Ppok Lana
Ppok Lana
OBSTRUKTIF KRONIK
(PPOK)
PEMBIMBING:
dr. INDRA YOVI, Sp.P (K)
PENDAHULUAN
The Asia Pasific COPD Round Table Group memperkirakan
penderita PPOK sedang sampai berat pada tahun 2006 mencapai
56,6 juta pasien dengan prevalensi 6,3%. Di Indonesia diperkirakan
terdapat 4,8 juta pasien dengan prevalensi 5,6%.
90% pasien PPOK adalah perokok dan mantan perokok.
PPOK sering kali timbul pada usia pertengahan akibat merokok
dalam waktu yang lama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah penyakit
paru yang dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh
hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversible,
bersifat progresif dan berhubungan dengan respons
inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang
beracun/berbahaya, disertai efek ekstraparu yang
berkontribusi terhadap derajat berat penyakit
1. Departemen Kesehatan. 2008. Pedoman pengendalian penyakit paru obstruksi kronik. Keputusan Menteri kesehatan Nomor: 1022/MENKES/SK/2008.
2. GOLD Inc. Pocket Guide to COPD Diagnosis, Management, and Prevantion. Di unduh dari URL:
http://www.goldcopd.com/guidelineitem.asp?11=2&12=1&intd=989
FAKTOR RESIKO
Faktor risiko PPOK meliputi:
a. Faktor host : faktor genetik,
jenis kelamin, dan
anatomi saluran napas.
b. Faktor exposure: merokok, hiperaktivitas
saluran napas, pekerjaan,
polusi
lingkungan
dan
infeksi
bronkopulmoner
berulang.
7. Riyanto BS, Hisyam B. Obstruksi saluran pernapasan akut. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Setiadi S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II.
Edisi 4. Jakarta: Pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalam FKUI; 2006. 984-5.
8. Rumende, CM. Naskah lengkap penyakit dalam: pemilihan antibiotik pada PPOK eksaserbasi akut. Jakarta; Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI.
2009.p.232-237
PATOGENESIS
1. Sesak
2. Batuk
3. Batuk Kronik
4. Riwayat terpajan faktor risiko seperti merokok, asap
rokok, debu
1. Tipe I (eksaserbasi
berat)
2. Tipe II (eksaserbasi
sedang)
3. Tipe III (eksaserbasi
ringan)
4. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). PPOK ; Diagnosis dan penatalaksanaan. Jakarta. Ed 2011
4. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). PPOK ; Diagnosis dan penatalaksanaan. Jakarta. Ed 2011
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS 2,4
Pemeriksaan Penunjang
Spirometri
Laboratorium
Foto thorax
AGD
Kultur dan sensitivitas kuman
Gambaran klinis
PPOK
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
Riwayat hipertensi
4.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
Asma
Bronkiektasis
Tuberkulosis
Panbronkiolitis difuse
PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien
Nama
: Tn. J
Umur
: 76 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Pekerjaan
: Buruh Pelabuhan
Tanggal masuk RS
: 29 Juli 2016
Tanggal pemeriksaan
: 29 Juli 2016
AUTOANAMNESIS
DAN ALLOANAMNESIS : Ibu kandung pasien
KELUHAN UTAMA
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik
Konjungtiva : Konjugtiva anemis (-/-)
Sklera
: Ikterik (-/-)
Pupil
: Bulat, isokor diameter 2mm/2mm, refleks
cahaya +/+
Mulut
: Pursed-lip breathing (+)
Leher
: Pembesaran KGB leher (-), JVP 5-1
(normal)
Pemeriksaan Fisik
Paru :
Inspeksi : Barrel chest (+), Otot bantu napas
(+), Sela iga melebar, pergerakan
dinding dada simetris kiri dan kanan
Palpasi : Vokal fremitus simetris kiri dan
kanan
Perkusi
: Hipersonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : Ronki (+/+), wheezing (+/+)
Pemeriksaan Fisik
Jantung :
Inspeksi : IC tidak terlihat
Palpasi
: IC teraba di SIK 5 linea midclavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung kiri
: SIK 5 linea midclavicula sinistra
Batas jantung kanan : Linea parasternal dekstra SIK 5
Auskultasi
: S1 normal, S2 normal, Splitting (-), Murmur (-), Gallop
(-)
Abdomen :
Inspeksi : Datar
Auskultasi
: BU (+) normal
Palpasi
: Supel pada seluruh lapangan abdomen, Hepatomegali
(-), Splenomegali (-)
Perkusi : Timpani pada seluruh lapangan abdomen
Pemeriksaan Fisik
Ekstremitas :
Akral hangat, clubbing finger (-), CRT < 2 detik, edema (-).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium darah rutin
(Tanggal 18-7-2016)
Hb
: 13,5 g/dl
Leukosit : 16.300 ul
HCT
: 40,7 %
PLT
: 220.000 uL
MCV
: 88,6 fl
MCH
: 29,9 pg
MCHC : 33,7 L g/dl
PLT
:238.000/uL
EKG
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Identitas sesuai
Foto PA
Marker Right
Kekerasan cukup
Tampak hiperlusen
Iga 7 anterior memotong
pertengahan diagfragma
Sinus kostoprenikus
kanan dan kiri lancip
Tampak sela iga melebar,
jantung tidak tampak
menggantung
DIAGNOSIS
PENATALAKSANAAN
Non Farmakologi
Istirahat (bed rest)
Hindari aktivitas yang berlebihan
Diet makanan bergizi
Farmakologi
O2 nasal kanul 4L/menit
IVFD RL 20 tpm
Nebu combivent + pulmicort per 8 jam
Drip aminofilin amp dalam D5%
Ambroxol 3 x 30 mg tab
Inj. Metil prednisolon 1x125 mg
Co-amoxiclav 2 x 625 mg
Pembahasan
anamnesis
PPOK
ditegakkan
berdasarkan
PF
PP
Pembahasan
riwayat
merokok
selama 51
tahun, 1-2
bungkus/hari
, berhenti
sejak 10 th yll
Brinkman
(IB) = 918
yang
termasuk
dalam
kategori
berat (>600)
merokok
pada
dasarnya
merupakan
faktor
pemicu
PPOK
terbanyak
(95% kasus)
dinegara
berkembang.
Pembahasan
Batuk yang disertai
dengan peningkatan
jumlah sputum
merupakan salah satu
proses dari adanya
bronkitis kronis pada
pasien
Fakor etiologi
peradangan bronkus
ini bisa diakibatkan
oleh terpajannya paru
dengan asap rokok
yang lama dan juga
paparan dari polusi
udara.
Pembahasan
bronkitis
kronis
perubahan
awal terjadi
Merokokfaktor risiko pada saluran
udara yang
proses hipertrofi
kecildestru
kelenjar mukus
ksi jaringan
bronkial dan
meningkatkan produksi paru disertai
dilatasi
mukusbatuk
rongga udara
produktif
(emfisema),
menyebakan
hilangnya
elastic
recoil,
hiperinflasi,
terperangka
pnya udara
dan
peningkatan
usaha untuk
bernafas
SESAK
Pembahasan
Hal ini
memperkuat
diagnosisi
PPOK pada
pasien ini.
Terima Kasih