Anda di halaman 1dari 14

Tata Cara

Penghitungan PPh
Pasal 21
PEMBAYARAN GAJI DAN HONORARIUM,
SELAIN KEPADA PEJABAT NEGARA,
PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS), DAN
TNI/POLRI

WAJIB PAJAK PPh Pasal 21 Selain


Pejabat Negara, PNS, dan TNI/POLRI
Penghasilan
Teratur
Pegawai Tetap

Wajib Pajak

Pegawai Tidak
Tetap atau Tenaga
Kerja Lepas
Bukan Pegawai

Peserta Kegiatan

Penghasilan Tidak
Teratur

Tata Cara Penghitungan PPh Pasal


21 bagi Pegawai Tetap
Menghitung
penghasilan bruto
yang diterima secara
teratur (gaji,
tunjangan, lembur,
dsb)

Apabila pajak tidak


didasarkan atas masa
gaji sebulan, maka
harus dijadikan
penghasilan bulanan
terlebih dahulu

Premi dan asuransi


yang dibayarkan
instansi pemerintah
digabungkan dengan
penghasilan bruto

Menghitung
penghasilan neto
dengan
mengurangkan iuran
yang dibayar sendiri
oleh pegawai dari
penghasilan bruto

Menghitung PPh
Pasal 21 terutang
dengan tarif pasal 17
ayat (1)

Menghitung
penghasilan neto
setahun, kemudian
mengurangkan PTKP
untuk mendapatkan
nilai Penghasilan
Kena Pajak

Contoh
Penghitungan
Amalia pada tahun 2016 bekerja
pada Universitas Brawijaya sebagai
Pegawai Tetap Non PNS dengan
memperoleh
gaji
sebulan
Rp3.750.000,00 dan membayar iuran
pensiun sebesar Rp 100.000,00.
Amalia belum menikah. Pada bulan
Januari penghasilan Amalia dari
Universitas Brawijaya hanya dari
gaji. Penghitungan PPh Pasal 21
bulan Januari adalah sebagai berikut:

Contoh
Penghitungan
Sejak Bulan Februari tahun 2016, Ifana
bekerja
pada
Dinas
Komunikasi
dan
Informatika sebagai Pegawai Tetap Non PNS
dengan
memperoleh
gaji
sebulan
Rp3.500.000,00 dan membayar iuran pensiun
sebesar Rp 100.000,00. Status Ifana adalah
menikah tanpa anak. Berdasarkan surat
keterangan dari pemerintah daerah tempat
Ifana berdomisili, diketahui bahwa suaminya
tidak mempunyai penghasilan apapun. Pada
bulan Juli tahun 2016 selain menerima
pembayaran gaji, Ifana juga menerima
pembayaran lembur (overtime) sebesar
Rp1.200.000,00. Penghitungan PPh Pasal 21
bulan Juli tahun 2016 adalah sebagai berikut:

Tata Cara Penghitungan PPh Pasal 21 bagi


Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas
Tentukan jumlah
upah/uang saku harian,
atau rata-rata
upah/uang saku yang
diterima atau diperoleh
dalam sehari
Upah/uang saku harian
atau rata-rata
upah/uang saku harian
belum melebihi
Rp300.000,00 dan
kumulatif sebulan
belum melebihi
Rp3.000.000,00

Tidak ada PPh Pasal 21


yang harus dipotong.

Upah/uang saku harian


atau rata-rata
upah/uang saku harian
melebihi Rp300.000,00
dan kumulatif sebulan
belum melebihi
Rp3.000.000,00
PPh Pasal 21 yang
dipotong sebesar
upah/uang saku harian
atau rata-rata
upah/uang saku harian
dikurangi
Rp300.000,00,
dikalikan 5%

Jumlah upah kumulatif


dalam bulan kalender
melebihi
Rp3.000.000,00 dan
kurang dari
Rp8.200.000,00
PPh Pasal 21 yang
dipotong sebesar
upah/uang saku harian
atau rata-rata
upah/uang saku harian
dikurangi PTKP,
dikalikan 5%

Jumlah upah kumulatif


dalam bulan kalender
melebihi
Rp8.200.000,00

PPh Pasal 21 dihitung


dengan menerapkan
tarif Pasal 17 ayat (1)
huruf a UU PPh

Contoh
Penghitungan

Bintang dengan status belum menikah pada


bulan Januari Tahun 2016 bekerja sebagai
mandor
pada
proyek
swakelola
pemeliharaan
jalan
dan
jem-batan
Pemerintah Kota Malang yang dilakukan
oleh Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan,
dan Pengawasan Bangunan. Bintang bekerja
selama 10 hari dan mendapatkan upah
harian sebesar Rp300.000,00. Penghitungan
PPh Pasal 21 bulan Januari tahun 2016
adalah sebagai berikut:

Contoh
Penghitungan

Cahyo Pamungkas (belum menikah) pada bulan


Maret 2016 bekerja pada proyek swakelola
pembangunan jaringan internet Kota Malang
yang dikelola oleh Dinas Komunikasi dan
Informatika, dengan upah harian sebesar
Rp500.000,00. Penghitungan PPh Pasal 21 bulan
yang bersangkutan adalah sebagai berikut:

Pada hari kerja ke-8 dan seterusnya dalam


bulan kalender yang bersangkutan, jumlah PPh
Pasal 21 per hari yang dipotong adalah:
Pada hari ke-7 dalam bulan kalender yang
bersangkutan,
Cahyo Pamungkas telah
menerima
penghasilan
sebesar
Rp3.500.000,00, sehingga telah melebihi
Rp3.000.000,00. Dengan demikian PPh Pasal
21 atas penghasilan Cahyo Pamungkas pada
bulan Maret 2016 dihitung sebagai berikut:

Contoh Penghitungan
(upah satuan)
Dante adalah seorang tukang mebel.
Dinas
Pendidikan
Kota
Malang
mempunyai proyek swakelola pengadaan
meja
untuk
siswa
sekolah,
dan
menggunakan jasa Dante sebagai tukang
mebel yang dibayar berdasarkan jumlah
meja siswa yang telah jadi. Upah yang
diterima Dante untuk setiap meja yang
telah jadi adalah sebesar Rp300.000,00
dan dibayarkan tiap minggu. Dalam satu
minggu
(6
hari
kerja),
Dante
menyelesaikan 8 buah meja siswa dengan
upah Rp2.400.000,00. Penghitungan PPh
Pasal 21 adalah sebagai berikut:

Contoh Penghitungan
(upah borongan)
Mirah mengerjakan disain interior
kantor
Sekretaris
Daerah
Kota
Malang dengan upah borongan
sebesar Rp2.500.000,00, pekerjaan
diselesaikan
dalam
4
hari.
Penghitungan PPh Pasal 21 adalah
sebagai berikut:

Tata Cara Penghitungan PPh Pasal 21 untuk Orang


Pribadi yang Berstatus sebagai Bukan Pegawai
Memiliki NPWP
Imbalan
Berkesinambungan
Tidak Memiliki NPWP
WP Orang Pribadi Bukan
Pegawai

PPh Pasal 21 dihitung


sesuai dengan Pasal 17
ayat (1) huruf a UU PPh.
PKP adalah sebesar 50%
dari jumlah penghasilan
bruto dikurangi PTKP
per bulan
PPh Pasal 21 dihitung
sesuai dengan Pasal 17
ayat (1) huruf a UU PPh
atas jumlah kumulatif
50% dari jumlah
penghasilan bruto tahun
kalender yang
bersangkutan

Memiliki NPWP

PPh Pasal 21 dihitung


sesuai dengan Pasal 17
ayat (1) huruf a UU PPh
atas 50% dari jumlah
penghasilan bruto

Tidak Memiliki NPWP

PPh Pasal 21 dihitung


sesuai dengan Pasal 17
ayat (1) huruf a UU PPh
atas 50% dari jumlah
penghasilan bruto, dikali
120%

Imbalan Tidak
Berkesinambungan

Contoh Penghitungan
(imbalan tidak berkesinambungan)
Joko melakukan jasa perbaikan
peralatan
medis
pada
Dinas
Kesehatan Kota Malang dengan
bayaran sebesar Rp8.000.000,00.
Penghitungan PPh Pasal 21 adalah
sebagai berikut:

Dalam hal Joko tidak memiliki NPWP


maka besarnya PPh Pasal 21 yang
terutang menjadi sebesar:
120% x 5% x 50% x Rp8.000.000,00 =
Rp240.000,00

Tata Cara Penghitungan PPh Pasal 21 bagi


Peserta Kegiatan
PPh Pasal 21 dihitung dengan menerapkan tarif Pasal
17 ayat (1) huruf a UU PPh atas jumlah penghasilan
bruto untuk setiap kali pembayaran yang bersifat utuh
dan tidak dipecah, yang diterima oleh peserta kegiatan.

Contoh Penghitungan
(peserta kegiatan)
Hendra adalah seorang atlet bulu
tangkis yang mengikuti Pekan Olah
Raga Daerah (PORDA) Jawa Timur
Tahun 2015. Di akhir kejuaraan,
Hendra berhasil mengalahkan semua
lawannya dan menjadi juara cabang
olah raga bulu tangkis tunggal pria,
dan
menerima
hadiah
sebesar
Rp75.000.000,00. PPh Pasal 21 yang
terutang atas hadiah kejuaraan
tersebut adalah:

Anda mungkin juga menyukai