Anda di halaman 1dari 23

Intoksikasi Karbamat

Pendahuluan
Istilah "bahan kimia pertanian"
sebagian besar telah digantikan
dengan istilah "pestisida,"
didefinisikan sebagai racun
ekonomis, diatur oleh undangundang federal dan negara bagian,
yang digunakan untuk mengontrol,
membunuh, atau mengusir hama.

Berdasarkan senyawa yang


dirancang, pestisida dikelompokkan
menjadi beberapa kategori primer
kelas pestisida yang digunakan saat
ini adalah Fumigan, fungisida,
herbisida, dan insektisida.

Insektisida adalah racun serangga


yang banyak dipakai dalam
pertanian, perkebunan, dan dalam
rumah tangga. Penggolongan
insektisida adalah hidrokarbon
terkhlorinasi, inhibitor kolinesterasi,
dan lain-lain. Insektisida golongan
inhibitor kolinesterasi terbagi atas
golongan fosfat organic dan
karbamat.

Penggunaan pestisida golongan


karbamat di Indonesia relatif baru
terutama setelah pelarangan
penggunaan dan peredaran sebagian
besar pestisida golongan
organokhlorin (OC). Insektisida
golongan karbamat yang umum
digunakan dalam kegiatan pertanian
adalah karbofuran (Furadan),
aldikarb (Temik) dan karbaril (Sevin).

Berdasarkan monitoring penggunaan karbamat


di Pulau Jawa terdeteksi residu karbofuran
pada tanah sawah (0,8 56,3 ppb), air sawah
(0,1 5,0 ppb), beras (tt 5,0 ppb), kedelai
(1,2 610 ppb); pakan ternak (12 102 ppb);
daging sapi (110 269 ppb); dan serum sapi
potong (167 721 ppb).
Beberapa sampel pangan tersebut
mengandung residu karbofuran yang melebihi
batas maksimum residu yang ditetapkan oleh
Badan Standardisasi Nasional (BSN).

Karbamat
Karbamat merupakan insektisida yang
bersifat sistemik dan berspektrum luas
sebagai nematosida dan akarisida.
Golongan karbamat pertama kali disintesis
pada tahun 1967 di Amerika Serikat
dengan nama dagang Furadan. Umumnya
karbamat digunakan untuk membasmi
hama tanaman pangan dan buah-buahan
pada padi, jagung, jeruk, alfalfa, ubi jalar,
kacang-kacangan dan tembakau.

Dengan dilarangnya sebagian besar


pestisida golongan organokhlorin
(OC) di Indonesia, maka pestisida
golongan organofosfat (OP) dan
karbamat menjadi alternatif bagi
petani di dalam mengendalikan
hama penyakit tanaman di lapangan.

Farmakokinetik
Inhibitor kolinesterase diabsorbsi secara
cepat dan efektil melalui oral, inhalasi,
mukosa dan kulit. Setelah diabsorpsi
sebagian besar diekskresikan dalam urin,
hampir seluruhnya dalam bentuk metabolik.
Metabolik dan senyawa aslinya didalam
darah dan jaringan tubuh terikat pada
protein. Enzim-enzim hidrolitik dan oksidatif
terlibat dalam metabolism senyawa
organosfosfat. Selang waktu antar absorbsi
dengan ekskresi bervariasi.

Farmakodinamik
Asetilkolin adalah neurotransmitter yang
berfungsi dalam menyampaikan impuls saraf di
celah sinaptik dalam sistem saraf pusat dan
otonom dan pada tautan
saraf dan otot.
Sesaat setelah transmisi impuls di sinaps terjadi
dengan pelepasan asetilkolin,
acetylcholinesterase dilepaskan ke celah sinaptik.
Enzim ini menghidrolisis asetilkolin menjadi kolin
dan asetat dan mengakhiri transmisi impuls saraf.

Penghambatan
acetylcholineasterase yang
berkepanjangan, menciptakan
stimulasi saraf dan otot yang tidak
terkoordinasi.
Organofosfat dan karbamat bersama
dengan beberapa gas saraf (yaitu,
sarin) menimbulkan toksisitas
melalui mekanisme ini.

Potensiasi aktifitas parasimpatik post ganglionik,


mengakibatkan kontraksi pupil, stimulasi otot
saluran cerna, stimulasi saliva dan kelenjar
keringat, kontaksi otot brochial, kontraksi kandung
kemih, nodus sinus jantung dan nodus
atrioventikular dihambat.
Depolarisasi yang menetap pada otot-otot rangka,
sehingga mula-mula terjadi fasikulasi yang disusul
dengan blok neuromuscular dan paralisis. Mulamula stimulasi disusul dengan depresi pada sel
SSP, sehingga menghambat pusat pernapasan dan
pusat kejang.

Stimulasi dan blok yang bervariasi


pada ganglion, sehingga tekanan
darah dapat naik atau turun serta
dilatasi atau miosis pupil. Kematian
disebabkan kegagalan pernapasan
dan blok jantung. Takaran fatal untuk
golongan karbamat, aldicarb 0,91mg/kgBB dan propoxur 95mg/kgBB.

Tanda dan gejala Intoksikasi


Karbamat
Keracunan karbamat merupakan efek nikotinik dan
parasimpatetik yang dihasilkan akibat hambatan
asetilkholinesterase di dalam sistem syaraf
somatik dan autonom perifer.
Keracunan karbamat bersifat akut yang dapat
terjadi melalui inhalasi, gastrointestinal (oral) atau
kontak kulit. Karbamat dapat menimbulkan efek
neurotoksik melalui hambatan enzim
asetilkholinesterase (AchE) pada sinapsis syaraf
dan myoneural junctions yang bersifat reversible.
Gejala klinis keracunan karbamat merupakan
reaksi kholinergik yang berlangsung selama 6 jam.

Tingkat keparahannya tergantung pada jumlah


karbamat yang terkonsumsi dengan gejala klinis
berupa pusing, kelemahan otot, diare, berkeringat,
mual, muntah, tidak ada respon pada pupil mata,
penglihatan kabur, sesak napas dan konvulsi.
Keracunan karbamat pada manusia dilaporkan
pernah terjadi di Spanyol pada tahun 1998 dengan
gejala berkeringat, tremor, myosis, gangguan
pernapasan, dan muntah. Karbamat, khususnya
karbofuran dilaporkan dapat menimbulkan kanker
paru-paru pada manusia.

Tanda dan gejala keracunan berdasarkan lama


keracunan dan tingkat keparahan
Pada keracunan akut, gejala-gejala timbul dalam 30 sampai
60 menit dan mencapai puncaknya dalam 2-8 jam.
Pada keracunan ringan tampak anoreksi, sakit kepala, pusing,
lemah, gelisah, tremor lidah dan kelopak mata, miosis dan
penglihatan kabur.
Pada keracunan sedang, mual, salvias, lacrimasi, kejang
perut, muntah, banyak keringat, nadi lambat, dan fasiculasi
otot-otot.
Pada keracunan berat, diare, pupil pin point dan tidak
bereaksi, pernapasan sukar, edema paru, sianosis, kendali
sfingter hilang, kejang, koma, dan blok jantung.
Pada keracunan kronik, tidak akan timbul keracunan kronik.

Penanganan pada
intoksikasi akut
Tindakan darurat :
Berikan sulfas atropine dalam dosis tinggi.
Pernapasan buatan dan oksigen. Pernapasan
buatan mulut kemulut tidak boleh dilakukan.
Kulit yang terkontaminasi dicuci dengan air dan
sabun, dan dilakukan sebelum timbul gejala
atau setelah gejala terkontrol dengan atropine.
Bilas lambung atau emetika. Bila gejala-gejala
belum timbul, lakukan bilas lambung dengan
air hangat atau induksi muntah dengan sirup
ipekak.

Laksativa, magnesium sulfat 25 gr dalam 1 gelas air.


Castrol oil merupakan kontaindikasi karena dapat
mempermudah larutnya racun.
Pemberian antidotum : sulfas atropine, 2 mg IM dan
diulang tiap 3-6 menit sampai timbul tanda
atropinisasi (wajah merah, mulut kering, dilatasi pupil
dan nadi cepat). Pertahankan atroinisasi dengan
mengulang pemberian atropine 2 mg. Pemberian
atropine sebanyak 12 mg dalam 2 jam pertama cukup
aman. Terapi atropine yang terputus akan segera
disusul dengan kegagalan pernapasan. Takaran sulfat
atropine untuk anak-anak adalah 0,04 mg/kgBB. Bila
timbul taki kardi hebat dapat diberi propanolol.

2-PAM harus diberikan secepatnya


karena dapat timbul aging phenomen,
yaitu keadaan dengan ikatan insektisida
AChE telah mengalami dialkilasi
sehingga 2-PAM tidak lagi dapat
melepaskan ikatan tesebut. Hal ini
berbahaya karena atropine tidak
memperbaiki paralisis otot-otot
pernapasan.

Tindakan Umum :
Sekresi jalan napas dikeluarkan dengan
postural drainase atau dengan penyedot
kateter.
Hindari pemakaian morfin, aminofilin,
barbiturate, fenotiazin dan obat yang
menimbulkan depresi pernapasan lain.
Kejang-kejang diatasi dengan obat anti
kejang

Prognosis
Pada keracunan saat kritis adalah 4-6
jam pertama. Pengobatan yang tepat
sangat menentukan.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai