zona transisional

EPIDEMIOLOGI
Penyakit pada pria tua
Jarang ditemukan sebelum usia 40 tahun.
Keadaan ini dialami oleh :

50%

pria yang berusia 60 tahun


kurang lebih 80% pria yang berusia 80 tahun.

ETIOLOGI
Teori Hormonal
Teori Growth Factor
Teori Peningkatan Lama Hidup Sel-sel Prostat
karena Berkurangnya Sel yang Mati
Teori Sel (stem cell hypothesis)
Teori Dihidro Testosteron (DHT)
Teori Reawakening

PATOFISIOLOGI

PATOFISIOLOGI

GAMBARAN KLINIS

Menggunakan sistem skoring


International

0-7 ringan
8-19 sedang
20-35 berat

Prostate Skoring System (IPSS)

Madsen

Iversen

< 10 ringan
10-20 sedang
> 20 berat

GEJALA KLINIK
GEJALA OBSTUKSI

Harus menunggu pada


permulaan miksi
(Hesistency)
Pancaran miksi yang
lemah (Poor stream)
Miksi terputus
(Intermittency)
Menetes pada akhir miksi
(Terminal dribbling)
Rasa belum puas sehabis
miksi (Sensation of
incomplete bladder
emptying)

GEJALA IRITATIF

Bertambahnya
frekuensi miksi
(Frequency)
Nokturia
Miksi sulit ditahan
(Urgency)
Disuria (Nyeri pada
waktu miksi)

PEMERIKSAAN RECTAL TOUCHER

Harus diperhatikan :

Hiperplasia prostat :

konsistensi prostat kenyal (seperti meraba ujung hidung),


lobus kanan dan kiri simetris
tidak didapatkan nodul

Carcinoma prostat:

Konsistensi prostat (pada hiperplasia prostat


konsistensinya kenyal)
Simetris/ asimetris
Adakah nodul pada prostate
Apakah batas atas dapat diraba
Sulcus medianus prostate
Adakah krepitasi

konsistensi prostat keras dan atau teraba nodul


diantara lobus prostat tidak simetris.

Batu prostat : teraba krepitasi

Kelenjar Prostat Normal

Kelenjar Prostat Hiperplasia

Carcinoma

PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM

DARAH

Ureum, kreatinin,
Elektrolit
Blood urea nitrogen,
Prostate Specific Antigen
(PSA)

URINE

Kultur urin dan test


sensitifitas
Urinalisis
Pemeriksaan
mikroskopis dan sedimen
urin

PENCITRAAN

USG
Foto Polos Abdomen
IVP
Sistogram Retrograde
Transrektal
Ultrasonografi
(TRUS)
MRI atau CT-Scan

PEMERIKSAAN LAIN
Uroflowmetri
Pemeriksaan Tekanan Pancaran (Pressure Flow
Study)
Pemeriksaan Volume Residu Urine

DASAR DIAGNOSIS

Anamnesis :
adanya

gejala obstruktif dan gejala iritatif

Pemeriksaan fisik :
terutama

colok dubur ; hiperplasia prostat teraba


sebagai prostat yang membesar, konsistensi kenyal,
permukaan rata, asimetri dan menonjol ke dalam
rektum.

Pemeriksaan laboratorium : berperan dalam


menentukan ada tidaknya komplikasi

DIAGNOSIS BANDING
GEJALA IRITATIF

Instabilitas detrusor
Karsinoma in situ
vesika
Infeksi saluran kemih
Prostatitis
Batu ureter distal
Batu vesika kecil

GEJALA OBSTRUKSI

Striktur uretra
Kontraktur leher
vesika
Batu buli-buli kecil
Kanker prostat
Kelemahan detrusor,
(mis. pada penderita
asma kronik yang
menggunakan obatobat parasimpatolitik)

KOMPLIKASI
Inkontinensia Paradoks
Batu Kandung Kemih
Hematuria
Sistitis
Pielonefritis
Retensi Urin Akut Atau Kronik
Refluks Vesiko-Ureter
Hidroureter
Hidronefrosis
Gagal Ginjal

PENATALAKSANAAN

WATCHFUL WAITING
dilakukan pada penderita dengan keluhan ringan
(skor IPSS < 7 atau Madsen-Iversen < 9).
Tindakan yang dilakukan adalah observasi saja
tanpa pengobatan.
Edukasi pasien

mengurangi

minum setelah makan malam agar


mengurangi nokturia.
Menghindari obat-obat parasimpatolitik (mis:
dekongestan).
Mengurangi kopi.
Melarang minum minuman alkohol.
Penderita dianjurkan untuk kontrol setiap tiga bulan
untuk diperiksa: skoring, uroflowmetri, dan TRUS.
Bila terjadi kemunduran, segera diambil tindakan

MEDIKAMENTOSA

Penghambat adrenergik a-1

menghambat reseptor a-1 (otot polos ditrigonum, leher


buli-buli, prostat, dan kapsul prostat) terjadi relaksasi
di daerah prostat tekanan pada uretra pars prostatika
menurun mengurangi derajat obstruksi.
Obat ini dapat memberikan perbaikan gejala obstruksi
relatif cepat.
Contoh:

prazosin, terazosin dosis 1 mg/hari, dan dapat dinaikkan


hingga 2-4 mg/hari.
Tamsulosin dengan dosis 0,2-0,4 mg/hari2.

Penghambat enzim 5a reduktase

menghambat kerja enzim 5a reduktase testosteron tidak


diubah menjadi dehidrotestosteron
Obat ini baru akan memberikan perbaikan simptom
setelah 6 bulan terapi.
Contoh : finasteride dosis 5 mg/hari.

Fitoterapi
Terapi

dengan bahan dari tumbuh-tumbuhan


Obat-obatan tersebut mengandung bahan dari
tumbuhan seperti
Hypoxis rooperis
Pygeum africanum,
Urtica sp,
Sabal serulla,
Curcubita pepo,
Populus temula,
Echinacea purpurea,
Secale cerelea.

Masih

diperlukan penelitian untuk mengetahui


efektivitas dan keamanannya

PROSTATEKTOMI

Prostatektomi terbuka :
Prostatektomi

suprapubik transvesikalis (Freyer)


Prostatektomi retropubik (Terence Millin)
Prostatektomi perinealis (Young)

Prostatektomi tertutup :
Reseksi

transuretral.
Bedah beku

OPEN SIMPLE PROSTATECTOMY

Indikasi :
bila

ukuran prostat terlalu besar(>100 gram), atau


bila disertai divertikulum atau batu buli-buli.

Dapat dilakukan dengan teknik transvesikal


atau retropubik.
Operasi terbuka memberikan morbiditas dan
mortalitas yang lebih tinggi daripada TUR-P

TRANSURETHRAL RESECTION OF
THE PROSTATE (TUR-P)

Prinsip TUR-P :

menghilangkan

bagian adenomatosa dari prostat


yang menimbulkan obstruksi dengan menggunakan
resektoskop dan elektrokauter.

Sampai saat ini, TUR-P masih merupakan baku


emas dalam terapi BPH.
95% prostatektomi dapat dilakukan dengan
endoskopi.

TRANSURETHRAL INCISION OF
THE PROSTATE (TUIP)
Dilakukan terhadap penderita dengan gejala
sedang sampai berat dan dengan ukuran prostat
kecil, yang sering terdapat hiperplasia komisura
posterior (leher kandung kemih yang tinggi).
Teknik ini meliputi insisi pada arah jam 5 dan 7.
Penyulit yang bisa terjadi adalah ejakulasi
retrograd.

TERAPI LASER

Terdapat dua sumber energi yang digunakan :

Tekniknya :

Transurethral laser induced prostatectomy (TULIP) yang dilakukan


dengan bantuan USG
Visual coagulative necrosis
Visual laser ablation of the prostate (VILAP)
Interstitial laser therapy

Keuntungan :

Nd YAG
Holmium YAG

perdarahan minimal
Jarang terjadinya sindrom TUR
Mungkin dilakukan pada pasien yang menjalani terapi antikoagulan,
Dapat dilakukan tanpa perlu dirawat di rumah sakit

Kerugiannya :

tidak didapatkan jaringan untuk pemeriksaan histopatologi


diperlukan waktu pemasangan kateter yang lebih lama
keluhan iritatif yang lebih banyak
harga yang mahal

MICROWAVE HYPERTHERMIA

Memanaskan jaringan adenoma melalui alat


yang dimasukkan melalui uretra atau rektum
sampai suhu 42-45oC sehingga diharapkan
terjadi koagulasi

TRANS URETHRAL NEEDLE


ABLATION (TUNA)
Alat yang dimasukkan melalui uretra yang apabila
posisi sudah diatur, dapat mengeluarkan 2 jarum
yang dapat menusuk adenoma dan mengalirkan
panas, sehingga terjadi koagulasi sepanjang
jarum yang menancap di jaringan prostat.

High intensity focused ultrasound


(HIFU)
Melalui probe yang ditempatkan di rektum yang
memancarkan energi ultrasound dengan
intensitas tinggi dan terfokus.

INTRAURETHRAL STENT
Adalah alat yang secara endoskopik ditempatkan
di fosa prostatika untuk mempertahankan lumen
uretra tetap terbuka.
Dilakukan pada pasien dengan harapan hidup
terbatas dan tidak dapat dilakukan anestesi atau
pembedahan

Anda mungkin juga menyukai