Anda di halaman 1dari 15

ILEUS OBSTRUKSI

Disusun oleh:

Rizky Nova A.

Ida Bagus Alamduta


Ida Ayu Ratih A.
I Kadek Eka S.

Pembimbing: dr. Hendra, Sp.B

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah

Rumah Sakit Daerah Haryoto Lumajang


Lumajang 2016

Definisi:
Keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak
bisa disalurkan ke distal atau anus karena ada
sumbatan/hambatan yang disebabkan kelainan
dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus
yang menekan, atau kelainan vaskularisasi pada
suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose
segmen usus tersebut

Etiologi:
1. Intraluminal yaitu di dalam usus (benda asing,
batu empedu)
2. Intramural yaitu di dalam dinding usus (tumor,
Crohns disease, intususepsi)
3. Ekstrinsik (adhesi, hernia, karsinoma)
Menurut Letak Sumbatannya, maka ileus obstruktif
dibagi menjadi 2 :
a) Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus
b) Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar

Menurut Sifat, Ileus Obstruktif dibagi menjadi


jenis:
1. Obstruksi Sederhana
penyumbatan mekanis di dalam lumen usus
tanpa gangguan pembuluh darah, antara lain
karena atresia usus dan neoplasma
2. Obstruksi Gulung Tertutup close loop ,
terjadi bila jalan masuk dan keluar suatu
gulung usus tersumbat, dimana paling sedikit
terdapat dua tempat obstruksi
3. Obstruksi Strangulasi
obstruksi yang disertai adanya penjempitan
pembuluh darah sehingga terjadi iskemi yang
akan berakhir pada nekrosis atau gangren

Patofisiologi
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang
oleh cairan dan gas (70% dari gas yang ditelan) akibat
peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan pengaliran
air dan natrium dari lumen ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter
cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap hari, tidak
adanya absorpsi dapat mengakibatkan penimbunan intralumen
dengan cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah pengobatan
dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan
elektrolit. Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang
cairan
ekstrasel
yang
mengakibatkan
syokhipotensi,
pengurangan curah jantung, penurunan perfusi jaringan dan
asidosis metabolik. Peregangan usus yang terus menerus
mengakibatkan penurunan absorpsi cairan dan peningkatan
sekresi cairan ke dalam usus. Efek lokal peregangan usus adalah
iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat
nekrosis, disertai absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga
peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk menyebabkan
bakteriemia.

Segera setelah timbulnya ileus obstruktif pada ileus obstruktif


sederhana, distensi timbul tepat di proksimal dan menyebabkan muntah
refleks. Setelah mereda, peristaltik melawan obstruksi dalam usaha
mendorong isi usus melewatinya yang menyebabkan nyeri episodik kram
dengan masa relatif tanpa nyeri di antara episode. Gelombang peristaltik
lebih sering timbul setiap 3 sampai 5 menit di dalam jejunum dan setiap
10 menit di didalam ileum. Aktivitas peristaltik mendorong udara dan
cairan melalui gelung usus, yang menyebabkan gambaran auskultasi
khas terdengar dalam ileus obstruktif. Dengan berlanjutnya obstruksi,
maka aktivitas peristaltik menjadi lebih jarang dan akhirnya tidak ada.
Jika ileus obstruktif kontinu dan tidak diterapi, maka kemudian
timbul muntah dan mulainya tergantung atas tingkat obstruksi. Ileus
obstruktif usus halus menyebabkan muntahnya lebih dini dengan
distensi usus relatif sedikit, disertai kehilangan air, natrium, klorida dan
kalium, kehilangan asam lambung dengan konsentrasi ion hidrogennya
yang tinggi menyebabkan alkalosis metabolik. Berbeda pada ileus
obstruktif usus besar, muntah bisa muncul lebih lambat (jika ada). Bila
timbul, biasanya kehilangan isotonik dengan plasma. Kehilangan cairan
ekstrasel tersebut menyebabkan penurunan volume intravascular,
hemokonsentrasi dan oliguria atau anuria. Jika terapi tidak diberikan
dalam perjalanan klinik, maka dapat timbul azotemia, penurunan curah
jantung, hipotensi dan syok.

Pada ileus obstruktif strangulata yang melibatkan


terancamnya sirkulasi pada usus mencakup volvulus, pita
lekat, hernia dan distensi. Disamping cairan dan gas yang
mendistensi lumen dalam ileus obstruksi sederhana, dengan
strangulasi ada juga gerakan darah dan plasma ke dalam
lumen dan dinding usus. Plasma bisa juga dieksudasi dari sisi
serosa dinding usus ke dalam cavitas peritonealis. Mukosa usus
yang normalnya bertindak sebagai sawar (penghambat) bagi
penyerapan bakteri dan produk toksiknya, merupakan bagian
dinding usus yang paling sensitif terhadap perubahan dalam
aliran darah. Dengan strangulasi yang memanjang maka timbul
iskemik dan sawar rusak. Bakteri (bersama dengan endotoksin
dan eksotoksin) bisa masuk melalui dinding usus ke dalam
cavitas peritonealis.
Disamping itu, kehilangan darah dan plasma maupun air ke
dalam lumen usus cepat menimbulkan syok. Jika kejadian ini
tidak dinilai dini, maka dapat menyebabkan kematian.

Ileus obstruktif gelung tertutup timbul bila jalan masuk dan jalan keluar
suatu gelung usus tersumbat. Jenis ileus obstruktif ini lebih bahaya
dibandingkan ileus obstruksi yang lainnya, karena ia berlanjut ke
strangulasi dengan cepat sebelum terbukti tanda klinis dan gejala ileus
obstruktif. Penyebab ileus obstruktif gelung tertutup mencakup pita lekat
melintasi suatu gelung usus, volvulus atau distensi sederhana. Pada
keadaan terakhir ini, sekresi ke dalam gelung tertutup dapat menyebabkan
peningkatan cepat tekanan intalumen, yang menyebabkan obstruksi aliran
keluar ke vena.
Ileus obstruktif kolon biasanya kurang akut (kecuali bagi volvulus)
dibandingkan ileus obstruksi usus halus. Karena kolon bukan organ
pensekresi cairan dan hanya menerima sekitar 500 ml cairan tiap hari
melalui valva ileocaecalis, maka tidak timbul penumpukan cairan yang
cepat. Sehingga dehidrasi cepat bukan suatu bagian sindroma yang
berhubungan dengan ileus obstruksi kolon. Bahaya paling mendesak karena
obstruksi itu karena distensi. Jika valva ileocaecalis inkompeten maka kolon
terdistensi dapat didekompresi ke dalam usus halus. Tetapi jika valva ini
kompeten, maka kolon terobstruksi membentuk gelung tertutup dan
distensi kontinu menyebabkan ruptura pada tempat berdiameter terlebar,
biasanya di sekum. Hal didasarkan atas hukum Laplace, yang
mendefinisikan tegangan di dalam dinding organ tubular pada tekanan
tertentu apapun berhubungan langsung dengan diameter tabung itu.
Sehingga karena diameter kolon melebar di dalam sekum, maka area ini
yang biasanya pecah pertama.

Pemeriksaan Fisik
Gambaran pertama dalam pemeriksaan pasien yang dicurigai
menderita ileus obstruktif merupakan adanya tanda generalisasi
dehidrasi, yang mencakup kehilangan turgor kulit maupun mulut
dan lidah kering. Karena lebih banyak cairan disekuestrasi ke
dalam lumen usus, maka bisa timbul demam, takikardia dan
penurunan tekanan dalam darah. Dalam pemeriksaan abdomen
diperhatikan kemunculan distensi, parut abdomen (yang
menggambarkan perlekatan pasca bedah), hernia dan massa
abdomen.

Pada pasien yang kurus bukti gelombang peristaltik terlihat


pada dinding abdomen dan dapat berkorelasi dengan nyeri kolik.
Tampak gambaran kontur usus (darm countur) dan gerak
peristaltik usus (darm steifung) pada dinding abdomen Tanda
demikian menunjukkan obstruksi strangulata. Gambaran klasik
dalam mekanik sederhana adalah adanya episodik gemerincing
logam bernada tinggi dan bergelora (rush) pada waktu penderita
dalam kondisi tenang. Gelora tersebut bersamaan dengan nyeri
kolik. Pada obstruksi strangulata tidak ditemukan tanda ini.

Bagian akhir yang diharuskan dari pemeriksaan adalah


pemeriksaan rektum dan pelvis. Apabila dalam pemeriksaan ini
ditemukan tumor serta adanya feses di dalam kubah rektum
menggambarkan terjadinya obstruksi di proksimal. Jika darah
makroskopik ditemukan di dalam rektum, maka sangat mungkin
bahwa obstruksi didasarkan atas lesi intrinsik di dalam usus.

Pemeriksaan Penunjang :
A. Pemeriksaan Radiologi:
Foto Polos Abdomen:
a. Posisi Terlentang (Supine)
Gambaran yang diperoleh yaitu pelebaran usus di proksimal
daerah obstruksi, penebalan dinding usus, gambaran seperti
duri ikan (Hearring Bone Appearance). Gambaran ini didapat
dari penggumpalan gas dalam lumen usus yang melebar

b. Posisi duduk atau setengah duduk

Gambaran yang didapat adanya air fluid level dan step ladder
appearance.

c. Posisi tiduran miring ke kiri( left lateral decubitus

Untuk melihat air fluid level dan kemungkinan perforasi usus

B.

Pemeriksaan Laboratorium:

1. HB , PCV : meningkat akibat dehidrasi

2. Leukosit : normal atau sedikit meningkat ureum +


elektrolit, ureum meningkat, Na+ dan Cl- rendah.

Penatalaksanaan Terapi:
A.

Terapi Non Surgikal

1. Dekompresi dengan pipa lambung, pasien puasa

2. Infus cairan untuk koreksi keseimbangan cairan,


ektrolit dan asam basa

3. Antibiotik profilaksis

4. Monitoring ketat keadaan umum pasien dan tanda


vital (tensi, nadi, suhu tubuh)

5. Bila dalam perawatan selama 2x24 jam obstruksi


tidak menunjukkkan kemajuan atau selama

perawatan didapatkan tanda-tanda strangulasi

(peningkatan suhu tubuh, takikardi, nyeri perut


hebat terus menerus, tanda peritonitis) harus
dilakukan pembedahan
B.

Terapi Surgikal

bila penyebabnya adalah Hernia inkaserata, keganasan kolorektal

Komplikasi
Strangulasi menjadi penyebab dari kebanyakan
kasus kematian akibat ileus obstruktif. Isi lumen usus
merupakan campuran bakteri yang mematikan, hasilhasil produksi bakteri, jaringan nekrotik dan darah.
Usus yang mengalami perforasi mungkin mengalami
perforasi dan menggeluarkan materi tersebut ke dalam
rongga peritoneum yang menyebabkan peritonis.
Tetapi meskipun usus tidak mengalami perforasi,
bakteri dapat melintasi usus yang permeable tersebut
dan masuk ke dalam sirkulasi tubuh melalui cairan
getah bening dan mengakibatkan syok septic.
Komplikasi lain yang dapat timbul antara lain syok
hipovolemia, abses, pneumonia aspirasi dari proses
muntah dan dapat menyebabkan kematian.

Prognosis
Pada obstruksi intestinal ada kemungkinan
terjadinya kekambuhan obstruksi dalam jangka
10 tahun karena adhesi sekitar 15-50%. Dengan
adanya perkembangan teknik laparatomi dan
penunjang diagnosis , angka mortalitas
obstruksi intestinal menurun hingga 5%

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai