Anda di halaman 1dari 71

FUNGSI PENGAWASAN/AUDIT

DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN


TIPIKOR

Disampaikan Oleh
AKHMAD HARIYANTO

Workshop
Workshop Peningkatan
Peningkatan Pemahaman UU TIPIKOR Bagi
Bagi Pegamai/ASN
Pegamai/ASN di
di Lingkungan
Lingkungan
MAN
MAN 22 Kota
Kota Madiun
Madiun ,, Tanggal
Tanggal 12
12 Juli
Juli 2016
2016
Auala
Auala MAN 2 Kota Madiun

Ilustrasi
`
1. Kasus Operasi Tangkap Tangan (OTT) Hakim Tipikor
Bengkulu oleh KPK
2. Kegiatan Fiktif; [penyimpangan Anggaran Pendidikan pada
Dinas-Dinas Pendidikan di Pemda (laporan ICW)
3. Dll.

LATAR BELAKANG
(Tantangan Permasalahan Birokrasi)
Permenpan &RB No: 11/2015 ttg Road Map RB 2015-2019

1. Birokrasi belum sepenuhnya


bersih dan akuntabel
2. Birokrasi belum efektif dan
efesien
3. Pelayanan publik masih belum
memiliki kualitas yg diharapkan

DIHADAPKAN
PADA TUNTUTAN
MASYARAKAT AGAR
PEMERINTAH
MELAKSANAKAN
GOOD AND CLEAN
GOVERNANCE

1. Rendahnya komitmen
pimpinan (Pusat/Daerah)
dalam upaya pencegahan dan
pemberantasan Korupsi
2. Penyelenggaraan
pemerintahan belum
mencerminkan
penyelenggaraan yang bersih
dan bebas KKN
3. Manajemen kinerja masih
belum sepenuhnya diterapkan
4. Manajemen pembangunan
nasional belum berjalan secara
optimal

LATAR BELAKANG
(Tantangan Permasalahan Birokrasi)
Permenpan &RB No: 11/2015 ttg Road Map RB 2015-2019

B
1. Good gov belum diterapkan

1. Birokrasi belum sepenuhnya


bersih dan akuntabel
2. Birokrasi belum efektif dan
efesien
3. Pelayanan publik masih belum
memiliki kualitas yg diharapkan

2. Lemahnya penegakan hukum


DIHADAPKAN
PADA TUNTUTAN
MASYARAKAT AGAR
PEMERINTAH
MELAKSANAKAN
GOOD AND CLEAN
GOVERNANCE

3. PBJ belum efektif dan efesien


4. Kelembagaan borokarsi;
gemuk, tumpang tindih
5. Penerapan e-gov masih buruk
6. Manaj. SDM Aparatur
7. In-efesiensi penggunaan
naggaran
8. Diklatpim belum mendorong
kinerja birokrasi

LATAR BELAKANG
(Tantangan Permasalahan Birokrasi)
Permenpan & RB No: 11/2015 ttg Road Map RB 2015-2019

1. Birokrasi belum sepenuhnya


bersih dan akuntabel
2. Birokrasi belum efektif dan
efesien
3. Pelayanan publik masih belum
memiliki kualitas yg diharapkan

DIHADAPKAN
PADA TUNTUTAN
MASYARAKAT AGAR
PEMERINTAH
MELAKSANAKAN
GOOD AND CLEAN
GOVERNANCE

1. Pelayanan perijinan masih


belum berjalan efektif dan
efesien
2. Praktek pungli dalam
pelayanan perijinan masih
terjadi sehingga menghambat
iklim usaha dan investasi
3. Praktek menejemen pelayanan
publik belum dijalankan
dengan baik

Kondisi Sumberdaya Aparatur


Alasan Rendahnya
Kinerja

Alasan rendahnya
Integritas

Besarnya Peluang
Untuk Menyimpang

Gaji tidak memadahi


Tidak ada Tunjangan Prestasi Kerja
Tidak ada kontrak kinerja
Kompetensi yang rendah

- Rendahnya integritas moral


- Kurangnya kualitas Pembinaan
moral
- Minimnya figur contoh (role
model)
- Poor Mnagement System
- Tidak adanya SOP
- Aturan Kode Etik yang tidak tegas
- Sikap permisif terhadap perilaku
menyimpang
- Pengawasan internal yg tidak
berfungsi
- Tingginya penyimpangan (korupsi)

Mendasar

Budaya Kerja
& Reformasi
Birokrasi

Sistemik

R
A
T
A
L

K
A
L
E
B

G
N
A

PEMBERANTASAN KORUPSI
PENCEGAHAN

PENINDAKAN

1. Dampak besar
2. Jangka panjang
3. Kurang hasilkan detterence effec

a. Detterence Effect
b. Berdampak Kecil
c. Jangka Pendek

Sinergi keduanya menghasilkan detterence effect


dan dampak besar serta berjangka panjang

Keberhasilan upaya pencegahan korupsi kurang optimal. Salah


satunya : Program Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) Diktum ke 5,
dari Inpres 5 Tahun 2004 yang minim sekali implementasinya.

3
4

ZI

MODEL

PI

ZI

PI

WBK

Dilakukan berbagai upaya pencegahan


korupsi secara konkrit dan terpadu

PENGENDALIAN

APAKAH FUNGSI REM?

DASAR HUKUM
tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN;
UU No. 31 Tahun 1999 Jo UU No. 20 Tahun 2001

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;


UU No.

30 Tahun 2002

tentang Komisi Pemberantasan Korupsi;


PP No. 53 Tahun 2010

tentang Disiplin PNS;


Inpres No. 17 Tahun 2011

tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi tahun 2012;

10

UU No. 28 Tahun 1999

8. Inpres No. 5 Tahun 2004 tentang Percepatan


Pemberantasan Korupsi dan Inpres 1 th 2015
9. Inpres No. 9 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi;
10. Inpres No. 17 Tahun 2011 tentang Aksi Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi Tahun 2012;
11. PERMENPAN-RB No. 49 Tahun 2011 tentang Pedoman
Umum Pakta Integritas di Lingkungan K/L dan
Pemerintah Daerah;
12. PERMENPAN-RB No. 60 Tahun 2012 tentang Pedoman
Pembangunan ZI menuju WBK dan WBBM di Lingkungan
K/L dan Pemerintahan Daerah;
13. PERMENPAN-RB No. 52 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pembangunan ZI WBK dan WBBM di Lingkungan Instansi
Pemerintah;
14. Instruksi Menteri Agama No. 1 Tahun 2012 tentang
Pelaksanaan Pembangunan ZI WBK WBBM di Lingkungan
Kemenag.

TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT JENDERAL


Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Agama :
Tugas Inspektorat Jenderal:

melaksanakan pengawasan intern di lingkungan


Kementerian Agama
Fungsi Inspektorat Jenderal :

1. Penyiapan perumusan kebijakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian


Agama;
2. Pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Agama terhadap
kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
pengawasan lainnya;
3. Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri
Agama;
4. Penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian Agama, dan;
5. Pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal.

SASARAN STRATEGIS
1.

2.

3.

4.
5.

Memantapkan sistem pengawasan guna mewujudkan good


governance berdasarkan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SPIP);
Mewujudkan dan meningkatkan koordinasi timbal balik
dengan unit Utama Kementerian Agama yang aktif dan
produktif dalam rangka peningkatan quality control;
Memfasilitasi lahirnya landasan peraturan perundangundangan seperti Peraturan Menteri Agama (PMA) mengenai
pengawasan, tindak lanjut, dan sejenisnya;
Meningkatkan pelaksanaan pengawasan yg berorientasi pada
outcomes serta mengarah pada benefit yg efektif dan efisien;
Mempertajam prioritas penetapan sasaran audit guna
mewujudkan Kemenag yang bersih dan bebas dari KKN;

K
E
B
I
J
A
K
A
N

1.

Penetapan
sasaran
pengawasan
didasarkan pada analisis resiko audit;

2.

Orientasi audit diarahkan pada penilaian


kinerja satker (output dan outcome) yang
dapat dilihat dalam realisasi indikator
kinerjanya;

3.

Pengawasan diarahkan pada kinerja 11


program Kementerian Agama dalam
rangka tata kelola Kementerian Agama
yang bersih dan berwibawa dan memiliki
kinerja maksimal;

K
E
B
I
J
A
K
A
N

15

4.

Evaluasi pelaksanaan Sistem Akuntabilitas


Instansi Pemerintah (SAKIP) dilaksanakan
dalam rangka penilaian akuntabilitas kinerja
satker

5.

Prioritas pengawasan tahun 2014 diarahkan


pada program pendidikan yang memiliki
anggaran terbesar, perencanaan sebagai
sumber permasalahan satker, dan laporan
keuangan

6.

Pengawasan preventif dilaksanakan melalui


program PPA dan Pembangunan Zona
Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi
(WBK)

PENGUATAN PENGAWASAN :
Penguatan pengawasan dilakukan pada berbagai bentuk dan jenis
pengawasan. Pengawasan berbentuk pengawasan langsung dan tidak
langsung. Jenis pengawasan terbagi dalam pengawasan melekat (waskat),
pengawasan fungsional (wasnal), dan pengawasan masyarakat (wasmas).
(PMA Nomor 8 Tahun 2007)

Untuk mencapai target penguatan pengawasan, masing-masing unit kerja /


satuan kerja Kementerian Agama harus melakukan beberapa hal, yaitu :
1. Pengendalian Gratifikasi
2. Penerapan Sistem Pengawasan Internal Pemerintah (SPIP)
3. Pengaduan Masyarakat
4. Whistle Blowing System
5. Penanganan Benturan Kepentingan
(PermenPANRB 52 Tahun 2014)

Pengawasan
Adalah seluruh proses kegiatan penilaian
terhadap tugas dan fungsi satuan organisasi
atau satuan kerja dengan tujuan untuk
memastikan apakah pelaksanaan tugas dan
fungsi telah sesuai dengan rencana, kebijakan
yg ditetapkan dan peraturan perundangundangan

Pengawasan Intern

Adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu,


evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
pengawasan lain terhadap penyelenggaraan
tugas dan fungsi organisasi dalam rangka
memberikan keyakinan yang memadai bahwa
kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan
tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif
dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam
mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.

Audit Sesuai PP 60/2008

Audit Kinerja, yaitu audit atas pengelolaan keuangan negara dan


pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah yang terdiri
atas aspek kehematan, efisiensi dan efektivitas.

Audit dengan tujuan tertentu adalah audit khusus di luar audit


keuangan dan audit kinerja yang bertujuan untuk memberikan
simpulan atas hal yang diaudit.

Audit dengan tujuan tertentu dapat bersifat eksaminasi


(examination), reviu (review), atau prosedur yang disepakati
(agrees-upon procedures).

Audit dengan tujuan tertentu mencakup audit atas hal-hal lain di


bidang keuangan, audit investigatif, dan audit atas sistem
pengendalian internal.

Kegiatan Audit
Kegiatan audit mencakup:
1.perencanaan,
2.pelaksanaan,
3.pelaporan,
4.tindak

lanjut dan evaluasi.

PERANAN
PP 60 TAHUN 2008 TENTANG
SPIP PEDOMAN BAGI

STANDAR
PENYELENGGARAAN SPIP

LANDASAN
PENYELENGGARAAN
PENGAWASAN INTERN OLEH
APIP
LANDASAN PEMBINAAN
PENYELENGGARAAN
SPIP

PENYELENGGARA
NEGARA
TOLOK UKUR PENILAIAN
BAGI BPK
UNTUK MENINGKATKAN
EFEKTIVITAS
PENYELENGGARAAN SPIP
MELALUI PENGAWASAN

UNTUK MENINGKATKAN
EFEKTIVITAS
PENYELENGGARAAN SPIP
MELALUI PENDIDIKAN/
SOSIALISASI/ KONSULTANSI

FRAMEWORK
PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH PASCA PP SPIP
PRESIDEN

SPIP
Tools
Tools

RPJP
RPJM
RKP
VISI
MISI

TINDAKAN
&
KEGIATAN
YG
INTEGRAL
Suppor
t

PEMBINAAN
PENYELENGGARAAN
SPIP

BPKP

PENGAWASAN INTERN

Q
A

1.
2.
3.
4.

MENCAPAI
TUJUAN
BERNEGARA
Pengamanan
Aset
Ketaatan
Operasi
Keandalan Lap
Keu
Efektif & Efisien

REVIEW LKKP &


TELAAH SEJAWAT

ITJEN/INS
K/L
INSPEKTORAT
WILAYAH

REVIEW LKKL &


TELAAH SEJAWAT
REVIEW LKKPD &
TELAAH SEJAWAT

Sistem
Sistem Pengendalian
Pengendalian Intern
Intern Pemerintah
Pemerintah yang
yang Efektif
Efektif pada
pada
Seluruh
Seluruh Tahapan
Tahapan Proses
Proses Manajemen/Pengelolaan
Manajemen/Pengelolaan
Keuangan
Keuangan Negara
Negara

AKUNTABILITAS
KEUANGAN

PENGELOLAAN
KEUANGAN NEGARA

WT
A

WILAYAH TERTIB
ADMINISTRASI

WAJAR TANPA WT
PENGECUALIAN P

GOOD
GOVERNANCE
& CLEAN
GOVERNMENT

WILAYAH

WB
KORUPSI K

AKUNTABILITA
BEBAS
S KINERJA

Peran
Peran Aparat
Aparat Pengawasan
Pengawasan Internal
Internal yang
yang Optimal
Optimal
(Consulting
(Consulting &
& Assurance)
Assurance)

PERANAN SPIP DALAM MEWUJUDKAN TUJUAN PEMBANGUNAN NASIONAL


GOOD
GOOD PUBLIC
PUBLIC GOVERNANCE
GOVERNANCE

1.
1. Meningkatnya
Meningkatnya Pemerintahan
Pemerintahan yang
yang Bersih
Bersih dan
dan Bebas
Bebas
KKN
KKN
2.
2. Meningkatnya
Meningkatnya Kualitas
Kualitas Pelayanan
Pelayanan Publik
Publik
3.
3. Meningkatnya
Meningkatnya Kapasitas
Kapasitas dan
dan Akuntabilitas
Akuntabilitas Kinerja
Kinerja
Birokrasi
Birokrasi
4.
4. Meningkatnya
Meningkatnya Profesionalisme
Profesionalisme SDM
SDM Aparatur
Aparatur

REFORMASI BIROKRASI
Penataan
Penataan
Pola
Pola Pikir
Pikir
dan
dan
Budaya
Budaya
Kerja
Kerja

Penataan
Peraturan
Per-UU

Penataan
Penataan
dan
dan
Penguata
Penguata
nn
Organisas
Organisas
ii

Penataan
Penataan
Tata
Tata
Laksana
Laksana

Penataan
Penataan
SDM
SDM
Aparatur
Aparatur

Penguatan
Pengawas
an

Penataan
Penataan
Akuntabilita
Akuntabilita
ss Kinerja
Kinerja

Peningkata
n Kualitas
Pelayanan
Publik

SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH


Lingkungan
Lingkungan
Pengendalian
Pengendalian

Penilaian
Penilaian
Risiko
Risiko

Kegiatan
Kegiatan
Pengendali
Pengendali
an
an

Informasi
Informasi
&
&
Komunika
Komunika
si
si

Pemantauan
Pemantauan
Pengendalian
Pengendalian
Intern
Intern

SISTEM PENGENDALIAN INTERN


(SPI)
SPI SEBAGAI
SPI SEBAGAI SEBAGAI CULTURE
CULTURE
CULTURE

Menjaring SDM yang

MEMBUDA
YAKAN SPI

SISTEM PENGENDALIAN INTERN (SPI) SEBAGAI


CULTURE (1)
SPIP sangat memperhatikan
kebijakan SDM mulai
rekruitmen sampai
pemberhentian.
Pentingnya the man
behind the system
Internal control culture
hanya dapat tercipta oleh
orang-orang yang memang
memiliki integritas serta
komitmen yang kuat
terhadap pencapaian visi,
misi dan tujuan organisasi

Menjaring SDM yang

Menjaring SDM yang

SISTEM PENGENDALIAN INTERN (SPI) SEBAGAI


CULTURE (3)

Pengawasan
Lintas Sektoral
dan Koordinasi
antar Instansi
Pemerintah
Pemeriksaan
cenderung selesai
setelah diaudit
inspektorat di level
masing-masing
Kemungkinan
permasalahan yang
muncul melibatkan
instansi pemerintah
lain.
Misalnya : ketahanan
pangan yang
melibatkan beberapa
KL/Pemda. Oleh karena
itu perlu koordinasi,
integrasi dan
sinkronisasi.
Pengawasan lintas
sektoral yang efektif &
koordinasi yang baik
akan membangkitkan
internal control

Peningkatan
mekanisme
proses
pengawasan
Laporan
Keuangan

Masing-masing
Inspektorat
K/L/Pemda wajib
melakukan reviu
secara internal
sebelum diaudit
oleh auditor
eksternal.
Upaya
peningkatan
kualitas laporan
keuangan akan
meningkatkan
internal control
culture birokrasi
pemerintahan.

SISTEM PENGENDALIAN INTERN (SPI) SEBAGAI


CULTURE (2)
Menjaring SDM yang

PP SPIP mewajibkan
KL/Pemda melakukan
penilaian risiko.
KL/Pemda harus
mengidentifikasi,
memetakan dan
menganalisis risiko serta
action plan untuk
mengatasinya jika risiko
terjadi.
Membudayakan
manajemen risiko adalah
salah satu bagian
membudayakan
pengendalian intern

SISTEM PENGENDALIAN INTERN (SPI)


SEBAGAI CULTURE (4)

Menjaring SDM yang

Pasal 59 PP No. 60/2008 dilakukan


oleh BPKP
Komitmen & upaya nyata
menerapkan SPIP secara konsisten
& berkesinambungan menjadi
suatu kebutuhan dan budaya

Sosialisasi

KENDALA IMPLEMENTASI SPIP


KENDALA IMPLEMENTASI SPIP
SPIP, terdiri dari:
SPIP, terdiri dari:

Kendala
Kendala
Penerapa
Penerapa
n SPIP
n SPIP
adalah
adalah
unsur
unsur
Soft
Soft
Control
Control

Telah
Telah
dilakukan
dilakukan
Asistensi
Asistensi
dan
dan
Pembinaa
Pembinaa
n oleh
n oleh
BPKP
BPKP
sesuai
PP
sesuai
60/2008PP
60/2008
dan
dan
Inpres
No
Inpres
4/2011 No
4/2011

Penyelenggaraan SPIP akan terkendala bila tidak ada komitmen,


Penyelenggaraan
SPIP akan
terkendala
bila tidak K/L/P
ada komitmen,
integritas, kedisiplinan,
kejujuran
penyelenggara
dalam
integritas,
kedisiplinan,
kejujuran
penyelenggara
K/L/P
dalam
menyelenggarakan pengelolaan keuangan negara dari sejak
menyelenggarakan
pengelolaan
negara
dari sejak
perencanaan,
pelaksanaan
program keuangan
sampai dengan
pemanfaatan
perencanaan, pelaksanaan program
program sampai dengan pemanfaatan 30

KELEMAHAN
PENGENDALIAN
Control Deficiency
Terjadi bila disain atau pelaksanaan dari suatu pengendalian tidak memungkinkan pimpinan atau pegawai, dalam
kondisi normal untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, untuk mencegah atau mendeteksi secara kontinu hal
hal yang tidak sesuai peraturan atau standar yang berlaku

Significant Deficiency
Suatu kelemahan pengendalian atau gabungan dari beberapa kelemahan pengendalian, yang mempengaruhi
kemampuan instansi untuk melaksanakan kegiatannya

dalam melakukan inisiasi, otorisasi, pencatatan,

pemrosesan atau pelaporan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dimana hal tersebut mengakibatkan risiko
tidak terdeteksinya atau tercegahnya terjadinya penyimpangan yang lebih buruk.

Material Weakness
Suatu significant deficiency, atau kombinasinya, yang mengakibatkan kesalahan yang sifatnya material dari
pelaksanaan suatu kegiatan yang tidak terdeteksi maupun tercegah.

SPIP Kuat :
1

SPIP LEMAH:

Memperpanjang Proses pelayanan

Menurunkan produktivitas

Meningkatkan kerumitan Proses

Menambah waktu transaksi

Meningkatkan aktivitas yang kurang bermanfaat

Berdampak pada pencapaian Tujuan dan Sasaran Organisasi


dan memberi peluang untuk penyalahgunaan aset/fraud

Gejala Umum Fraud/Kecurangan:

Pegawai tidak mengambil cuti

Perubahan gaya hidup, kebiasaan, perilaku

Penurunan semangat dan/atau kehadiran

Perbedaan yang tidak dapat dijelaskan

Menghilangkan atau Mengubah dokumen

Keluhan terhadap pegawai

Pegawai yang dominan mengatur

Rekonsiliasi/pencocokan data yang tidak


maksimal

JENIS JENIS PENGAWASAN

UU 15/2004 menjelaskan bahwa ada 3 jenis pemeriksaan, yaitu: Pemeriksaan Kinerja, Reviu
Laporan Keuangan, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu;

TUGAS PENGAWASAN DI LINGKUNGAN


KEMENTERIAN AGAMA

MELALUI AUDIT KINERJA DAN AUDIT TUJUAN


TERTENTU
( PP 60 Tahun 2008 Pasal 50 ayat 1)

Copyright by
PZ

AUDIT

Audit adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan


evaluasi bukti yang dilakukan secara independen, obyektif
dan professional berdasarkan standar audit, untuk menilai
kebenaran, kecermatan, kredibilitas, efektivitas, efisiensi,
dan keandalan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi
Instansi Pemerintah.

Jenis Audit
Jenis Audit (PP 60 Tahun 2008 Pasal 50) :
Audit Kinerja
Audit kinerja atas pengelolaan keuangan negara antara lain:
a. audit atas penyusunan dan pelaksanaan anggaran;
b. audit atas penerimaan, penyaluran, dan penggunaan dana;
c. audit atas pengelolaan aset dan kewajiban.
Sedangkan audit kinerja atas pelaksanaan tugas dan fungsi antara lain audit
atas kegiatan pencapaian sasaran dan tujuan.

Audit dengan Tujuan Tertentu


Audit dengan tujuan tertentu antara lain audit investigatif, audit atas
penyelenggaraan SPIP, dan audit atas hal-hal lain di bidang keuangan

Lanjutan
Berdasarkan PP 60 Tahun 2008 Pasal 48 ayat 2 selain melakukan audit
Inspektorat Jenderal juga melakukan:
1. Reviu. Reviu adalah penelaahan ulang bukti-bukti suatu kegiatan untuk
memastikan bahwa kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan, standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan
2. Pemantauan. Pemantauan adalah proses penilaian kemajuan suatu
program atau kegiatan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
3. Evaluasi. Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan hasil atau
prestasi suatu kegiatan dengan standar, rencana, atau norma yang telah
ditetapkan, dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan
4. Kegiatan Pengawasan Lainnya. Kegiatan pengawasan lainnya antara lain
berupa sosialisasi mengenai pengawasan, pendidikan dan pelatihan
pengawasan, pembimbingan dan konsultansi, pengelolaan hasil
pengawasan, dan pemaparan hasil pengawasan.

AUDIT INVESTIGATIF
*

Bertujuan menyelidiki/mengusut kasus yang menimbulkan kerugian


keuangan negara dan kasus indisipliner pegawai;

Dilaksanakan berdasarkan pengaduan masyarakat, pengembangan temuan


audit reguler atau permintaan pimpinan instansi pemerintah/aparat
penegak hukum.

REVIU KEUANGAN

Review keuangan merupakan salah satu jenis pengawasan


keuangan dengan melakukan review terhadap laporan
keuangan yang telah dibuat oleh entitas pelaporan.
Laporan keuangan adalah bentuk pertanggungjawaban
pengelolaan keuangan negara/daerah selama suatu periode.
Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri
dari satu atau lebih entitas akuntansi yang berkewajiban
menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa
laporan keuangan.

PEMANTAUAN

Merupakan kegiatan APIP yang penting selain audit;

Bertujuan menjaga, mengawal secara terus menerus agar


pelaksanaan program/kegiatan berjalan sesuai dengan
rencana dan tujuan yang ditetapkan dan bersinergi dengan
kegiatan pengawasan lainnya;

Sarana untuk memberikan rekomendasi tindakan korektif


terhadap on going activity;

Obyek pemantauan/monitoring antara lain:

Kegiatan yang bersifat strategis;

Tindaklanjut hasil pengawasan;

Pelaksanaan Inpres No. 5 Tahun 2004.

EVALUASI

Evaluasi menghasilkan rekomendasi;

Obyek evaluasi antara lain:

Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP);

Evaluasi penggunaan dana APBN;

Evaluasi aspek tertentu penyelenggaraan program


Kemenag;

Evaluasi Pelaksanaan Inpres No. 5 Tahun 2004.

EVALUASI

Evaluasi menghasilkan rekomendasi;

Obyek evaluasi antara lain:

Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP);

Evaluasi penggunaan dana APBN;

Evaluasi aspek tertentu penyelenggaraan program


Kemenag;

Evaluasi Pelaksanaan Inpres No. 5 Tahun 2004.

AUDIT KINERJA 11 PROGRAM


Program

45

PENGERTIAN UMUM
Pada pedoman ini, yang dimaksud dengan :
1). Zona Integritas (ZI) adalah sebutan atau predikat yang
diberikan kepada K/L dan Pemda yang pimpinan dan
jajarannya mempunyai niat (komitmen) untuk mewujudkan
WBK dan WBBM melalui upaya pencegahan korupsi,
reformasi birokrasi dan peningkatan kualitas pelayanan
publik;
2). Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) adalah sebutan atau
predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja yang
memenuhi syarat indikator hasil WBK dan memperoleh hasil
penilaian indikator proses di atas 75 pada ZI yang telah
memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dari
BPK atas laporan keuangannya;

PENGERTIAN UMUM (Lanjutan)....


3) Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM)
adalah sebutan atau predikat yang diberikan kepada
suatu unit kerja yang memenuhi syarat indikator hasil
WBBM dan memperoleh hasil penilaian indikator proses di
atas 75 pada ZI yang telah memperoleh opini Wajar
Dengan Pengecualian (WDP) dari BPK atas laporan
keuangannya;
4) Unit Kerja adalah Unit/Satuan Kerja di lingkungan K/L
dan Pemda serendah-rendahnya Eselon III yang
menyelenggarakan fungsi pelayanan kepada masyarakat;

PETA ZI, WBK, WBBM


ZONA INTEGRITAS
(K/L/PEMDA)
WBK
(UNIT KERJA/SATUAN KERJA)
WBBM

TA INTEGRITAS DAN PENYELENGGARAAN NEGARA


G BERSIH DAN BEBAS DARI KKN

Di masa depan nanti, Pakta


Integritas akan menjadi best practices
di semua lini pembangunan.
Pemerintahan Indonesia masa depan,
Insya Allah, akan makin bersih dari
semua wujud tindak pidana KKN
(Presiden RI, 14/08/2009)
Pelaksanaan

Pakta
Integritas

Inpres
No. 5 Tahun 2004
dan
No. 17 Tahun 2011

Pulau
Integritas/
Bebas Dari
Korupsi

PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS


MENUJU WILAYAH BEBAS DARI KORUPSI
PROGRAM BERSAMA MENPAN-RB, KPK DAN OMBUDSMAN RI

K/L dan Pemda


Melakukan Tahapan

PERMEN PAN
60/2012

AMANAT :
1. INPRES 5/2004
2. INPRES 17/2011

PENANDATANGANAN DOKUMEN :

Pakta Integritas

PERMEN PAN
49/2011

PENCANANGAN DAN PEMBANGUNAN :

Zona Integritas

AMANAT :
INPRES 17/2011

PENETAPAN UNIT KERJA BERINTEGRITAS MENUJU :

Wilayah Bebas dari korupsi


WILAYAH BIROKRASI BERSIH DAN MELAYANI

ZI PADA KEMENAG
Kementerian Agama, dalam rangka pelaksanaan
upaya
pencegahan
dan
percepatan
pemberantasan korupsi, Menteri Agama telah
mencanangkan
bahwa
instansinya
siap
membangun zona integritas menuju wilayah bebas
dari korupsi pada tanggal 18 Desember 2012
dengan tujuan dari pencanangan tersebut agar
predikat korupsi, kolusi dan nepotisme tidak
melekat pada Kementerian Agama.

PERAN ITJEN

Pada tahun 2014, Inspektorat Jenderal Kementerian Agama sebagai


Unit Penggerak Integritas (UPI) juga telah berfokus pada persiapan
penilaian terhadap Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bali
beserta 10 (sepuluh) Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
dibawahnya sebagai pilot project bakal calon satuan kerja Wilayah
Bebas dari Korupsi (WBK).

Namun paska terbitnya peraturan baru terkait pembangunan ZIWBK/WBBM, maka perlu dilakukan penyesuaian dan penilaian ulang
kepada unit atau satuan kerja sasaran sesuai mekanisme yang
berlaku.

ZONA INTEGRITAS MENUJU


WILAYAH BEBAS KORUPSI

Zona Integritas ?
Sebutan bagi instansi pemerintah yang
pimpinannya memiliki komitmen kuat yang
didukung oleh jajarannya untuk mewujudkan
Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM)

Inspektorat
Inspektorat Jenderal
Jenderal Kementerian
Kementerian Agama
Agama RI
RI

Indeks Integritas Sektor Publik

Pengalaman Integritas
Potensi Integritas
Pencegahan Korupsi
Cara Pandang thd Korupsi
Lingkungan Kerja
Sistem Administrasi
Perilaku Individu
Pencegahan Korupsi

VARIABEL

INDIKATOR

Inspektorat
Inspektorat Jenderal
Jenderal Kementerian
Kementerian Agama
Agama RI
RI

ITJEN Sebagai
Unit Penggerak Integritas (UPI)

UPI berperan sebagai pembina


melalui kegiatan konsultansi
(sosialisasi, bimbingan teknis)
berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun
2008
Inspektorat
Inspektorat Jenderal
Jenderal Kementerian
Kementerian Agama
Agama RI
RI

UPI dalam proses penegakan


Integritas bekerja sama dengan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

KPK
Ombudsman RI
Kementerian PAN dan RB
BPK RI
BPKP
BKN
LPPP
PPATK
Inspektorat
Inspektorat Jenderal
Jenderal Kementerian
Kementerian Agama
Agama RI
RI

26 Komponen Indikator ZI menuju


WBK/WBBM
NO

INDIKATOR (PENGUNGKIT)

I. MANAJEMEN PERUBAHAN

BOBOT
(60%)
5

1.

Tim Kerja

2.

Dokumen Rencana Pembangunan Zona Integritas

3.

Pemantauan dan Evaluasi Pembangunan W BK/WBBM

4.

Perubahan pola pikir dan budaya kerja

II.

PENATAAN TATALAKSANA

5.

Prosedur operasional tetap (SOP) kegiatan utama

6.

E-Office

7.

Keterbukaan Informasi Publik

1,5
2
1,5

Lanjutan...
NO

INDIKATOR (PENGUNGKIT)

III. PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM

BOBOT
58
15

8. Perencanaan kebutuhan pegawai sesuai dengan kebutuhan

9. Pola Mutasi Internal

10.

Pengembangan pegawai berbasis kompetensi

11.

Penetapan kinerja individu

12.

Penegakan aturan disiplin/kode etik/kode perilaku pegawai

13.

Sistem Informasi Kepegawaian

IV. PENGUATAN AKUNTABILITAS

10

14.

Keterlibatan pimpinan

15.

Pengelolaan Akuntabilitas Kinerja

Lanjutan...
NO

INDIKATOR (PENGUNGKIT)

V. PENGUATAN PENGAWASAN

BOBOT
59
15

16.

Pengendalian Gratifikasi

17.

Penerapan SPIP

18.

Pengaduan Masyarakat

19.

Whistle Blowing System (WBS)

20.

Penanganan Benturan Kepentingan

VI. PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

10

21.

Standar Pelayanan

22.

Budaya Pelayanan Prima

23.

Penilaian kepuasan terhadap pelayanan

Lanjutan...
NO

INDIKATOR (HASIL)

VII. PEMERINTAH YANG BERSIH DAN BEBAS KKN


24.

Nilai Survey Persepsi Korupsi (Survei Eksternal)

25.

Persentase temuan hasil pemeriksaan (Internal dan


eksternal) yang ditindaklanjuti

VIII. KUALITAS PELAYANAN PUBLIK


26.

Nilai Persepsi Kualitas Pelayanan (Survei Eksternal)


TOTAL HASIL NILAI ZI WBK/WBBM

BOBOT (40%)
20
15
5
20
20
100 %

UNSUR SPIP (PP 60 2008)

TIGA DIMENSI PENGENDALIAN INTERNAL

Tiga Dimensi Internal Control COSO


Dimensi Pertama : Tujuan
Internal

control

dirancang

untuk

memberikan

keyakinan memadai bahwa tujuan pengendalian


entitas dapat dicapai

Dimensi Kedua : Tingkat Entitas &


Tingkat Aktivitas
Dimensi Ketiga : Lima Komponen
Internal Control
Kelima komponen ini memberikan batasan dan
kerangka kerja dalam mengevaluasi internal control
dengan

menyediakan

kriteria

assessment

yang

diklasifikasikan dalam 5 komponen internal control.


Source: Internal Control-Integrated Framework COSO

62

Internal control dievaluasi dalam dua tingkat :


Tingkat Entitas: Pengendalian yang berlaku
terhadap keseluruhan unit usaha, seperti kebijakan
dan codes of conduct
Tingkat Aktivitas : Pengendalian yang dirancang
untuk mencapai suatu tujuan tertentu sperti SOP.

Pentingnya SPIP (amanah UU


1/2004)
Pasal 55 ayat (4) ; Statement of Responsibility
Menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna
anggaran/
pengguna
barang
memberikan
pernyataan bahwa pengelolaan APBN telah
diselenggarakan
berdasarkan
sistem
pengendalian yang memadai dan akuntansi
keuangan telah diselenggarakan sesuai dgn SAP.
PP 60/2008 :
Merupakan
komitmen
yang
nyata
dari
pemerintah untuk memperbaiki akuntabilitas
keuangan negara resep agar tidak disclaimer
dan mencegah penyimpangan (prevention)

PENTINGNYA PENGENDALIAN INTERN ATAS


PENGELOLAAN KEUANGAN
Sesuai amanah Pasal 58 ayat (1), UU No 1/2004 :
SPIP diperlukan untuk meningkatkan kinerja, transparansi,
dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.
SPIP yg kuat (strong SPIP)laporan keuangan yang dibuat
oleh manajemen bebas dari salah saji, antara lain tercermin
adanya :
1) Sistem pencatatan/akuntansi yang baik
2) Sistem pelaporan yang baik
3) Sistem pencatatan aset yang baik sehingga keamanan
aset
yang dimiliki oleh SATKER, dapat dilindungi dari
kemungkinan
kehilangan/kerusakan/ kecurian dsb.
4) Sistem reviu internal atas laporan keuangan oleh fungsi

PENTINGNYA SISTEM PENGENDALIAN INTERN


(Tujuan SPIP menurut PP 60/2008)
SEKTOR
SEKTOR
PUBLIK/PEM
PUBLIK/PEM
Reformasi Manajemen KN
Reformasi
1.UU
17/2003 Manajemen KN
1.UU
17/2003
2.UU
1/2004
2.UU
1/2004
3.UU
15/2004
3.UU 15/2004
Menteri/Pimpinan
Menteri/Pimpinan
Lembaga
Lembaga
Gubernur/Bupati/Walikota
Gubernur/Bupati/Walikota
wajib menyelenggarakan
wajib menyelenggarakan
SPIP
(Unsur Versi COSO)

??

UU 19/2003
Korporasi /
Korporasi
BUMN /
BUMN

Pengelolaan Keuangan
Negara & Korporasi

Lingkungan
Pengendalian
Penilaian
Risiko
Kegiatan
Pengendalian
Informasi &
Komunikasi
Pemantauan
Pengendalian
Intern

InteInte-gras
gras i
i

Perencanaan
Tertib
Pelaksanaan
Terkendal
Pengawasan
i
PertanggungEfisien
jawaban
Efektif
Memberi
keyakinan yg
memadai
(assurance)
Efisiensi &
Efektivitas
operasi

Keandalan LK

Safeguarding
assets

Compliance
with regulation

Goal
:

Negara/ Pem:
Akuntabilitas
Kinerja:
- Trust
- Pelayanan
- Kesejahtera
an Rakyat
Kinerja
Perusahaan:
- Value of the
firm
- Pelayanan
publik
- KKN

65

Peran APIP Menurut PP 60/2008


LINGKUP TUGAS

BPKP

APIP

ITJEN/
INSPEKTORAT
K/L

Was Intern atas akuntabilitas


Keuangan Negara:
Kegiatan lintas sektoral
Kebendaharaan umum atas
penetapan Menkeu
Penugasan Presiden
Pembinaan SPIP
Reviu LKPP
Was intern thd seluruh kegiatan
dlm rangka penyel. tugas & fungsi
satker K/L yang didanai APBN
Reviu LK/KL

Psl.49 ayat (1)


INSPEKTORAT
PROV

INSPEKTORAT
KAB/KOTA

Was Intern thd seluruh kegiatan


dlm rangka Penyel. Tugas &
Fungsi Satker prov. yang didanai
APBD Prov.
Reviu LK Pemprov.
Was Intern thd seluruh kegiatan
dlm rangka Penyel. Tugas &
Fungsi Satker prov. yang didanai
APBD Kab/Kota.
Reviu LK Pemkab/Kota

AKUNTABILITAS
KEPADA

PRESIDEN
RI

MENTERI /
PIMPINAN
LEBAGA

GUBERNUR

BUPATI/
WALIKOTA
66

67

68

69

TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai