Wilson william
406148108
UNTAR
Anatomi
Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
tympani. Telinga luar atau pinna merupakan gabungan dari tulang rawan
yang diliputi kulit. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit.
Telinga Luar
Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen,
dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kirakira 2,5 - 3 cm.
Meatus dibatasi oleh kulit dengan sejumlah rambut, kelenjar sebasea, dan
sejenis kelenjar keringat yang telah mengalami modifikasi menjadi
kelenjar seruminosa, yaitu kelenjar apokrin tubuler yang berkelok-kelok
yang menghasilkan zat lemak setengah padat berwarna kecoklat-coklatan
yang dinamakan serumen (minyak telinga). Serumen berfungsi menangkap
debu dan mencegah infeksi.
Telinga Tengah
Telinga tengah dibatasi oleh epitel selapis gepeng yang terletak pada
lamina propria yang tipis yang melekat erat pada periosteum yang
berdekatan. Dalam telinga tengah terdapat dua otot kecil yang melekat
pada maleus dan stapes yang mempunyai fungsi konduksi suara. maleus,
inkus, dan stapes diliputi oleh epitel selapis gepeng. Pada pars flaksida
terdapat daerah yang disebut atik. Ditempat ini terdapat aditus ad antrum,
yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid.
Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan
daerah nasofaring dengan telinga tengah.
Tuba auditiva akan membuka ketika mulut menganga atau ketika menelan
makanan.
Ketika terjadi suara yang sangat keras, membuka mulut merupakan usaha
yang baik untuk mencegah pecahnya membran tympani. Karena ketika
mulut terbuka, tuba auditiva membuka dan udara akan masuk melalui tuba
auditiva ke telinga tengah, sehingga menghasilkan tekanan yang sama
antara permukaan dalam dan permukaan luar membran tympani.
Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis.
Ujung atau puncak koklea disebut holikotrema, menghubungkan perilimfa
skala timpani dengan skala vestibuli.
Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala
timpani sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya.
Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media
berisi endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membrane vestibuli
(Reissners membrane) sedangkan dasar skala media adalah membrane
basalis. Pada membran ini terletak organ corti.
Telinga dalam
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut
membran tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri
dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis corti, yang membentuk
organ corti.
Koklea
Bagian koklea labirin adalah suatu saluran melingkar yang pada manusia
panjangnya 35mm. koklea bagian tulang membentuk 2,5 kali putaran yang
mengelilingi sumbunya.
Sumbu ini dinamakan modiolus, yang terdiri dari pembuluh darah dan saraf.
Ruang di dalam koklea bagian tulang dibagi dua oleh dinding (septum).
Bagian dalam dari septum ini terdiri dari lamina spiralis ossea. Bagian
luarnya terdiri dari anyaman penyambung, lamina spiralis membranasea.
Ruang yang mengandung perilimf ini dibagi menjadi : skala vestibule
(bagian atas) dan skala timpani (bagian bawah).
Kedua skala ini bertemu pada ujung koklea. Tempat ini dinamakan
helicotrema.
Skala vestibule bermula pada fenestra ovale dan skala timpani berakhir pada
fenestra rotundum.
Mulai dari pertemuan antara lamina spiralis membranasea kearah perifer
atas, terdapat membrane yang dinamakan membrane reissner.
Koklea
1.
2.
3.
Pada pertemuan kedua lamina ini, terbentuk saluran yang dibatasi oleh:
membrane reissner bagian atas
lamina spiralis membranasea bagian bawah
dinding luar koklea
. saluran ini dinamakan duktus koklearis atau koklea bagian membrane yang
berisi endolimf. Dinding luar koklea ini dinamakan ligamentum
spiralis.disini, terdapat stria vaskularis, tempat terbentuknya endolimf.
Koklea
Koklea
Pada bagian atas organ korti, terdapat suatu membrane, yaitu membrane
tektoria. Membrane ini berpangkal pada Krista spiralis dan berhubungan
dengan alat persepsi pada alat korti.
Pada alat korti dapat ditemukan sel-sel penunjang, sel-sel persepsi yang
mengandung rambut. Antara sel-sel korti ini terdapat ruangan (saluran)
yang berisi kortilimfe.
Duktus koklearis berhubungan dengan sakkulus dengan peralatan duktus
reunions. Bagian dasar koklea yang terletak pada dinding medial cavum
timpani menimbulkan penonjolan pada dinding ini kearah cavum timpani.
Tonjolan ini dinamakan promontorium.
Vestibuli
Sel-sel persepsi disini sebagai sel-sel rambut yang di kelilingi oleh sel-sel
penunjang yang letaknya pada macula. Pada sakkulus, terdapat macula
sakkuli. Sedangkan pada utrikulus, dinamakan macula utrikuli.
Kanalis semisirkularisanlis
Di kedua sisi kepala terdapat kanalis-kanalis semisirkularis yang tegak lurus satu
sama lain. didalam kanalis tulang, terdapat kanalis bagian membran yang
terbenam dalam perilimf.
Kanalis semisirkularis horizontal berbatasan dengan antrum mastoideum dan
tampak sebagai tonjolan, tonjolan kanalis semisirkularis horizontalis (lateralis).
Kanalis semisirkularis vertikal (posterior) berbatasan dengan fossa crania media
dan tampak pada permukaan atas os petrosus sebagai tonjolan, eminentia arkuata.
Kanalis semisirkularis posterior tegak lurus dengan kanalis semi sirkularis
superior. Kedua ujung yang tidak melebar dari kedua kanalis semisirkularis yang
letaknya vertikal bersatu dan bermuara pada vestibulum sebagai krus komunis.
Fisiologi pendengaran
Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang
menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibule
bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong
endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative antara membran
basilaris dan membran tektoria.
Definisi otosklerosis
Etilogi
Etiologi
Patologi
Secara histologi proses otosklerosis terdiri dari dua fase. Fase awal
ditandai oleh resorbsi tulang dan peningkatan vaskularisasi. Bila
kandungan dari maturasi kolagen berkurang, tulang menjadi kelihatan
spongios (otospongiosis).
Pada fase lanjut, tulang yang telah diresorbsi digantikan oleh tulang
sklerotik yang tebal, sehingga dinamakan otosklerosis.
Pada pemeriksaan dengan pewarnaan hematoksilin eosin didapatkan warna
kebiruan yang disebut dengan mantel biru Manasse.
Klasifikasi
Otosklerosis stapedial
Otosklerosis stapedial disebabkan karena fiksasi stapes dan tuli konduktif umumnya banyak
dijumpai. Lesi ini dimulai dari depan oval window dan area ini disebut fissula ante
fenestram. Lokasi ini menjadi predileksi (fokus anterior). Lesi ini bisa juga dimulai dari
belakang oval window (fokus posterior), disekitar garis tepi footplate stapes (circumferential),
bukan di footplate tetapi di ligamentum annular yang bebas (tipe biskuit). Kadang-kadang bisa
menghilangkan relung oval window secara lengkap (tipe obliteratif).
Otosklerosis koklear
Otosklerosis koklear melibatkan region sekitar oval window atau area lain di dalam kapsul
otik dan bisa menyebabkan tuli sensorineural. kemungkinan disebabkan material toksik di
dalam cairan telinga dalam
Otosklerosis histologi
Tipe otosklerosis ini merupakan gejala sisa dan tidak dapat menyebabkan tuli konduktif dan
tuli sensorineural.
Lokasi
Lokasi predileksi untuk keterlibatan otosklerotik adalah:
1. Anterior oval window (80-90%)
2. Tepi dari round window (30-50%)
Tipe otosklerosis stapedial. (A) Fokus anterior. (B) Fokus posterior. (C) Sirkumperensial. (D) tipe biskuit. (E) Obliteratif.
Gejala klinik
Penurunan pendengaran
Biasanya tipe konduktif dan bilateral.
Paracusis willisii
Tinnitus seringkali dijumpai pada koklear otosklerosis dan lesi yang aktif
Vertigo merupakan gejala yang tidak lazim.
Pasien bicara pelan dan monoton
Diagnosis
Otosklerosis khas terjadi pada usia dewasa muda. Setelah onset, gangguan
pendengaran akan berkembang dengan lambat. Penderita perempuan lebih banyak
dari laki-laki, umur penderita antara 11-45 tahun, tidak terdapat riwayat penyakit
telinga dan riwayat trauma kepala atau telinga sebelumnya
Pada pemeriksaan dengan garpu tala menunjukkan uji Rinne negatif. Uji Weber
sangat membantu dan akan positif pada telinga dengan otosklerosis unilateral atau
pada telinga dengan ketulian konduktif yang lebih berat.
Audiometri
Carharts notch.
Timpanogram
Timpanogram
CT scan
Diagnosis banding
Medikamentosa
Kontraindikasi
Efek samping
Gangguan gastrointestinal adalah
efek samping yang paling sering
ditemukan namun bisa dicegah
dengan mengkonsumsinya setelah
makan. Peningkatan pada gejalagejala pada persendian dapat timbul
pada penderita.
Operasi
Stapedektomi
Penatalaksanaan dengan operasi stapedektomi merupakan pengobatan
pilihan Stapedektomi merupakan operasi dengan membuang seluruh
footplate.
Piston teflon, merupakan protesis yang paling sering digunakan saat ini.
Hampir 90% pasien mengalami kemajuan pendengaran setelah dilakukan
operasi dengan stapedektomi.
Komplikasi stapedektomi
Kompikasi stapedektomi
Perforasi membran timpani
Paralisis nervus fasialis
Hematotimpanum
Fistula perilimf
Tuli sensorineural
Labirinitis
Otitis media akut
Stapedotomi
Pada teknik stapedotomi, dibuat lubang di footplate, dilakukan hanya untuk tempat
protesis (Gambar 9). Teknik yang diperkenalkan oleh Fisch, sebuah lubang setahap
demi setahap dibesarkan dengan hand-held drill sampai diameter 0,6 mm. Stapes
digantikan dengan protesis yang dipilih kemudian ditempatkan pada lubang dan
dilekatkan ke inkus. Ukuran protesis yang digunakan sedikit lebih panjang (0,25
mm) dibandingkan dengan jarak antara inkus dan footplate untuk memastikan
kontak dengan ruang perilimf dan mencegah pergeseran selama proses
penyembuhan.
Banyak ahli otologi menganjurkan penggunaan laser pada stapedotomi.
Keuntungan penggunaan laser adalah mengurangi manipulasi terhadap
suprastruktur dan footplate. Efek termalnya dapat diabaikan.
Kerugiannya adalah waktu lebih lama, mahal dan memerlukan peralatan. Perkin
dan Curto mempopulerkan kombinasi stapedotomi laser dengan jaringan untuk
menutup lubang.
Seleksi Pasien
Seleksi pasien untuk operasi didasarkan pada pemeriksaan audiologi dan pemeriksaan fisik.
Lebih disukai adalah pasien dengan aerasi telinga tengah yang normal, tidak ada infeksi atau
perforasi membran timpani dan dengan tes Rinne menunjukkan hantaran tulang lebih besar
daripada hantaran udara.
Bila penyakit bilateral, telinga yang lebih jelek diobati lebih dahulu, diikuti dengan telinga
lainnya, sekurang-kurangnya 6 bulan kemudian.
Kontraindikasi operasi
Pasien yang menderita penyakit diabetes melitus, hipertensi, gangguan pembekuan darah.
Usia tua di atas 70 tahun.
Anak-anak.
Tuli konduktif dengan penyebab lain.
Adanya gangguan lain di telinga seperti otitis eksterna, otitis media aktif atau perforasi
membran timpani.
Pasien hanya memiliki satu telinga yang mendengar.
Kehamilan.
Kesimpulan
Daftar pustaka
1. Djaafar ZA, Helmi & Restuti RD. Kelainan Telinga Tengah. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok. Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2007. p.64-77.
2. Roland PS & Samy RN. Otosclerosis. In : Bailey BJ. Head and Neck Surgery Otolaryngology.
Volume two. Philadelphia: J.B Lipincott Company; 2006.p. 2126-37.
3. Ealy M & Smith RJH. Otosclerosis. Medical Genetic in the Clinical Practice of ORL. Adv
Otorhinolaryngol. Basel. Kanger. 2011; 70: 122-9.
4. Soetirto Indro,Bashiruddin Jenny,Bramantyo Brastho,Gangguan pendengaran Akibat Obat
ototoksik,Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga ,Hidung ,Tenggorok Kepala & Leher.Edisi
IV.Penerbit FK-UI,jakarta 2007,halaman 9-15,53-56.
5. Anatomi fisiologi telinga. Available from : http://arispurnomo.com/anatomi-fisiologi-telinga
6. Telinga : Pendengaran dan sistem vestibular. Available from :
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|
id&u=http://webschoolsolutions.com/patts/systems/ear.htm
7. Dhingra PL. Otosclerosis. In: Diseases of Ear,Nose and Throat. 5th Ed. New Delhi: Elsevier;
2010.p. 97-100.
8. Otosclerosis.
http://www.healthtree.com/articles/auditory-system/hearing-disorders/otosclerosis/. Last
modified July 20, 2010.
9. Dhingra PL. Otosclerosis. In: Diseases of Ear,Nose and Throat. 5th Ed. New Delhi: Elsevier;
2010.p. 97-100.