Anda di halaman 1dari 18

PEMBUNGAAN,

PENYERBUKAN DAN
PEMULIAAN TANAMAN
SAGU (Metroxylon sago
Rottb)
KELOMPOK VI
AIRA HAFNIZAR (157001015)
NURHAJIZAH (157001013)
RIZA AGOESDY (157001005)
MUHAMMAD AFRILLAH (157001021)
IKHLAS HAMZANI (157001018)
PARLINDUNGAN SIMARE MARE (157001008)

PENDAHULU
AN

Sagu (Metroxylon sago Rottb) adalah salah satu


komoditi tanaman pangan yang dapat dipergunakan
sebagai sumber karbohidrat yang cukup potensial
dimasa yang akan datang.

Sagu merupakan tumbuhan asli Asia Tenggara dengan


penyebaran meliputi Melanesia Barat sampai India
Timur, dari Mindanao Utara sampai Pulau Jawa dan
Nusa Tenggara bagian selatan

Pada prinsipnya, pengembangan kebun


sagu tidak berbeda dengan pengembangan
tanaman
tahunan/perkebunan
lainnya.
Seleksi lokasi atau tempat pengembangan
menjadi
hal
penting
yang
harus
dipertimbangkan.
Kesesuaian lahan dan iklim penting untuk
dilakukan
pada
awal
persiapan
pengembangan. Selain itu, persiapan
sumber dan pengadaan benih serta
pengaturan sistem tanam dan lokasi
merupakan satu paket terintegrasi dalam
pengembangan sagu

SYARAT TUMBUH
Iklim Tanaman sagu memerlukan ketersediaan air
yang cukup semasa pertumbuhannya

IKLIM

TOPOGRA
FI

Suplai air melalui hujan antara 2.000 4.000


mm/tahun dan tersebar merata sepanjang tahun.
Tanaman sagu tidak terlalu baik jika tergenang
permanen. Hasil penelitian dan informasi dari
berbagai sumber menyatakan bahwa genangan
(tidak permanen) setinggi kurang dari 50 cm yang
terbaik
Topografi umum dari kawasan pertanaman sagu dari
jenis Metroxylon spp. yaitu datar, landai hingga
bergelombang
Tanaman sagu dapat tumbuh dan berkembang hingga
ketinggian 700 m, tapi ketinggian optimal yaitu
<400m dpl. Jenis tanah yang dibutuhkan sagu
spektrumnya luas mulai dari tanah dengan komposisi
liat >70%, dengan bahan organik 30% dan pH tanah
5.5 6.5, tetapi sagu masih bisa beradaptasi dengan
kemasaman lebih tinggi

BUNGA, PROSES PEMBUNGAAN


DAN PENYERBUKAN

MORFOLOGI
BUNGA

Tanaman sagu berbunga


dan berbuah pada umur
sekitar 10 sampai 15
tahun.
Bunga sagu merupakan
bunga
majemuk
yang
keluar dari ujung atau
pucuk
batang
sagu,
berwarna
merah
kecoklatan seperti karat.
Bunga sagu bercabang
banyak yang terdiri dari
cabang primer, sekunder
dan tersier

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Daun
Cabang Perbungaan
Cabang Bunga
Bunga
Serbuk Sari
Kepala Putik
Cabang Buah
Buah

Proses
Persilangan
Mahkota Bunga

Bunga
Betina
Serbuk Sari
Bunga Jantan
Kepala Putik
Biji

Bua
h

Tanaman sagu adalah tanaman yang menyerbuk silang.


Tanaman Sagu tergolong monoecious
Bunga pada cabang yang sama mekar tidak serentak, ada yang mulai
muncul dari pangkal dan ada yang dari ujung.
Bunga jantan muncul lebih
jantan mekar selama 3-4 hari
10:30.

awal dibanding
dan mekar pada

bunga betina. Bunga


siang hari pada pukul

Yang pertama kali mekar adalah mahkota bunga, setelah mahkota


mekar muncul benang sari, bersamaan juga dengan keluarnya nektar.
Jumlah nektar yang banyak pada pukul 13:00 dan menurun pada
pukul 14:00 serta akan hilang pukul. 17.00.
Penyerbukkan dapat terjadi melalui angin, air hujan dan serangga
penyerbuk

Terdapat lima jenis serangga penyerbuk yaitu ordo


Hymenoptera, Coleoptera dan Diptera. Tiga di
antaranya yaitu Apis indica, Trigona irridipenis dan
Drosophylla melanogaster.

Sedangkan
2
jenis
lain
yaitu
Ryghium
haemorrhoidajpan, Anomala breviceps merupakan
jenis serangga pengunjung.

Walaupun sasaran serangga ini khususnya pada nektar


yang dihasilkan bunga jantan, namun sering
serangga-serangga tersebut hinggap pada kepala
putik bunga betina.

Badan serangga tersebut dilengkapi dengan organ


semacam rambut atau bulu - bulu yang tumbuh lebat
baik pada badan maupun kakinya sehingga dapat
mengangkut tepung sari dalam jumlah besar serta
selanjutnya memindahkan tepung sari ke kepala putik
dalam jumlah cukup.

Prosedur Kultur
Jaringan Sagu

Tahapan perbanyakan klonal sagu melalui kultur jaringan

Permasalah
an dalam
kultur
jaringan
sagu

Masalah pertama yang dihadapi


dalam kultur jaringan sagu adalah
variabilitas embrio somatik yang
tinggi. Kultur embriogenesis somatik
sagu sebagian besar telah dilakukan
pada media padat. Embrio somatik
yang diperoleh adalah heterogen.
Dalam kultur sagu dapat ditemukan
embrio
somatik
dari
berbagai
ukuran,
warna
dan
tahap
perkembangan
Masalah kedua adalah bahwa planlet
yang dihasilkan tidak kuat. Daun
sempit dan memanjang, dan akar
kecil serta tanpa rambut akar.
Kondisi planlet yang lemah akan
memiliki
efek
pada
tingkat
kelangsungan hidup tanaman in vitro
yang rendah selama aklimatisasi di
kondisi ex vitro.

KESIMPULAN
1. Pertumbuhan dan produksi sagu dipengaruhi oleh faktor
genetis dan agroklimat. Oleh karena itu, pengetahuan
mengenai jenis sagu dan kondisi agroklimat suatu daerah
dalam rangka pengusahaan sagu sangat penting.
2. Tanaman sagu memiliki sistem penyerbukan silang
dikarenakan proses pemekaran bunga jantan dan betinnya
tidak sama.
3. Arah pemuliaan tanaman sagu secara alternative dilakukan
dengan cara kultur jaringan.
4. Permasalahan kultur jaringan sagu adalah variabilitas
embrio somatik yang tinggi, Planlet yang dihasilkan tidak
kuat, butuh kehalian khusus dalam pelaksanaanya dan
biaya yang sangat besar.

SEKIAN DAN TERIMA KASIH

LAMPIRAN

TANAMAN SAGU

BUNGA SAGU

BUAH SAGU

SAGU DAN
OLAHANNYA

Anda mungkin juga menyukai