Anda di halaman 1dari 66

PRESENTASI KASUS

KDK + GEA dd/


Ensefalitis
ANNISA EKA NOVA WULANDARI
1102011032

Identitas Pasien
Nama

: An. MN

Tanggal Lahir
Usia

: 13 November 2015
: 8 bulan

BB

: 7,5 kg

PB

: 55 cm

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Kel. Pekayon

Masuk RS

: 4 Agustus 2016

Tanggal periksa

: 5 Agustus 2016

Anamnesis
Keluhan Utama
Kejang sejak 1 jam SMRS
Keluhan Tambahan
BAB cair 5 kali

Riwayat Penyakit
Sekarang
Pasien
datang ke IGD RSUD Pasar Rebo dengan keluhan
kejang sejak 1 jam SMRS, orang tua pasien mengatakan
saat kejang mata pasien melirik keatas dan badan lemas.
Kejang berlangsung selama kurang lebih 15 menit.
Sebelum sampai di IGD kejang sudah berulang sebanyak
3 kali. Setiap habis kejang pasien diam dan tidak
menangis.
Keluhan juga disertai dengan BAB cair sejak 1 hari SMRS,
BAB cair terdapat sedikit ampas, berwarna hijau, disertai
lendir dan tanpa darah sebanyak 5 kali. Pasien juga
mengalami demam bersamaan dengan keluhan BAB cair.
Pasien menangis tetapi tidak mengeluarkan air mata, dan
pasien sudah malas minum, cenderung lebih sering tidur .

Anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengeluhkan
keluhan yang sama sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak didapatkan adanya keluhan yang
sama dalam keluarga

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Tampak Sakit Berat

Kesadaran
Somnolen
GCS : E3 V3 M4

Tanda-tanda vital
Frekuensi Nadi: 150x/menit , dalam
Frekuensi Nafas: 38x/menit
Suhu: 40,5oC

Pemeriksaan Fisik
Kepala
Normocephal

Mulut
Sianosis per oral (-)

Mata

Leher
KGB tidak teraba membesar, trakea
tidak deviasi
Kaku Kuduk (+)

Konjungtiva anemis (-/-), Sklera


Ikterik (-/-), Refleks cahaya (+/+),
Pupil bulat isokor 3mm/3mm,
cekung (+/+)

Thorak

Hidung

Retraksi sternal (-)

Pernafasan cuping hidung (-)

Pemeriksaan Fisik
Jantung
Inspeksi
: Iktus
kordis tampak di sela
iga V mid clavicula sin
Palpasi
: Iktus
kordis teraba di sela
iga V mid-klavikula
sinistra
Perkusi
:
Batas atas jantung di
sela iga 3 garis
sternal kiri
Batas kanan jantung
di sela iga 4 garis
sternal kanan
Batas kiri jantung di
sela iga 4 garis
midklavikula kiri
Auskultasi : Bunyi
jantung I-II ireguler,
tidak ada murmur,
tidak ada gallop.

Paru
Inspeksi

Abdomen
: Bentuk

Inspeksi

Akral

Akral dingin

dada simetris kiri dan

Cembung, tidak

CRT >2

kanan, tampak

tampak adanya

Edema (-)

retraksi dinding dada

distensi

Turgor Lambat

saat bernafas
Palpasi

Auskultasi
: Tidak

teraba adanya massa


pada dinding dada
Perkusi

: Sonor

pada kedua lapang


paru
Auskultasi

nafas vesikular (+/+),


rhonki (-/-) wheezing
(-/-)

di seluruh regio
abdomen
Palpasi

supel, nyeri tekan (-),


defans muskular (-)
Perkusi

: Suara

: BU (+)

: Timpani

pada seluruh lapang


abdomen

Pemeriksaan Penunjang
Hb

4-8-2016,
17:35
13,1

10,8 12,8 g/dL

Ht

39

35 43%

Leukosit

16.380

5.500 15.500

Eritrosit

4.2 juta

3.6 5.2 juta

Trombosit

402.

229 553 ribu

Basofil

01

Eosinofil
Neutrofil

13

08

83

17 60

Limfosit

13

20 70

Monosit

1 11

LUC

<4

Hematologi

Batang
Neutrofil
Segmen

Nilai Rujukan

Pemeriksaan Penunjang
Kimia Klinik (04-08-2016 17:35)
pH

7.150

7.380-7.450

pCO2

10

33.0-44.0

pO2

209.0

71.0-104.0

Hct

23

37-48

HCO3 -

3.5

19.8-24.2

HCO3 standard

6.9

Negatif

BE ecf

-25.4

BE (B)

-23.20

-7 - -1

Saturasi O2

100.0

95.0-98.0

Natrium

152

135-147

Kalium

3.8

3.5-5.0

Klorida

124

98-109

Pemeriksaan Penunjang
Kimia Klinik (04-08-2016 17:35)
SGO
T

50

<54

SGP
T

27

<54

UR

113

CR

0.88

pH

7.350

7.380-7.450

pCO2

9.0

33.0-44.0

pO2

203.0

71.0-104.0

<48

Hct

24

37-48

<0.9
0

HCO3 -

5.0

19.8-24.2

HCO3 standard

10.5

Negatif

BE ecf

-20,6

BE (B)

-18,6

-7 - -1

Saturasi O2

100.0

95.0-98.0

Natrium

157

135-147

Kalium

2.5

3.5-5.0

Klorida

126

98-109

USG Abdomen (cito) (0208-2016)

Ekspertise :
USG lain : normal
Intestinal : Tampak usus udem dengan minimal peristaltik,
usus besar dilatasi. Tampak lesi ileocolica proksimal colon
descenden
Kesan : Obstruksi letak rendah

THORAX

TATALAKSANA DI IGD

Pasien kejang, mata melirik keatas (16:30) Stesolid 5mg p.r


Pasien masih kejang (16:40) Stesolid 5mg p.r
Loading Ring As 150 cc HR kuat
Propiretic 80mg p.r
Pasien kembali kejang, mata melirik keatas dan badan kaku
(16:55) Fenitoin drip 100mg

18:10
HR : 187x/min RR :40x/min Sp02 : 100%
Konsul Dr. Ellen Sp.A
Fenitoin 1st dose 450mg (tambah 50mg) , selanjutnya loading RA
75cc/jam
Koreksi biknat dosis biknat 20 mEq dalam aqua 55cc dalam 1 jam
Selanjutnya kaen 3B 10 tpm
Pro PICU , jika full Ruang biasa

Follow Up
Jumat, 5 Agustus 2016 ; 11.00
s/ Pasien sudah mulai bangun, badan kadang masih
panas tetapi sudah berkurang, kejang sudah tidak
ada, BAB cair hanya 1x tadi pagi, pasien rewel dan
haus terus
o/

KU : Sakit sedang
KS : CM
N : 153 x / mnt
R : 44 x / mnt
S : 37,8 C
Kepala : Nrmocephal
Mata : CA -/- SI -/- mata cekung -/Hidung : Pernafasan cuping hidung (-)
Mulut : Sianosis per oral (-), mukosa bibir kering
Leher : KGB (-) kaku kuduk (+)
Cor : BJ S1,2 reg M(-) G(-)
Pulmo : Vbs ka=ki, Wh-/- Rh -/Abd : Supel, BU (+), NT (-)
Extremitas : akral hanga,
Kulit : Turgor kulit baik
a/ KDK + GEA
dd/ Ensefalopati
p/ KaEn 3B 47 ml/jam
Cinam 3x250 mg
Gentamicin 2x40mg
Cibital 2x30mg
Sanmol 4x75mg
Omz 2x5mg

Tinjauan Pustaka

PENDAHULUAN
KEJANG

BUKAN PENYAKIT TETAPI


MANIFESTASI DARI SUATU
PENYAKIT

BERBAGAI PENYAKIT DAPAT MENYEBABKAN


TERJADINYA BANGKITAN KEJANG MISALNYA:

KELAINAN GENETIK DAN FAKTOR KELAHIRAN, DEMAM, INFEKSI OTAK,


TOKSIN, TRAUMA, GANGGUAN PEREDARAN DARAH, GANGGUAN
METABOLISME DAN NUTRISI,TUMOR, KELAINAN DEGENERATIF,FAKTOR
PSIKOGENIK DAN PENYEBAB YANG TIDAK DIKETAHUI DENGAN JELAS.

DEFINISI
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang
terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
di atas 38C) yang disebabkan oleh suatu
proses ekstrakranium (di luar rongga kepala).

Epidemiologi
Hal ini dapat terjadi pada 2-5 % populasi anak.
Umumnya kejang demam ini terjadi pada usia 6
bulan 5 tahun dan jarang sekali terjadi untuk
pertama kalinya pada usia < 6 bulan atau > 3 tahun.
Insidensi puncak usia 18-22 bulan
Anak laki-laki > perempuan dengan perbandingan
1,4 : 1,0.
Menurut ras maka kulit putih lebih banyak daripada
kulit berwarna.

ETIOLOGI
Belum diketahui dengan pasti
Demam sering disebabkan oleh :
- ISPA
- Radang telinga tengah
- Infeksi saluran kemih & saluran cerna
Kejang tidak selalu timbul pada suhu
yang tinggi terkadang pada suhu tidak
terlalu tinggi

FAKTOR RESIKO
Demam
Usia
Genetik
Riwayat kejang demam pada
orang tua atau saudara sekandung
Perkembangan terlambat (Malnutrisi)

PATOFISIOLOGI
KEJANG DEMAM

Peningkatan
Suhu Tubuh

Metabolisme Basal
Meningkat

Resiko Tinggi
Gangguan Kebutuhan
Nutrisi

O ke Otak
Menurun
Kejang
Demam
Kejang Demam
sederhana

TIK
Meningkat
Kejang Demam
Komplek

Resiko Injuri

Resiko Tinggi
Berulang

Gangguan Perfusi
Jaringan
Resiko Tinggi
Gangguan Tumbuh
Kembang

PATOFISIOLOGI KEJANG

PATOFISIOLOGI DEMAM-KEJANG

KLASIFIKASI KEJANG DEMAM


Kejang Demam
Sederhana (Simple Febrile
Seizure), dengan ciri-ciri
gejala klinis sebagai
berikut:
-Kejang berlangsung
singkat, < 15 menit
-Kejang umum tonik dan
atau klonik
-Umumnya berhenti sendiri
-Tanpa gerakan fokal atau
berulang dalam 24 jam

Kejang Demam Komplikata


(Complex Febrile Seizure),
dengan ciri-ciri gejala klinis
sebagai berikut:
-Kejang lama, > 15 menit
-Kejang fokal atau parsial satu
sisi, atau kejang umum
didahului kejang parsial
-Berulang atau lebih dari 1 kali
dalam 24 jam

KLASIFIKASI KEJANG DEMAM MENURUT LIVINGSTONE


Kejang Demam Sederhana
Kejang bersifat umum
Lamanya kejang berlangsung singkat ( < 15 menit)
Usia waktu kejang demam pertama kali muncul < 6 tahun
Frekuensi serangan 1-4 kali dalam satu tahun
EEG normal
Epilepsi yang di cetus oleh demam
Kejang berlangsung lama atau bersifat fokal/ setempat
Usia penderita lebih dari 6 tahun saat serangan kejang demam pertama
Frekuensi serangan melebihi 4 kali dalam satu tahun
Gambaran EEG yang dibuat setelah anak tidak normal lagi adalah
normal.

KRITERIA LIVINGSTONE
SETELAH DIMODIFIKASI
1.UMUR ANAK KETIKA KEJANG ANTARA 6 BULAN DAN 4 TAHUN
2.KEJANG HANYA SEBENTAR SAJA, TIDAK LEBIH DARI 15 MENIT
3.KEJANG BERSIFAT UMUM.
4.KEJANG TIMBUL DALAM 16 JAM PERTAMA SETELAH
TIMBULNYA DEMAM
5.PEMERIKSAAN SARAF SEBELUM DAN SESUDAH KEJANG
NORMAL.
6.PEMERIKSAAN EEG YANG DIBUAT SEDIKITNYA 1 MINGGU
SESUDAH SUHU NORMAL TIDAK MENUNJUKKAN KELAINAN.
7.FREKUENSI BANGKITAN KEJANG DI DALAM 1 TAHUN
TIDAK MELEBIHI 4 KALI

DIAGNOSIS
ANAMNESIS:
Kejang:
* Frekuensi dan lama kejang
* Kapan terjadinya
* Pertama kali atau sudah pernah
* Bila sudah pernah, saat umur berapa?
* Sifat kejang
* Gejala penyerta (muntah, lumpuh,
kemunduran fungsi kognitif)
* Kesadaran waktu kejang dan pasca kejang

DIAGNOSIS
Demam:
timbul mendadak dan lamanya, menggigil,
mengigau,
Gejala penyakit penyerta:
Mencret, muntah, sesak nafas, dll

PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Rangsang meningeal :
Pemeriksaan kaku kuduk
Tanda brudzinki I dan II
Tanda kernig
Pada kejang demam rangsangan meningeal (-)

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Refleks Neurologis
untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi
SSP ( meningitis, ensefalitis)
Refleks fisiologis

- Biseps, Triceps, KPR, APR (++ / ++)


Refleks patologis

- Babinski, Oppenheim, Chaddok, hoffman


( normal pada bayi < 18 bulan )
Pada kejang demam refleks patologis (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (Darah perifer lengkap,
elektrolit, glukosa darah)mengevaluasi
sumber infeksi atau mencari penyebab
Pungsi lumbal menyingkirkan meningitis
indikasi berdasarkan umur :
* < 12 bulan sangat dianjurkan
* 12 18 bulan dianjurkan
* > 18 bulan tidak rutin

Elektroensefalografi
kejang demam yang tidak khas
(anak > 6th , kejang demam fokal)
CT-Scan atau MRI
Tidak rutin & atas indikasi:
- kelainan neurologik fokal yang menetap
- parese N.VI
- Papil edema

PENATALAKSANAAN
PADA PENATALAKSANAAN KEJANG DEMAM
ADA 3 HAL YANG PERLU DIKERJAKAN,YAITU :
1. PENGOBATAN FASE AKUT
2. MENCARI DAN MENGOBATI PENYEBAB
3. PENGOBATAN PROFILAKSIS TERHADAP
BERULANGNYA KEJANG DEMAM

PENGOBATAN
Anti Piretik
* Parasetamol 10-15 mg/kgbb/kali
* Ibuprofen 5 -10 mg/kgbb/kali
Anti Konvulsan
* Diazepam oral 0.3-0.5 mg/kgbb
* Diazepam rectal 0.5 mg/kgbb
BB<10Kg:5mg; >10Kg:10mg

Jika kejang tidak teratasi dapat diulang dengan


cara dan dosis yang sama dengan interval 5 menit
Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih
tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Dan
diberikan diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgbb
Bila kejang belum berhenti diberikan fenitoin 10-20
mg/kgbb/kali dengan kecepatan 1 mg/kgbb/menit atau
kurang dari 50 mg/menit.
Kejang berhenti Dosis selanjutnya 4-8
mg/kgbb/hari, yaitu 12 jam setelah dosis awal
Kejang belum berhenti rawat di ruang intensif.

RUMATAN
Fenobarbital 3 4 mg/kgBB/hari dibagi 2
dosis
Asam Valproat 15-40 mg/kgBB/hair dibagi 2-3
dosis
DOC : Asam Valproat
Pengobatan profilaksis /rumatan diberikan
selama 1 tahun bebas kejang, dihentikan
bertahap selama 1 2 bulan

INDIKASI RUMATAN
Kejang > 15 menit
Kelainan neurologis
Kejang fokal
Rumat dipertimbangkan pada keadaan:
- Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam
- Kejang demam pada bayi < 12 bulan
- Kejang demam 4 kali per tahun

BAGAN PENATALAKSANAAN KEJANG


SEGERA DIBERIKAN DIAZEPAM INTRAVENA
ATAU DIAZEPAM REKTAL
DIAZEPAM :
DOSIS RATA-RATA 0,3-0,5MG/KGBB/KALI (iv) ATAU
DOSIS <10 KG: 5 MG REKTIOL
>10 KG : 10 MG REKTIOL
BILA KEJANG TIDAK BERHENTI DAPAT DIULANG
CARA DAN DOSIS YANG SAMA DENGAN INTERVAL 5 MNT
KEJANG (+) ------ DIAZEPAM 0,3-0,5 MG/KGBB/HARI (iv)
KEJANG (+)

KEJANG (+)
RAWAT ICU

FENITOIN 10-20 MG/KGBB/KALI (IV, BOLUS)

KEJANG (-)
RUMATAN
Fenobarbital 3 4 mg/kgBB/hari
Asam Valproat 15-40 mg/kgBB/hr

PROGNOSIS
Tergantung dari jenis kejang demam dan faktor resiko.
Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah:
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Tingginya suhu badan sebelum kejang
4. Cepatnya kejang setelah demam
- Ada seluruh faktor resiko kejang demam berulang
80%.
- Tidak ada faktor resiko kejang demam berulang 1015%

Faktor resiko lain adalah terjadinya epilepsi


dikemudian hari. Faktor resiko terjadinya
epilepsi adalah:
1 Kelainan neurologis
2 Kejang demam kompleks
3. Riwayat epilepsi dalam keluarga

Ad vitam : Bonam
Ad functionum : Bonam
Ad sanationum : Bonam

Pengertian
Gastroenteritis ialah keadaan frekuensi buang air besar
lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak
dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau
dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997).
Gastroenteritis merupakan suatu peradangan yang biasanya
disebabkan baik oleh virus maupun bakteri pada traktus
intestinal (Guyton & Hall, 2006).

Klasifikasi

Diare cair akut


Diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya
kurang dari 7 hari)
Pengeluaran tinja yang lunak atau cair yang sering dan
tanpa darah, mungkin disertai muntah dan panas.
Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan
dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi
penderita diare.

Disentri
Diare yang disertai darah dengan atau tanpa lendir
dalam tinjanya.
Akibat disentri adalah anoreksia, penurunan berat
badan dengan cepat, kerusakan mukosa usus
karena bakteri invasif.

.
.
.
e
u
n
i
t
n
Co

Diare persisten
Diare yang mula-mula bersifat akut namun
berlangsung lebih dari 14 hari.
Episode ini dapat dimulai sebagai diare cair
atau disentri.
Akibat diare persisten adalah penurunan
berat badan dan gangguan metabolisme.

Diare dengan masalah lain


Anak yang menderita diare (diare akut dan
persisten) mungkin juga disertai dengan
penyakit lain seperti demam, gangguan gizi,
atau penyakit lainnya.
Tatalaksana penderita diare ini berdasarkan
acuan baku diare dan tergantung juga pada
penyakit yang menyertainya.

Etiologi

1. Faktor infeksi
Infeksi enteral : infeksi
bakteri, infeksi virus,
infeksi parasit,
protozoa, jamur
Infeksi parenteral :
infeksi diluar alat
pencernaan makanan
seperti otitis media akut
(OMA)
tonsilitis/tonsilofaringits
, bronkopeneumonia,
ensefalitis.

2. Faktor malabsorpsi
Malabsorpsi
karbohidrat :
1. Disakarida :
intoleransi
laktosa, maltosa
dan sukrosa.
2. Monosakarida :
intoleransi
glukosa,
fruktosa, dan
galaktosa.
. Malabsorpsi lemak
. Malabsorpsi protein.

Continue
!!

3. Faktor makanan
Makanan yang
menyebabkan diare
adalah makanan
yang tercemar,
basi, beracun,
terlalu banyak
lemak, mentah
(misal, sayuran),
dan kurang
matang.

4. Faktor Psikologis
Misal : rasa takut,
cemas dan stres
(jarang, tetapi dapat
terjadi pada anak
yang lebih besar).

Patogenesis
Mekanisme dasar yang menyebabkan
timbulnya diare:
1.Gangguan osmotik
Makanan/zat yang tidak dapat diserap tekanan osmotik dalam
rongga usus pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga
usus.
Isi rongga usus yang berlebihan merangsang usus untuk
mengeluarkannya diare osmotik

2. Gangguan sekresi
Rangsangan tertentu (toksin) pada dinding usus peningkatan
sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus diare
sekretorik timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan diare.
Bila peristaltik usus menurun bakteri tumbuh berlebihan
diare

Patogenesis Diare
Masuknya jasad renik yang masih hidup
kedalam usus halus setelah berhasil
melewati rintangan asam lambung

Jasad renik tersebut berkembang biak


(multiplikasi) di dalam usus halus

Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin


diaregenik)


Diare akut

Bila diare melanjut sampai


2 minggu/lebih, kehilangan BB atau tidak
bertambah selama masa tersebut

Diare kronik

Bila diarenya menetap dalam 2 minggu/lebih dan


disertai gangguan pertumbuhan

Perbaikan
Melanjutnya
Diare persisten
Mukosa
Kerusakan
Mukosa

yang
terlambat

Manifestasi
Klinik
Cengeng, gelisah, suhu tubuh
Nafsu makan biasanya tidak ada
timbul diare
Tinja cair mungkin disertai lendir dan atau darah
Warna tinja kehijau-hijauan (tercampur empedu)
Anus dan daerah sekitarnya lecet (sering defekasi)
Muntah (sebelum/sesudah diare) lambung
meradang atau ketidakseimbangan asam basa dan
elektrolit
Kehilangan banyak cairan dan elektrolit
dehidrasi (berat badan , turgor kulit berkurang,
mata dan ubun-ubun besar cekung, selaput lendir
bibir dan mulut serta kulit tampak kering).

Komplikasi
Dehidrasi (Ringan, sedang, berat, hipotonik,
isotonik atau hipertonik)
Renjatan hipovolemik
Hipokalemia
(meteorismus,
hipotoni,
bradikardia, perubahan EKG)
Hipoglikemia
Intoleransi laktosa sekunder defisiensi
enzim laktase
Kejang
MEP

Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan Tinja

.Makroskopis dan mikroskopis.


.pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan
tablet dinistest, bila diduga terdapat intoleransi gula.
.Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji
resistensi.

2. Pemeriksaan Darah

.pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit ( Natrium,


Kalium, Kalsium, dan Fosfor ) dalam serum untuk
menentukan keseimbangan asama basa.
.Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.

3. Intubasi Duodenum ( Doudenal Intubation )


4. Riwayat alergi pada obat-obatan

Penatalaksanaan GE

Penilaian derajat dehidrasi

Tanda Dehidrasi

Pemberian cairan pada diare


dehidrasi murni

1. Jenis Cairan
a. Cairan rehidrasi oral
Formula lengkap, mengandung
NaCl, NaHCO3, KCl, dan
Glukosa
Formula sederhana, hanya
mengandung NaCl dan sukrosa
atau karbohidrat lain.

2. Jalan pemberian cairan


Peroral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa
dehidrasi dan bila anak mau minum serta kesadaran
baik.
Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa
dehidrasi, tetapi anak tidak mau minum, atau
kesadaran menurun.
Intravena untuk dehidrasi berat.

3. Jumlah cairan
Jumlah cairan yang hilang didasarkan pada berat badan
dan usia anak.

Tatalaksana/ Pengobatan
Tanpa Dehidrasi

Ringan

Sedang

Berat

1. Cairan rumah
tangga
(seperti air
tajin, air teh
manis, dsb)
sepuasnya
dengan
perkiraan 40
ml/kg BB/
setiap kali BAB
2. ASI
3. oralit diberikan
tiap bab atau
muntah
dengan dosis :
. < 1 tahun :
50-100 cc
. 1-5 tahun :
100-200 cc
. > 5 tahun :

( 5% ): 50
ml/kg( 4 6
jam pada bayi )
( 3% ): 30
ml/kg( 4 6
jam pada anak
besar )
Beri cairan
oralit 30 ml / kg
BB dalam 3 jam
pertama,
selanjutnya 10
ml / kg BB atau
sepuasnya
setiap kali BAB
Bisa peroral,
NGT,
parenteral.

( 5 10% ): 50
100 ml /kg( 4
6 jam pad
bayi )
( 6% ) : 60
ml/kg( 4 6
jam pada anak
besar )
Beri cairan
oralit 100 ml /
kg BB dalam 3
jam pertama,
selanjutnya 10
ml / kg BB atau
sepuasnya
setiap kali BAB
Bisa peroral,
NGT,
parenteral.

1. rehidrasi
parenteral
dengan
cairan RL
atau ringer
asetat 100
cc/kgBB :
. < 1 tahun :
30 cc/kgBB
dalam 1 jam
I, 70 cc/kgBB
dalam 5 jam
. > 1 tahun :
30 cc/kgBB
dalam jam
I, 70 cc/kgBB
dalam 2
jam

Penatalaksanaan lainnya
1. Asupan Makanan
intake
nutrsi
dipertahankan,
untuk
meningkatkan daya tahan tubuh, bila pasien
anak-anak dipertahankan ASI, Susu formula
(bila tidak alergi), susu khusus bila ada
indikasi tertentu, makanan pendamping ASI
dipertahankan
2. Obat obatan
Prinsip
pengobatan
diare
adalah
menggantikan cairan yang hilang melalui
tinja dengan atau tanpa muntah, dengan
cairan yang mengandung elektrolit dan

Obat-obatan
1. Obat anti sekresi
Asetosal
Dosis : 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30 mg.
Klorpromazin
Dosis : 0,5-1 mg/kgBB/hari
2. Obat anti spasmolitik
Papaverine, ekstrak beladona, Opium,
Loperamide tidak untuk diare akut.

Lanjutan
!!

3. Obat pengeras tinja


Kaolin, pektin, charcoal, tabonal tidak ada manfaatnya
untuk mengatasi diare.
4. Antibiotika
Tidak diperlukan kecuali :
Kolera, diberikan tetrasiklin 25-50 mg/kgBB/hari.
Campylobacter,
diberikan
eritromisin
mg/kgBB/hari.

40-50

Anda mungkin juga menyukai