Anda di halaman 1dari 19

Batasan Keuntungan dalam

Bisnis Islami
Reza Widhar P SE MM

Mencari keuntungan dalam bisnis


pada prinsipnya merupakan suatu
perkara yang boleh dan dibenarkan
syara bahkan secara khusus
diperintahkan Allah kepada orangorang yang mendapatkan amanah
harta milik orang-orang yang tidak
bisa bisnis dengan baik

Allah SWT melarang mengambil harta orang lain


dengan jalan batil kecuali dengan bisnis yang
berlaku dengan suka sama suka. QS An Nisa ayat
29, larangan memakan harta orang lain
mengandung pengertian yang luas :
1. Agama islam mengakui adanya hak milik
perseorangan yang berhak mendapat
perlindungan dan tidak boleh diganggu gugat
2. Hak milik perseorangan itu apabila banyak, wajib
dikeluarkan zakatnya dan kewajiban lainnya
untuk kepentingan agama maupun negara
3. Sekalipun seseorang mempunyai harta yang
banyak dan banyak pula orang yang
memerlukannya dari golongan yang berhak
menerima zakatnya tetapi harta orang itu tidak
boleh diambil begitu saja tanpa seizin pemiliknya

Bisnis dapat diartikan sebagai


rangkaian aktivitas komersial
Bisnis adalah kegiatan ekonomi
Bisnis adalah keuntungan
Pebisnis melakukan bisnis untuk
meraih keuntungan

Bagaimana men-stimulate
kegiatan bisnis?
Manusia

HARTA

Investasi

Dunia
Usaha
(Bisnis)

Aktivitas investasi tergantung pada sejauh mana


pressure terhadap keberadaan harta
Aktivitas investasi tergantung pada ekspektasi
usaha/bisnis & daya tarik kegiatan investasi

Kaitan Bisnis & Riba


Quran Surah Al Baqarah: 275 .. Allah
menghalalkan jual-beli (bisnis) dan mengharamkan
riba (QS. Al-Baqarah: 275)

Jual Beli
(Bsnis)

Halal

Riba

Haram

hubungan terbalik antara bisnis & riba

.dan
jangan
sekali-kali
kamu
mengatakan
Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi
kecuali dengan menyebut INSYAALLAH (Q.S. AlKahfi: 23-24)
dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui apa
yang akan diusahakannya besok (Q.S. Luqman: 34)

Aspek

Riba

Kelebihan

Ada - bunga

Jual Beli
(Bisnis)
Ada laba

Ditetapkan

dimuka

Dibelakang

Unsur Pemastian

Ada

Tidak ada

Dampak
Riba/Pemastian dalam
Bisnis
Praktek riba/pemastian
(salah satunya melalui
instrumen suku bunga)
akan menghambat
aliran investasi

Hubungan Bunga & Investasi


Meningkatnya suku bunga (i)
dari x% menjadi y% telah
menurunkan sejumlah
kemungkinan investasi dari I1
menjadi I2

i (suku bunga)

telah membendung aliran


investasi sebesar I1-I2

i (y
%)
i (x
%)
0

I2

I1

I (Investasi)

Teori Riba Kontemporer


Berdasarkan sejumlah ayat dan
hadis, praktik riba dilarang
Riba diakui potensial
menimbulkan masalah karena
ketidakjelasan makna
sesungguhnya yang dikehendaki
Tidak mengherankan, jika
kemudian muncul banyak teori
ataupun pandangan tentang riba

Perspektif Riba
Kontemporer

Perspektif yang umum diterima (jumhur) riba


dibedakan menjadi dua: 1) riba nasiah dan 2)
riba fadl

Riba nasiah pembayaran hutang yang

harus dilunasi oleh debitur lebih besar daripada


jumlah pinjamannya (imbalan terhadap tenggang
waktu yang diberik/kelebihan yang terus
meningkat dan berlipat-ganda)

Riba fadl melebihkan keuntungan (harta)


dari satu pihak terhadap pihak lain dalam
transaksi jual-beli atau pertukaran barang
sejenis dengan tanpa memberikan imbalan
terhadap kelebihan tersebut
11

Riba nasiah biasanya dihubungkan


dengan bunga bank
Persoalan dasar Apakah bunga bank
hukumnya sama dengan riba yang
dilarang dalam Quran ataukah berbeda
(tidak dilarang)?
Para ahli hukum dan ekonomi Islam
dalam konteks ini terbagi kepada dua
pandangan yang berbeda sebagian
menganggap bunga bank sebagai riba
yang dilarang dalam Islam dan sebagian
lagi berpendapat sebaliknya

Riba Kontemporer dan


Etika Bisnis Islam
Pandangan tentang riba tidak dapat dilepaskan
dari teori batas (nazhariyyah al-hudud)
Berdasarkan kajian terhadap al-Quran, aturan
hukum Islam sesungguhnya bersifat dinamis
dan elastis yang dapat menampung berbagai
kecenderungan perubahan kehidupan umat
manusia dari masa ke masa dan dari satu
tempat ke tempat lain sepanjang dalam batasbatas yang ditentukan oleh Allah batas
bawah (al-hadd al-adna) dan batas atas (alhadd al-ala).
13

Fakir dan miskin termasuk golongan orang yang


berhak menerima zakat (Q.S. al-Taubah: 60)
Terhadap orang dengan kondisi demikian,
berlaku ayat Quran: Allah akan hapuskan
(berkah) riba dan tumbuhkembangkan
sedekah (al-Baqarah:276) dan ayat-ayat
lain yang berisi kecaman keras terhadap praktik
riba (al-Baqarah: 275, 278, dan 279)
Oleh karena itu, harta yang disalurkan kepada
mereka pada prinsipnya bukan dalam bentuk
kredit, tetapi dalam bentuk hibah

Terhadap orang yang hanya mampu


menutup hutang pokoknya dan tidak
mampu membayar bunga, maka diberikan
pinjaman yang bebas bunga (al-qard alhasan)
Di sini berlaku Q.S. Al-Baqarah: 279
hanya harta pokok yang boleh diminta
Kendati demikian, karena orang ini
tergolong orang yang berhak menerima
sedekah, maka akan lebih utama jika
pihak kreditur mau membebaskan
piutangnya

Terhadap para pengusaha yang notabene


bukan berkategori penerima zakat, kredit
yang diberikan dapat dipungut bunganya
dengan ketentuan besarnya tidak boleh
melampaui batas yang telah ditentukan
Batas atasnya adalah jumlah beban
bunga yang harus dibayar sama dengan
jumlah hutang pokoknya berdasarkan
ayat: Hai orang-orang mumin jangan
makan riba yang berlipat ganda (Q.S. Ali
Imran:130)

Keuntungan yang diharamkan


Islam
Keuntungan dari bisnis barang dan
jasa haram
Keuntungan dari jalan curang dan
manipulasi
Manipulasi dengan cara
merahasiakan harga aktual
Keuntungan dengan cara menimbun
dan usaha spekulatif

Sesungguhnya Allah adalah penentu


harga , yang menahan dan meluaskan
rizki, Yang Maha Pemberi rizki. Dan
kami sangat mengharapkan dapat
berjumpa dengan Rabbku, sementara
tidak ada seorang pun dari kalian yang
menuntutku karena suatu tindakan
aniaya pada fisik dan harta (HR AtTirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah,
Ahmad dan Ad-Darimi)

Diperbolehkannya bagi siapa pun untuk


mencari keuntungan tanpa ada batasan
margin keuntungan tertentu selama
mematuhi hukum-hukum islam. Serta
menentukan standar harga sesuai dengan
kondisi pasar yang sehat.
Namun bila terjadi penyimpangan dan
kesewenang-wenangan harga dengan
merugikan konsumen, tidak ada halangan
pihak penguasa, sesuai dengan tugas dan
tanggung jawabnya untuk membatasi
keuntungan dan mematok harga yang wajar.
Tindakan ini dilakukan harus melalui
konsultasi dan musyawarah dengan pihak
terkait agar tidak ada yang dirugikan hakhaknya

Anda mungkin juga menyukai