BAB I
LATAR BELAKANG
Limfoma maligna ->
Keganasan jaringan
limfoid yang bersifat
padat.
Tipe keganasan terjadi
sekitar 5-6% dari semua
keganasan
Klasifikasi histologik :
Limfoma hodgkin dan non
hodgkin
Di Indonesia, Limfoma
maligna baik non
Hodgkin maupun
limfoma Hodgkin
menduduki urutan
keenam tersering
Anamnenis
Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Biopsi
Radiologi
Pemeriksaan radiologi
CT Scan
FDG-PET
WB-MRI
Sebagian
besar
limfoma
ditemukan
pada
stadium
lanjut
Penyulit
dalam
terapi
kuratif
Perlunya
penemuan
penyakit
sejak dini
Meningkatk
an angka
harapan
hidup
Dengan
tatalaksan
a yang
tepat
Tujuan
Penelitia
n
Metode
Batasan
Masalah
BAB II
Anatomi Sistem Limfatik
Nodul Limfatik
Berbentuk seperti ginjal atau bulat, dengan diameter
bervariasi
Membentuk suatu kumpulan (yang terdiri dari
beberapa kelenjar) di beberapa bagian tubuh yang
berbeda termasuk leher, axilla, thorax, abdomen,
pelvis, dan inguinal.
Kurang lebih dua per tiga berada di sekitar dan di
dalam tractus gastrointestinal.
Pembuluh limfe
Ductus thoracicus, yang berasal dari sekitar bagian
terendah vertebrae dan mengumpulkan cairan limfe
dari extremitas inferior, pelvis, abdomen, dan thorax
bagian inferior.
Berjalan melewati thorax dan bersatu dengan vena
besar di leher sebelah kiri.
Ductus limfatikus dextra mengumpulkan cairan limfe
dari leher sebelah kanan, thorax, dan extremitas
bagian superior menyatu dengan vena besar pada
Sistem
Limfatik
LNH
Pembagia
n
Limfoma
Maligna
DEFENISI
EPIDEMIOLOGI
Amerika dan Eropa
Indonesia
Berdasakan KOPAPDI V di Semarang
melaporkan bahwa di Medan selama 5 tahun
belakangan terdapat 51 penderita Limfoma
maligna, 8 orang diantaranya menderita
limfoma Hodgkin (15%).
Umur
Infeksi
HIV
Infeksi
EBV
Faktor
genetik
ETIOLOGI
KLASIFIKASI
Limfoma
Hodgkin
Limfositik
predominan
Mixed
Cellularity
Lymphocyte
Depleted
Nodular
sclerosis
Nodular
lumphocyte
predominant
Hodgkin
( klasifikasi
WHO)
Non Hodgkin
Menurut Rapport
Diffus
undifferentiated
( Burkits dan non
Burkits)
Limfoblastik diffuse
Menurut
Keil
Histolitik diffuse
High grade
Limfoma burkits
Limfoblastik
Konvulated
Limfoblastik non
kalsifikasi
Imunoblastik
GEJALA KLINIS
Pembengkak
an kelenjar
getah
bening
Demam
Kelelahan
menetap
Batuk
persisten
dengan
sesak napas
Berkeringat
terutama
malam hari
Penurunan
berat badan
Pembesaran
limpa
Anoreksia
PEMERIKSAAN PENUNJANG
BIOPSI
Eksisi
FNAB
Aspirasi sumsum tulang
LABORATORIUM
melihat tanda-tanda dari limfoma
anemia, leukositosis, peningkatan
sedimentasi eritrosit dan menilai fungsi
ginjal dan hati.
Memberikan informasi
tentang keterlibatan paru
dan mediastinum pada
limfoma Hodgkin dan non
Hodgkin
CT
Scan
Rontge
n
Toraks
RADIOLOGIS
Fluorodeoxygluco
se (FDG) emisi
positrontomograp
hy (PET)
Tenectium 99
MRI
MRI memperlihatkan
penurunan relative intensitas
dari T1 di banding T2 yang
mencerminkan
hiperselularitas.
Nodul sub arachnoid,
karsinomatosus
leptomeningeal difus, atau
keduanya dapat dilihat
setelah pemberian kontras
Siste
m
Saraf
Pusat
Sinus
paranasal
Cincin
Waldayer
Rahang
USG Servikal
normal
USG LM
Gambar 1. CT, FDG-PET, dan FDG-PET / CT fusi dari wanita 13 tahun dengan penyakit Hodgkin. (AC) Axial CT gambar
menunjukkan (A) massa kelenjar getah bening leher (), (B) massa besar mediastinum (*) mengompresi vena
brakiosefalika kiri (), kelenjar getah bening aksila membesar (), dan (C) massa di limpa membesar homogen (419). (DF) Axial Gambar PET menunjukkan serapan patologis FDG di (D) kelenjar getah bening leher ( ), (E) di mediastinum (*),
di ketiak massa kelenjar getah bening kiri (), dan (F) dalam limpa (). (G-I)
Menyatu PET / CT gambar. (I) Perhatikan misregistration ekskresi FDG ginjal normal ().
8/7/16
MRI Servikal LM
Massa
Paru-paru
Pola 1 : single atau multiple nodul paru dengan
batas irreguler dan kadang-kadang terdapat kavitas.
Pola 2 : pola infiltrasi dari intersisial retikular ,yang
dihasilkan dari obstruksi vena atau limfatik oleh
hilus atau mediastinumadenopati atau dari
pengendapan tumor interstitial
Pola 3 : konsolidasi lobar atau konsolidasi
segmental, yang mirip dengan gambaraan
penumonia. Efusi pleura juga dapat muncul, yang
kadang-kadang bisa menyebabkan pergeseran
mediastinum dan atelektasis paru
Abdomen
USG : tampak gambaran hypoecoic
pada usus dan penebalan dinding usus
disertai hilangnya stratifikasi atau
massa focal hypoechoic/kompleks
dengan daerah yang luas dan juga
nekrosis
CT scan adalah adanya penebalan
dinding usus secara fokal atau difus
(a)
Limpa
USG: homogen splenomegali atau sebagai
massa noduler soliter maupun multiple,
yang biasanya hypoechoic
CT scan : tampak pembesaran limpa soliter
ataupun multiple nonhancing, massa low
attenuation, selain itu juga dapat ditemukan
gambaran kalsifikasi
MRI mirip dengan CT scan. Gambaran T2,
tampak berbintik-bintik disebabkan karena
adanya fibrosis, perdarahan, edema, atau
nekrosis
Hati
USG tampak hypoechoic diskrit
atau nodul anechoicdisertai
hepatomegali.
Temuan CT scan
serupadengan yang di limpa
(a)
pankreas
USG, pancreas
tampak hipoekoik
fokal atau difus
CT scan tampak
seperti massa
jaringan lunak,
kadang-kadang
gambaran asites
dapat terlihat
ginjal
USG muncul dalam
bentuk homogen dan
hypoechoic atau
anechoicnodul, yang
dapat mendistorsi
arsitektur intrarenal
normal
CT scan gambaran
hypoattenuating.
Atenuasi rendah tampak
pada nekrosis,
perdarahan fokus yang
dapat dilihat pada lesi
yang lebih besar
gona
d
Gambaran
Tulang
MRI. Infiltrasi sum-sum tulang
muncul sebagai tanda low
idensitas di T1 dan hight
intensitas di T2.
Penyakit Hodgkin lebih sering
sclerotic atau bercampur antara
sclerotic dan lytic
(a)
DIAGNOSIS
Diagosis Limfoma Maligna
Anamenis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Biopsi
Radiologi
Pemeriksaan radiologi
Rotgen
toraks
USG
CT Scan
MRI
PET
Diagnosis banding
Tuberculosis
Inflammatory
cinoma.
Sarcoid
8/7/16
STAGING
1.
Limfoma Hodgkin
TATALAKSANA
Bedah
Sebagai surgical biopsi
Radioterapi
1. Radioimunoterapi menggunakan antibodi
monoclonal seperti CD20 dan CD22 untu
k melawan antigen spesifik dari limfoma
secara langsung
2. Radioisotope menggunakan 131Iodine ata
u 90Yttrium untuk irradiasi sel-sel tumor s
ecara selektif13.
Teknik
a:
Untuk
Untuk
terapi
Untuk
iation
Untuk
1.
2.
3.
4.
Kemoterapi
1. MOPP regimen: setiap 28 hari untuk 6
siklus atau lebih.
2.ABVD regimen: setiap 28 hari untuk 6
siklus
Stanford V regimen: selama 2-4 minggu
pada akhir siklus
BEACOPP regimen: setiap 3 minggu untu
k 8 siklus
1.
2.
3.
Imunoterapi
Memakai Interferon-, di mana interferon- menstimulasi sistem i
mun yang menurun akibat pemberian kemoterapi.
Cara:
1.
Transplantasi secara alogenik membutuhkan donor sumsum yan
g sesuai dengan sumsum penderita. Donor tersebut bisa berasal
dari saudara kembar, saudara kandung, atau siapapun asalkan s
umsum tulangnya sesuai dengan sumsum tulang penderita.
2.
transplantasi autologus, donor sumsum tulang berasal dari sum
sum tulang penderita yang masih bagus diambil kemudian diber
sihkan dan dibekukan untuk selanjutnya ditanamkan kembali da
lam tubuh penderita agar dapat menggantikan sumsum tulang
yang telah rusak
Stadium dari
penyakitnya dan
tipe histologinya
Ukuran tumor >
10cm letak di
mediastinum
prognosis buruk
Usia > 60 th
prognosis buruk
PROGNOSIS
Pengobatan
progresof atau
relaps < satu
tahun setelah
mendapat
kemoterapi yang
intensif prognosis
buruk
Mengenai extra
nodal, terutama
susmsum tulang
prognosis buruk
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kesimpulan
Limfoma
8/7/16