Case BPM
Case BPM
HIPERPLASIA
Case Presentation
Oleh : Vincentius Handy, dr.
Pembimbing : dr. Yeppy A.N., SpB, FINaCS, MM.
Bagian Bedah RSUD Soreang
Kab. Bandung
2016
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. A
Umur
: 71 tahun
Jenis kelamin
: laki-laki
Pendidikan terakhir
: S1
Pekerjaan
: Pensiunan
Agama
: Islam
Alamat
No. RM
: 407237
ANAMNESIS
Pada saat ini, keluhan buang air kecil tidak dirasakan pasien
dengan pengobatan rutin dari poliklinik bedah.
hipertensi disangkal.
DM disangkal.
Penyakit jantung disangkal.
Penyakit paru disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sakit ringan
Kesadaran
: compos mentis
Tanda Vital
:
TD
: 130/80 mmHg
Nadi
: 88x/menit, regular, isi cukup.
Respirasi : 18x/menit
Suhu
: 36,50C
STATUS GENERALIS
Kepala
: Normocephal
Mata
Hidung
Telinga
: otore (-)
Mulut
Leher
Thorax
Paru-paru :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
: datar
: soepel, nyeri tekan epigastrium (-), nyeri
lepas (-), Defans muskular (-)
Hepar dan lien tidak teraba membesar
Perkusi
: timpani di seluruh lapang abdomen
Auskultasi
: bising usus (+) normal
STATUS LOKALIS
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
: datar
: bising usus (+) normal
: timpani di seluruh lapang abdomen
: nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), defans
muscular (-)
RESUME
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
: datar
: bising usus (+) normal
: timpani di seluruh lapang
abdomen
: nyeri tekan (-), nyeri lepas (-),
defans muscular (-)
DIAGNOSIS BANDING
Benign Prostat Hiperplasia (BPH)
Ca buli
Ureterolithiasis
USULAN PEMERIKSAAN
Urinalisis
PSA
Foto polos abdomen
USG traktus
urinarius
DIAGNOSIS KERJA
Benign Prostat
Hiperplasia (BPH)
PENATALAKSANAAN
NON MEDIKAMENTOSA
Mengurangi minum
setelah makan malam
agar mengurangi
nokturia.
Menghindari obat-obat
parasimpatolitik (mis:
dekongestan).
Mengurangi kopi.
Melarang minum
minuman alkohol
Kontrol setiap bulan.
Bila terjadi kemunduran,
segera diambil tindakan.
MEDIKAMENTOSA
Tamsulosin
(Harnal)
1x0,2 mg
Pipemidic Acid
(Urinter) 1x400 mg
PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad functionam
Qou ad sanationam
: ad bonam
: ad bonam
: ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI PROSTAT
Posterior
Medial
lateral
atau Ventral
Zona perifer
Zona sentral
Zona transisional
EPIDEMIOLOGI
Penyakit pada pria tua
Jarang ditemukan sebelum usia 40 tahun.
Keadaan ini dialami oleh :
50%
ETIOLOGI
Teori Hormonal
Teori Growth Factor
Teori Peningkatan Lama Hidup Sel-sel Prostat
karena Berkurangnya Sel yang Mati
Teori Sel (stem cell hypothesis)
Teori Dihidro Testosteron (DHT)
Teori Reawakening
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI
GAMBARAN KLINIS
0-7 ringan
8-19 sedang
20-35 berat
Madsen
Iversen
< 10 ringan
10-20 sedang
> 20 berat
GEJALA KLINIK
GEJALA OBSTUKSI
GEJALA IRITATIF
Bertambahnya
frekuensi miksi
(Frequency)
Nokturia
Miksi sulit ditahan
(Urgency)
Disuria (Nyeri pada
waktu miksi)
Harus diperhatikan :
Hiperplasia prostat :
Carcinoma prostat:
Carcinoma
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM
DARAH
Ureum, kreatinin,
Elektrolit
Blood urea nitrogen,
Prostate Specific Antigen
(PSA)
URINE
PENCITRAAN
USG
Foto Polos Abdomen
IVP
Sistogram Retrograde
Transrektal
Ultrasonografi
(TRUS)
MRI atau CT-Scan
PEMERIKSAAN LAIN
Uroflowmetri
Pemeriksaan Tekanan Pancaran (Pressure Flow
Study)
Pemeriksaan Volume Residu Urine
DASAR DIAGNOSIS
Anamnesis :
adanya
Pemeriksaan fisik :
terutama
DIAGNOSIS BANDING
GEJALA IRITATIF
Instabilitas detrusor
Karsinoma in situ
vesika
Infeksi saluran kemih
Prostatitis
Batu ureter distal
Batu vesika kecil
GEJALA OBSTRUKSI
Striktur uretra
Kontraktur leher
vesika
Batu buli-buli kecil
Kanker prostat
Kelemahan detrusor,
(mis. pada penderita
asma kronik yang
menggunakan obatobat parasimpatolitik)
KOMPLIKASI
Inkontinensia Paradoks
Batu Kandung Kemih
Hematuria
Sistitis
Pielonefritis
Retensi Urin Akut Atau Kronik
Refluks Vesiko-Ureter
Hidroureter
Hidronefrosis
Gagal Ginjal
PENATALAKSANAAN
WATCHFUL WAITING
dilakukan pada penderita dengan keluhan ringan
(skor IPSS < 7 atau Madsen-Iversen < 9).
Tindakan yang dilakukan adalah observasi saja
tanpa pengobatan.
Edukasi pasien
mengurangi
MEDIKAMENTOSA
Fitoterapi
Terapi
Masih
PROSTATEKTOMI
Prostatektomi terbuka :
Prostatektomi
Prostatektomi tertutup :
Reseksi
transuretral.
Bedah beku
Indikasi :
bila
TRANSURETHRAL RESECTION OF
THE PROSTATE (TUR-P)
Prinsip TUR-P :
menghilangkan
TRANSURETHRAL INCISION OF
THE PROSTATE (TUIP)
Dilakukan terhadap penderita dengan gejala
sedang sampai berat dan dengan ukuran prostat
kecil, yang sering terdapat hiperplasia komisura
posterior (leher kandung kemih yang tinggi).
Teknik ini meliputi insisi pada arah jam 5 dan 7.
Penyulit yang bisa terjadi adalah ejakulasi
retrograd.
TERAPI LASER
Tekniknya :
Keuntungan :
Nd YAG
Holmium YAG
perdarahan minimal
Jarang terjadinya sindrom TUR
Mungkin dilakukan pada pasien yang menjalani terapi antikoagulan,
Dapat dilakukan tanpa perlu dirawat di rumah sakit
Kerugiannya :
MICROWAVE HYPERTHERMIA
INTRAURETHRAL STENT
Adalah alat yang secara endoskopik ditempatkan
di fosa prostatika untuk mempertahankan lumen
uretra tetap terbuka.
Dilakukan pada pasien dengan harapan hidup
terbatas dan tidak dapat dilakukan anestesi atau
pembedahan