Anda di halaman 1dari 43

Referat Otosklerosis

Wilson william
406148108
UNTAR

Anatomi

Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
tympani. Telinga luar atau pinna merupakan gabungan dari tulang rawan
yang diliputi kulit. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit.

Liang telinga (meatus akustikus eksternus) berbentuk huruf S, dengan


rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, di sepertiga bagian luar
kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen (modifikasikelenjar
keringat = Kelenjar serumen) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada
seluruh kulit liang telinga.

Telinga Luar

Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen,
dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kirakira 2,5 - 3 cm.

Meatus dibatasi oleh kulit dengan sejumlah rambut, kelenjar sebasea, dan
sejenis kelenjar keringat yang telah mengalami modifikasi menjadi
kelenjar seruminosa, yaitu kelenjar apokrin tubuler yang berkelok-kelok
yang menghasilkan zat lemak setengah padat berwarna kecoklat-coklatan
yang dinamakan serumen (minyak telinga). Serumen berfungsi menangkap
debu dan mencegah infeksi.

Telinga Tengah

Telinga tengah berbentuk kubus dengan :


Batas luar
: Membran timpani
Batas depan
: Tuba eustachius
Batas Bawah.
: Vena jugularis (bulbus jugularis)
Batas belakang
: Aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis.
Batas atas
: Tegmen timpani (meningen / otak )
Batas dalam
: Berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis
horizontal, kanalis fasialis,tingkap lonjong (oval window),tingkap
bundar (round window) dan promontorium.
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga
dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut Pars flaksida
(Membran Shrapnell), sedangkan bagian bawah Pars Tensa (membrane propia).
Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang
telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa
saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi ditengah, yaitu lapisan yang
terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier
dibagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.

Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani


disebut umbo.
Dimembran timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan radier. Serabut
inilah yang menyebabkan timbulnya reflek cahaya yang berupa kerucut. \
Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran dengan menarik garis searah
dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di
umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawahdepan serta bawah belakang, untuk menyatakan letak perforasi membrane
timpani.
Didalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun
dari luar kedalam, yaitu maleus, inkus, dan stapes. Tulang pendengaran
didalam telinga tengah saling berhubungan.
Prosesus longus maleus melekat pada membrane timpani, maleus melekat
pada inkus dan inkus melekat pada stapes.
Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea.
Hubungan antar tulang-tulang pendengaran merupakan persendian.

Telinga tengah dibatasi oleh epitel selapis gepeng yang terletak pada
lamina propria yang tipis yang melekat erat pada periosteum yang
berdekatan. Dalam telinga tengah terdapat dua otot kecil yang melekat
pada maleus dan stapes yang mempunyai fungsi konduksi suara. maleus,
inkus, dan stapes diliputi oleh epitel selapis gepeng. Pada pars flaksida
terdapat daerah yang disebut atik. Ditempat ini terdapat aditus ad antrum,
yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid.
Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan
daerah nasofaring dengan telinga tengah.

Telinga tengah berhubungan dengan rongga faring melalui saluran


eustachius (tuba auditiva), yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan
tekanan antara kedua sisi membrane tympani.

Tuba auditiva akan membuka ketika mulut menganga atau ketika menelan
makanan.

Ketika terjadi suara yang sangat keras, membuka mulut merupakan usaha
yang baik untuk mencegah pecahnya membran tympani. Karena ketika
mulut terbuka, tuba auditiva membuka dan udara akan masuk melalui tuba
auditiva ke telinga tengah, sehingga menghasilkan tekanan yang sama
antara permukaan dalam dan permukaan luar membran tympani.

Telinga Dalam

Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis.
Ujung atau puncak koklea disebut holikotrema, menghubungkan perilimfa
skala timpani dengan skala vestibuli.

Kanalis semi sirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan


membentuk lingkaran yang tidak lengkap.

Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala
timpani sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya.
Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media
berisi endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membrane vestibuli
(Reissners membrane) sedangkan dasar skala media adalah membrane
basalis. Pada membran ini terletak organ corti.

Telinga dalam

Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut
membran tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri
dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis corti, yang membentuk
organ corti.

Koklea
Bagian koklea labirin adalah suatu saluran melingkar yang pada manusia
panjangnya 35mm. koklea bagian tulang membentuk 2,5 kali putaran yang
mengelilingi sumbunya.
Sumbu ini dinamakan modiolus, yang terdiri dari pembuluh darah dan saraf.
Ruang di dalam koklea bagian tulang dibagi dua oleh dinding (septum).
Bagian dalam dari septum ini terdiri dari lamina spiralis ossea. Bagian
luarnya terdiri dari anyaman penyambung, lamina spiralis membranasea.
Ruang yang mengandung perilimf ini dibagi menjadi : skala vestibule
(bagian atas) dan skala timpani (bagian bawah).
Kedua skala ini bertemu pada ujung koklea. Tempat ini dinamakan
helicotrema.
Skala vestibule bermula pada fenestra ovale dan skala timpani berakhir pada
fenestra rotundum.
Mulai dari pertemuan antara lamina spiralis membranasea kearah perifer
atas, terdapat membrane yang dinamakan membrane reissner.

Koklea

1.
2.
3.

Pada pertemuan kedua lamina ini, terbentuk saluran yang dibatasi oleh:
membrane reissner bagian atas
lamina spiralis membranasea bagian bawah
dinding luar koklea

. saluran ini dinamakan duktus koklearis atau koklea bagian membrane yang
berisi endolimf. Dinding luar koklea ini dinamakan ligamentum
spiralis.disini, terdapat stria vaskularis, tempat terbentuknya endolimf.

Koklea

Didalam lamina membranasea terdapat 20.000 serabut saraf. Pada


membarana basilaris (lamina spiralis membranasea) terdapat alat korti.
Nada dengan frekuensi tinggi berpengaruh pada basis koklea. Sebaliknya
nada rendah berpengaruh dibagian atas (ujung) dari koklea.

Koklea

Pada bagian atas organ korti, terdapat suatu membrane, yaitu membrane
tektoria. Membrane ini berpangkal pada Krista spiralis dan berhubungan
dengan alat persepsi pada alat korti.
Pada alat korti dapat ditemukan sel-sel penunjang, sel-sel persepsi yang
mengandung rambut. Antara sel-sel korti ini terdapat ruangan (saluran)
yang berisi kortilimfe.
Duktus koklearis berhubungan dengan sakkulus dengan peralatan duktus
reunions. Bagian dasar koklea yang terletak pada dinding medial cavum
timpani menimbulkan penonjolan pada dinding ini kearah cavum timpani.
Tonjolan ini dinamakan promontorium.

Vestibuli

Vestibulum letaknya diantara koklea dan kanalis semisirkularis yang juga


berisi perilimf. Pada vestibulum bagian depan, terdapat lubang (foramen
ovale) yang berhubungan dengan membrane timpani, tempat melekatnya
telapak (foot plate) dari stapes.

Di dalam vestibulum, terdapat gelembung-gelembung bagian membrane


sakkulus dan utrikulus.

Gelembung-gelembung sakkulus dan utrikulus berhubungan satu sama lain


dengan perantaraan duktus utrikulosakkularis, yang bercabang melalui
duktus endolimfatikus yang berakhir pada suatu lilpatan dari duramater,
yang terletak pada bagian belakang os piramidalis. Lipatan ini dinamakan
sakkus endolimfatikus. Saluran ini buntu.

Sel-sel persepsi disini sebagai sel-sel rambut yang di kelilingi oleh sel-sel
penunjang yang letaknya pada macula. Pada sakkulus, terdapat macula
sakkuli. Sedangkan pada utrikulus, dinamakan macula utrikuli.

Kanalis semisirkularisanlis
Di kedua sisi kepala terdapat kanalis-kanalis semisirkularis yang tegak lurus satu
sama lain. didalam kanalis tulang, terdapat kanalis bagian membran yang
terbenam dalam perilimf.
Kanalis semisirkularis horizontal berbatasan dengan antrum mastoideum dan
tampak sebagai tonjolan, tonjolan kanalis semisirkularis horizontalis (lateralis).
Kanalis semisirkularis vertikal (posterior) berbatasan dengan fossa crania media
dan tampak pada permukaan atas os petrosus sebagai tonjolan, eminentia arkuata.
Kanalis semisirkularis posterior tegak lurus dengan kanalis semi sirkularis
superior. Kedua ujung yang tidak melebar dari kedua kanalis semisirkularis yang
letaknya vertikal bersatu dan bermuara pada vestibulum sebagai krus komunis.

Kanalis semisirkularis membranasea letaknya didalam kanalis semisirkularis


ossea.
Diantara kedua kanalis ini terdapat ruang berisi perilimf. Didalam kanalis
semisirkularis membranasea terdapat endolimf. Pada tempat melebarnya
kanalis semisirkularis ini terdapat sel-sel persepsi. Bagian ini dinamakan
ampulla.
Sel-sel persepsi yang ditunjang oleh sel-sel penunjang letaknya pada Krista
ampularis yang menempati 1/3 dari lumen ampulla.
Rambut-rambut dari sel persepsi ini mengenai organ yang dinamakan kupula,
suatu organ gelatinous yang mencapai atap dari ampulla sehingga dapat
menutup seluruh ampulla.

Fisiologi pendengaran

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energy bunyi oleh daun


telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang
kekoklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan
ketelinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan
mengimplikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan
perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong.

Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang
menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibule
bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong
endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative antara membran
basilaris dan membran tektoria.

Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya


defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi
penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini
menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan
neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi
pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke
korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.

Definisi otosklerosis

Otosklerosis adalah penyakit primer dari tulang-tulang pendengaran


dankapsul tulang labirin.
Otosklerosis adalah suatu penyakit pada tulang pada bagian telinga tengah
khususnya pada stapes yang disebabkan pembentukan baru
tulangspongiosus dan sekitar jendela ovalis sehingga dapat mengakibakan
fiksasi pada stapes.

Etilogi

Penyebab otosklerosis belum diketahui pasti tetapi ada kemungkinan


beberapa fakta di bawah ini:
Berdasarkan anatomi.
Tulang labirin terbuat dari enchondral dimana terjadi sedikit perubahan
selama kehidupan, tapi terkadang pada tulang keras ini terdapat area
kartilago yang oleh karena faktor non spesifik tertentu diaktifkan untuk
membentuk tulang spongios baru. Salah satu area tersebut adalah fissula
ante fenestram yang berada di depan oval window yang merupakan
predileksi untuk otospongiosis tipe stapedium.
Herediter, Sekitar 50% otosklerosis memiliki riwayat keluarga.
Ras, Kulit putih lebih banyak dari pada kulit hitam.

Etiologi

Jenis kelamin, Perempuan 2 kali lebih banyak dari pada laki-laki


Usia, Ketulian biasanya diawali pada usia 20 sampai 30 tahun dan jarang
sebelum usia 10 dan sesudah 40 tahun
Faktor lain seperti kehamilan, menopause, kecelakaan, setelah operasi
besar
Penyakit paget, secara histologi sama dengan otosklerosis namun untuk
membedakannya penyakit paget ini bermula dari lapisan periosteal dan
melibatkan tulang endokondral. Keterlibatan tulang temporal dapat
mengakibatkan tuli sensorineural, namun keterlibatan stapes jarang
dijumpai.

Patologi

Secara histologi proses otosklerosis terdiri dari dua fase. Fase awal
ditandai oleh resorbsi tulang dan peningkatan vaskularisasi. Bila
kandungan dari maturasi kolagen berkurang, tulang menjadi kelihatan
spongios (otospongiosis).
Pada fase lanjut, tulang yang telah diresorbsi digantikan oleh tulang
sklerotik yang tebal, sehingga dinamakan otosklerosis.
Pada pemeriksaan dengan pewarnaan hematoksilin eosin didapatkan warna
kebiruan yang disebut dengan mantel biru Manasse.

Klasifikasi

PL. Dhingra mengklasifikasikan tipe otosklerosis sebagai berikut:

Otosklerosis stapedial
Otosklerosis stapedial disebabkan karena fiksasi stapes dan tuli konduktif umumnya banyak
dijumpai. Lesi ini dimulai dari depan oval window dan area ini disebut fissula ante
fenestram. Lokasi ini menjadi predileksi (fokus anterior). Lesi ini bisa juga dimulai dari
belakang oval window (fokus posterior), disekitar garis tepi footplate stapes (circumferential),
bukan di footplate tetapi di ligamentum annular yang bebas (tipe biskuit). Kadang-kadang bisa
menghilangkan relung oval window secara lengkap (tipe obliteratif).

Otosklerosis koklear
Otosklerosis koklear melibatkan region sekitar oval window atau area lain di dalam kapsul
otik dan bisa menyebabkan tuli sensorineural. kemungkinan disebabkan material toksik di
dalam cairan telinga dalam

Otosklerosis histologi
Tipe otosklerosis ini merupakan gejala sisa dan tidak dapat menyebabkan tuli konduktif dan
tuli sensorineural.

Lokasi
Lokasi predileksi untuk keterlibatan otosklerotik adalah:
1. Anterior oval window (80-90%)
2. Tepi dari round window (30-50%)

Tipe otosklerosis stapedial. (A) Fokus anterior. (B) Fokus posterior. (C) Sirkumperensial. (D) tipe biskuit. (E) Obliteratif.

Gejala klinik

Penurunan pendengaran
Biasanya tipe konduktif dan bilateral.
Paracusis willisii
Tinnitus seringkali dijumpai pada koklear otosklerosis dan lesi yang aktif
Vertigo merupakan gejala yang tidak lazim.
Pasien bicara pelan dan monoton

Diagnosis

Diagnosis otosklerosis berdasarkan pada riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan


pemeriksaan audiometri. Diagnosis pasti dengan eksplorasi telinga tengah.
Pendengaran terasa berkurang secara progresif dan lebih sering terjadi bilateral.

Otosklerosis khas terjadi pada usia dewasa muda. Setelah onset, gangguan
pendengaran akan berkembang dengan lambat. Penderita perempuan lebih banyak
dari laki-laki, umur penderita antara 11-45 tahun, tidak terdapat riwayat penyakit
telinga dan riwayat trauma kepala atau telinga sebelumnya

Pada pemeriksaan dengan garpu tala menunjukkan uji Rinne negatif. Uji Weber
sangat membantu dan akan positif pada telinga dengan otosklerosis unilateral atau
pada telinga dengan ketulian konduktif yang lebih berat.

Audiometri

Pemeriksaan audiometri menunjukkan tipikal tuli konduktif ringan sampai


sedang yang menunjukkan adanya penurunan hantaran udara pada
frekuensi rendah. Hantaran tulang normal. Air-bone gap lebih lebar pada
frekuensi rendah.
Dalam beberapa kasus tampak adanya cekungan pada kurva hantaran
tulang. hal ini berlainan pada frekuensi yang berbeda namun maksimal
pada 2000 Hz yang disebut dengan Carharts notch (5 dB pada 500 Hz, 10
dB pada 1000 Hz, 15 dB pada 2000 Hz dan 5dB pad 4000 Hz) Pada
otosklerosis dapat dijumpai gambaran Carharts notch.

Carharts notch.

Timpanogram

Timpanogram bisa menurun (As) atau normal. Refleks stapedial mungkin


normal pada fase awal tetapi tidak didapatkan pada fiksasi stapes.
Speech reception threshold dan speech discrimination sering normal,
kecuali pada kasus dengan terlibatnya koklea.

Timpanogram

CT scan

Secara klinis, pemeriksaan High-resolution computed tomography (CT)


dan magnetic resonance imaging (MRI) sedikit berguna untuk evaluasi
otosklerosis.
Pada high-resolution computed tomography (CT), dapat diidentifikasikan
lesi sklerotik.

CT Scan temporal potongan aksial


menunjukkan area kapsul otik yang
radiolusen

Diagnosis banding

Otitis media sekretori (otitis media dengan efusi)


Otitis media adhesi
Ossicular chain disruption
Fiksasi ossikular kongenital
Sindrom Vander Hoeve
Timpanosklerosis
Penyakit paget

Medikamentosa

Shambaugh dan Scott memperkenalkan penggunaan sodium fluoride


sebagai pengobatan dengan dosis 30-60 mg/hari salama 2 tahun,
berdasarkan keberhasilan dalam terapi osteoporosis.

Sodium fluoride ini akan meningkatkan aktivitas osteoblast dan


meningkatkan volume tulang. Efeknya mungkin berbeda, pada dosis
rendah merangsang dan pada dosis tinggi menekan osteoblast.

Biphosphonat yang bekerja menginhibisi aktivitas osteoklastik dan


antagonis sitokin yang dapat menghambat resorbsi tulang mungkin bisa
memberi harapan di masa depan. Saat ini, tidak ada rekomendasi yang
jelas terhadap pengobatan penyakit ini.

Indikasi pemberian sodium fluoride

Pasien otosklerosis yang tidak dapat dilakukan tindakan bedah


memperlihatkan tuli saraf progresif yang tidak sebanding dengan usianya.
Pasien dengan tuli saraf di mana menunjukkan otosklerosis koklea.
Pasien yang secara politomografi memperlihatkan perubahan spongiotik
pada kapsul koklea.
Pasien dengan tanda Schwartze positif.

Kontraindikasi

Pasien dengan nefritis kronis yang disertai retensi nitrogen


Pasien dengan rheumatoid arthritis kronis
Pada anak-anak yang pertumbuhan tulangnya belum sempurna
Pasien yang alergi dengan fluorida
Pasien dengan fluorosis tulang

Efek samping
Gangguan gastrointestinal adalah
efek samping yang paling sering
ditemukan namun bisa dicegah
dengan mengkonsumsinya setelah
makan. Peningkatan pada gejalagejala pada persendian dapat timbul
pada penderita.

Operasi

Stapedektomi
Penatalaksanaan dengan operasi stapedektomi merupakan pengobatan
pilihan Stapedektomi merupakan operasi dengan membuang seluruh
footplate.

Operasi stapedektomi pada otosklerosis disisipkan protesis di antara inkus


dan oval window. Protesis ini dapat berupa sebuah piston teflon, piston
stainless steel, piston platinum teflon atau titanium teflon.

Piston teflon, merupakan protesis yang paling sering digunakan saat ini.
Hampir 90% pasien mengalami kemajuan pendengaran setelah dilakukan
operasi dengan stapedektomi.

(A). sebelum stapedektomi. (B). stapedektomi dan penggantian


dengan Piston teflon

Komplikasi stapedektomi

Kompikasi stapedektomi
Perforasi membran timpani
Paralisis nervus fasialis
Hematotimpanum
Fistula perilimf
Tuli sensorineural
Labirinitis
Otitis media akut

Stapedotomi

Pada teknik stapedotomi, dibuat lubang di footplate, dilakukan hanya untuk tempat
protesis (Gambar 9). Teknik yang diperkenalkan oleh Fisch, sebuah lubang setahap
demi setahap dibesarkan dengan hand-held drill sampai diameter 0,6 mm. Stapes
digantikan dengan protesis yang dipilih kemudian ditempatkan pada lubang dan
dilekatkan ke inkus. Ukuran protesis yang digunakan sedikit lebih panjang (0,25
mm) dibandingkan dengan jarak antara inkus dan footplate untuk memastikan
kontak dengan ruang perilimf dan mencegah pergeseran selama proses
penyembuhan.
Banyak ahli otologi menganjurkan penggunaan laser pada stapedotomi.
Keuntungan penggunaan laser adalah mengurangi manipulasi terhadap
suprastruktur dan footplate. Efek termalnya dapat diabaikan.
Kerugiannya adalah waktu lebih lama, mahal dan memerlukan peralatan. Perkin
dan Curto mempopulerkan kombinasi stapedotomi laser dengan jaringan untuk
menutup lubang.

Teknik Stapedotomi (A) Fenestrasi footplate, (B) Menempatkan protesis


di fenestra.

Indikasi dan kontraindikasi


operasi

Seleksi Pasien
Seleksi pasien untuk operasi didasarkan pada pemeriksaan audiologi dan pemeriksaan fisik.
Lebih disukai adalah pasien dengan aerasi telinga tengah yang normal, tidak ada infeksi atau
perforasi membran timpani dan dengan tes Rinne menunjukkan hantaran tulang lebih besar
daripada hantaran udara.
Bila penyakit bilateral, telinga yang lebih jelek diobati lebih dahulu, diikuti dengan telinga
lainnya, sekurang-kurangnya 6 bulan kemudian.
Kontraindikasi operasi
Pasien yang menderita penyakit diabetes melitus, hipertensi, gangguan pembekuan darah.
Usia tua di atas 70 tahun.
Anak-anak.
Tuli konduktif dengan penyebab lain.
Adanya gangguan lain di telinga seperti otitis eksterna, otitis media aktif atau perforasi
membran timpani.
Pasien hanya memiliki satu telinga yang mendengar.
Kehamilan.

Alat bantu dengar

Alat bantu dengar dapat digunakan apabila pasien menolak untuk


dilakukan operasi atau keadaan umum yang tidak memungkinan untuk
dilakukan tindakan operasi. Hal ini merupakan penatalaksanaan alternatif
yang efektif.

Kesimpulan

Otosklerosis merupakan kelainan genetik pada kapsul tulang labirin yang


disebabkan oleh perubahan metabolisme tulang yang menyebabkan
penebalan tulang pada fisula ante fenestrum sehingga terjadi fiksasi pada
footplate stapes.
Gejala klinis dari penyakit otosklerosis adalah penurunan pendengaran
secara progresif, biasanya tipe konduktif dan bilateral, paracusis willisii,
tinnitus.
Diagnosis otosklerosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
audiometri dan radiologi. Diagnosis pasti dengan eksplorasi telinga tengah.
Penatalaksanaan otosklerosis secara medikamentosa dengan sodium floride
dosis 30-60 mg/hari salama 2 tahun, operasi dengan stapedektomi
maupun stapedotomi dan alat bantu dengar.

Daftar pustaka
1. Djaafar ZA, Helmi & Restuti RD. Kelainan Telinga Tengah. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok. Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2007. p.64-77.
2. Roland PS & Samy RN. Otosclerosis. In : Bailey BJ. Head and Neck Surgery Otolaryngology.
Volume two. Philadelphia: J.B Lipincott Company; 2006.p. 2126-37.
3. Ealy M & Smith RJH. Otosclerosis. Medical Genetic in the Clinical Practice of ORL. Adv
Otorhinolaryngol. Basel. Kanger. 2011; 70: 122-9.
4. Soetirto Indro,Bashiruddin Jenny,Bramantyo Brastho,Gangguan pendengaran Akibat Obat
ototoksik,Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga ,Hidung ,Tenggorok Kepala & Leher.Edisi
IV.Penerbit FK-UI,jakarta 2007,halaman 9-15,53-56.
5. Anatomi fisiologi telinga. Available from : http://arispurnomo.com/anatomi-fisiologi-telinga
6. Telinga : Pendengaran dan sistem vestibular. Available from :
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|
id&u=http://webschoolsolutions.com/patts/systems/ear.htm
7. Dhingra PL. Otosclerosis. In: Diseases of Ear,Nose and Throat. 5th Ed. New Delhi: Elsevier;
2010.p. 97-100.
8. Otosclerosis.
http://www.healthtree.com/articles/auditory-system/hearing-disorders/otosclerosis/. Last
modified July 20, 2010.
9. Dhingra PL. Otosclerosis. In: Diseases of Ear,Nose and Throat. 5th Ed. New Delhi: Elsevier;
2010.p. 97-100.

Anda mungkin juga menyukai