Anda di halaman 1dari 31

Presentasi Kasus

Demam Tifoid disertai Gizi Buruk


Disusun oleh :
Zahra Puspita
1102011301
Pembimbing :
dr. Lita Farlina Sp.A, M.Biomed
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
RS dr. Drajat Prawiranegara Serang
Periode Mei-Juli 2016

Laporan Kasus
IDENTITAS
Nama
: An. Refi
Umur
: 6 Tahun 4 Bulan
Jenis kelamin : Perempuan
TTL
: Serang, 08 Januari 2010
Agama: Islam
Alamat : Sijerukan, Waringinkurung Serang
Masuk RS: 27 Mei 2016
Nama Ayah : Tn. N
Pendidikan : Kelas 1 SD

Anamnesis
Dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu pasien
pada tanggal 27 Mei 2016.
Keluhan utama :
Demam
Keluhan tambahan :
Sakit kepala, mual, muntah, tidak mau makan dan
lemas

Riwayat Penyakit Sekarang

Seorang anak diantar keluarganya ke IGD


RSUD dr. Dradjat Prawiranegara dengan keluhan
demam. Ibu pasien mengatakan anaknya demam
sejak 7 hari SMRS (20/05/016). Demam yang
dirasakan timbul terutama meningkat pada sore
menjelang malam hari dan berangsur menurun
pada pagi hari. Selain demam, pasien juga
mengeluhkan kepala terasa sakit, mual serta
muntah beberapa kali setelah makan dan minum,
sehingga pasien tidak mau makan dan terlihat
lemas.

Pasien sempat dibawa ke klinik oleh orangtua nya,


di klinik pasien diberi obat penurun panas, namun
menurut ibu setelah minum obat demam tidak
kunjung turun lalu sehingga pasien dibawa
kembali ke klinik, kemudian di rujuk ke RSUD Dr.
Dradjat Prawiranegara Serang. Keluhan lain seperti
kejang, batuk, pilek, diare, mimisan, gusi berdarah
dll disangkal. BAB dan BAK lancar tidak ada
keluhan. Orangtua pasien juga mengatakan tidak
ada yang mengalami keluhan seperti pasien baik
dirumah maupun dilingkungan sekitar tetangga
pasien. Menurut ibunya, pasien sering jajan
makanan disekolah dan jarang makan dirumah,
pasien juga memang memiliki badan yang kurus,

Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama
sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang
sama sebelumnya.
Riwayat Persalinan :
Pasien anak pertama lahir secara normal ditolong oleh
bidan dengan usia kehamilan 9 bulan, berat badan lahir
3800 gr.
Riwayat Perkembangan :
Sesuai usia.
Riwayat imunisasi :
Imunisasi lengkap

Riwayat Sosial Ekonomi :


Pasien adalah anak tunggal dari Tn. N yang
bekerja sebagai buruh pengantar sembako, dan
Ny. K seorang ibu rumah tangga. Secara ekonomi,
keluarga pasien tergolong ekonomi menengah
kebawah. Pasien termasuk dalam peserta BPJS.
Riwayat Lingkungan :
Tinggal dirumah milik sendiri. Dalam satu rumah
pasien tinggal bersama bapak, ibu, nenek dan
satu orang sepupu. Terdapat 2 kamar tidur dan 1
kamar mandi. Ventilasi baik, jendela cukup,
cahaya matahari cukup masuk rumah, air minum
dan air mandi berasal dari air sumur.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum pasien tampak sakit sedang.
Kesadaran kompos mentis. Berat badan 14 kg,
tinggi badan 109,5 cm dan lingkar kepala 51 cm.
Status gizi berdasarkan BMI for age (Z Score) <
-3 SD = Gizi buruk. Tanda-tanda vital dengan
tekanan darah 90/60 mmHg, Nadi 109 x/menit,
laju napas 24 x/menit dan suhu 38,2 derajat
pengukuran pada axilla.

Status Generalis
Kepala : Normocephale
Mata
: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik
(-/-)
Hidung
: Nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)
Mulut
: Bibir kering (-), perioral sianosis (-)
Leher
: Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thorax
: Simetris, retraksi (-)
Cor
: Bunyi jantung I & II reguler, Gallop (-),
Murmur (-)
Pulmo
: Vesikuker (+/+) , rhonki (-/-), wheezing
(-/-)
Abdomen : BU (+), datar simetris
Ekstremitas :

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah pada tanggal 27 Mei 2016
pukul 18.50
1. Haemoglobin : 12,20 g/dL
2. Hematokrit : 35,00 %
3. Leukosit : 11.000 /L
4. Trombosit
: 383.000 /L
5. GDS
: 78,00 mg/dL
Pemeriksaan Anjuran
Periksa Tubex

Diagnosis Kerja
Prolonged Fever e.c Susp Thyphoid Fever
Diagnosis Tambahan
Gizi buruk
Diagnosis Banding
Demam dengue

Penatalaksanaan
Bed rest

Infus KaEN 1B 8 tpm makro


Ceftriaxone 1 x 1,2 gr drip dlm NaCl 0,9% / 50cc
Ranitidin 2 x 14 mg IV
Paracetamol 3 x 1 cth
L.Bio 2 x 1 sach
F 75 8 x 100cc
Asam folat 5 mg, selanjutnya 1 x 1 mg
Xanvit 2 x 1 cth
Vit A
ML dsp 3x
Rencana periksa Tubex

Prognosis
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam: dubia ad bonam

Hasil Pemeriksaan Penunjang

Hasil Pemeriksaan Tubex test pada tanggal 28 Mei 2016


pukul 12.21
Salmonela AG O / Tubex hasil : Positif Skala 6
Hasil Pemeriksaan Hematologi dan Kimia darah 28 Mei 2016
pukul 15.52
Hematologi
Hb
: 10,90 /L
Netrofil Segmen : 66 %
Leu
: 10.300 /L
Limfosit
: 23 %
Ht : 33,70 %
Monosit
:9%
Tr
: 354.000 /L
Eosinofil
:1%
LED
: 55,00 mm/jam Netrofil Batang : 1 %
Basofil
:0%

Kimia Darah
Gula Darah Sewaktu : 101 mg/dL
Cholesterol : 110 mg/dL
Protein Total : 6,60 g/dL
Albumin: 2,70 g/dL
Globulin: 3,60 g/dL
SGOT : 54 U/L
SGPT
: 27 U/L
Ureum : 18 mg/dL
Creatinin
: 0,37 mg/dL
Natrium: 125,50 mmol/L
Kalium : 3,42 mmol/L

ANALISA
KASUS

Apakah diagnosis sudah tepat ?


Pada kasus ini diagnosa demam tifoid, ditegakkan
berdasarkan:
1. Anamnesis
Pada teori :
Secara garis besar gejala-gejala yang timbul pada
demam tifoid dapat dikelompokkan menjadi:
Demam satu minggu atau lebih.
Gangguan saluran pencernaan.
Gangguan kesadaran.
Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala
menyerupai penyakit infeksi akut pada umumnya,
seperti demam, nyeri kepala, malaise, anoreksia,
mual, muntah, diare, konstipasi.

Pada kasus :
Seorang anak datang ke IGD RSUD dr. Dradjat
Prawiranegara dengan keluhan demam sejak 7
hari SMRS. Demam yang dirasakan timbul
terutama meningkat pada sore menjelang malam
hari dan berangsur menurun pada pagi hari.
Selain demam, pasien juga mengeluhkan kepala
terasa sakit, mual serta muntah beberapa kali
setelah makan dan minum, sehingga pasien tidak
mau makan dan terlihat lemas.

2. Pemeriksaan Fisik
Pada teori:
Dalam minggu pertama, pada pemeriksaan fisik,
hanya didapatkan suhu badan yang meningkat.
Setelah minggu kedua, gejala/ tanda klinis
menjadi makin jelas, berupa demam remiten,
lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa, perut
kembung mungkin disertai ganguan kesadaran
dari yang ringan sampai berat
Pada kasus :
Pada pasien ditemukan demam (+) suhu 38,2C
(axilla)
Mulut : Sianosis tidak ada, lidah tifoid tidak
ditemukan karena masih dalam minggu pertama.

3. Pemeriksaan Penunjang
Pada teori:
Pemeriksaan
laboratorium
untuk membantu
menegakkan diagnosis demam tifoid dibagi dalam
empat kelompok, yaitu :
1. Pemeriksaan darah tepi
Pada demam tifoid sering disertai anemia dari
yang
ringan
sampai
sedang
dengan
peningkatan laju endap darah, gangguan
eritrosit normokrom normositer. Tidak selalu
ditemukan leukopenia, sering hitung leukosit
dalam
batas
normal
dan
dapat
pula
leukositosis, terutama bila disertai komplikasi
lain.

2. Uji serologis
a.Uji Widal
Uji widal untuk menentukan adanya aglutinin dalam
serum penderita tersangka demam tifoid, semakin
tinggi titernya semakin besar kemungkinan terinfeksi
kuman ini.
b. Metode enzyme immunoassay (EIA) DOT
Uji serologi ini didasarkan pada metode untuk
melacak antibodi spesifik IgM dan IgG terhadap
antigen OMP 50 kD S. Typhi
c. Metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)
Uji ELISA yang sering dipakai untuk mendeteksi
adanya antigen S. Typhi.
d. Pemeriksaan Dipstick

e. Tes TUBEX
Merupakan tes aglutinasi kompetitif semi
kuantitatif yang sederhana dan cepat.
Ada 4 interpretasi hasil :
Skala 2-3 adalah Negatif Borderline. Tidak
menunjukkan infeksi demam tifoid. Sebaiknya
dilakukan pemeriksaan ulang 3-5 hari
kemudian.
Skala 4-5 adalah Positif. Menunjukkan infeksi
demam tifoid
Skala > 6 adalah positif. Indikasi kuat infeksi
demam tifoid

3. Pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi dan


biakan kuman
Diagnosis pasti dapat ditegakkan bila ditemukan
bakteri S. typhi dalam biakan dari darah, urine,
feses, sumsum tulang, cairan duodenum atau
dari rose spots.
4. Pemeriksaan kuman secara molekuler
Metode lain untuk identifikasi bakteri S. typhi
yang akurat adalah mendeteksi DNA (asam
nukleat) gen flagellin bakteri S. typhi dalam
darah.

Pada kasus:
Pemeriksaan Hematologi pada tanggal 27 Mei 2016
pukul 18.50
1. Haemoglobin: 12,20 g/dL
2. Hematokrit: 35,00 %
3. Leukosit: 11.000 /L
4. Trombosit: 383.000 /L
5. GDS : 78,00 mg/dL
Hasil Pemeriksaan Tubex test pada tanggal 28 Mei
2016 pukul 12.21
Salmonela AG O / Tubex hasil Positif Skala 6

Hasil Pemeriksaan 28 Mei 2016 pukul 15.52


Hematologi
Hb
: 10,90 /L
Netrofil Segmen : 66 %
Leu
: 10.300 /L
Limfosit
: 23 %
Ht
: 33,70 %
Monosit
:9%
Tr
: 354.000 /L
Eosinofil
:1%
LED
: 55,00 mm/jam
Netrofil Batang : 1 %
Basofil
:0%

Apakah Tatalaksana sudah tepat?


Pada teori:
1. Non Medika Mentosa
a) Tirah baring
b) Nutrisi yang baik
c) Cairan yang cukup yang cukup, baik secara
oral maupun parenteral
d) Kompres air hangat untuk menurunkan suhu
tubuh

2. Medika Mentosa
a) Simptomatik
b) Antibiotik ;
1. Chloramphenicol
2. Cotrimoxazole
3. Ampicillin dan Amoxicillin
4. Sefalosporin generasi ketiga

Pada kasus:
Bed rest
Infus KaEN 1B 8 tpm makro
Ceftriaxone 1 x 1,2 gr drip dlm NaCl 0,9% / 50cc
Ranitidin 2 x 14 mg IV
Paracetamol 3 x 1 cth
L.Bio 2 x 1 sach
F 75 8 x 100cc
Asam folat 5 mg, selanjutnya 1 x 1 mg
Xanvit 2 x 1 cth
Vit A

Bagaimana Prognosis nya?


Pada teori:
Prognosis pasien demam tifoid tergantung
ketepatan terapi, usia, keadaan kesehatan
sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi.
Pada kasus:
Prognosis pasien mengarah ke baik, tidak ada
komplikasi, pasien telah mendapat terapi yang
tepat meskipun disertai adanya gizi buruk namun
setelah mendapatkan terapi yang adekuat,
keadaan pasien saat ini semakin membaik. Nafsu
makan membaik, dan berat badan mulai
bertambah sedikit demi sedikit.

DAFTAR PUSTAKA
1. Soedarmo, Sumarmo S., dkk. Demam tifoid. Dalam : Buku ajar infeksi & pediatri tropis. Ed. 2.
2.

3.
4.
5.
6.
7.

8.
9.

Jakarta : Badan Penerbit IDAI ; 2008. h. 338-45.


Rezeki,
Sri.
Demam
tifoid.
2008.
Diunduh
dari
http://medicastore.com/artikel/238/Demam_Tifoid_pada_Anak_Apa_yang_Perlu_Diketahui.html.
27 juli 2015.
Pawitro UE, Noorvitry M, Darmowandowo W. Demam Tifoid. Dalam : Soegijanto S, Ed. Ilmu
Penyakit Anak : Diagnosa dan Penatalaksanaan, edisi 1. Jakarta : Salemba Medika, 2002:1-43.
Richard E. Behrman, Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin; edisi bahasa Indonesia: A Samik
Wahab; Ilmu Kesehatan Anak Nelson, ed.15. Jakarta: EGC ; 2000.
Alan R. Tumbelaka. Diagnosis dan Tata laksana Demam Tifoid. Dalam Pediatrics Update.
Cetakan pertama; Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta : 2003. h. 2-20.
Prasetyo, Risky V. dan Ismoedijanto. Metode diagnostik demam tifoid pada anak. Surabaya :
FK UNAIR ; 2010. h. 1-10.
Mohamad, Fatmawati. Efektifitas kompres hangat dalam menurunkan demam pada pasien
Thypoid Abdominalis di ruang G1 Lt.2 RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. 2012.
Diunduh
dari
http://journal.ung.ac.id/filejurnal/JHSVol05No01_08_2012/7_Fatwaty_JHSVol05No01_08_2012.p
df. 27 juli 2015.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk.
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan. 2013. Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Jakarta: Departemen
Kesehatan.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai