Anda di halaman 1dari 26

HUKUM

MENDEL

Selama abad 19 berkembang konsep tentang


heriditas Lamarck
Hipotesa Darwin Pangenesis
germ sel mengandung semua komponen sel dari
keseluruhan tubuh, yang artinya materi genetik
pada germ sell sama dengan materi genetik yang
ada pada tubuh
Konsep maternal.>< Paternal

EKsperiment Darwin

fenotif suatu tanaman (Pisum sativoum), yang


memiliki sifat
bentuk biji (bundar& keriput),
Warna Biji (Kuning& hijau),
Warna bungga (Putih &merah-unggu),
Perbedaan Bentuk polong (Mengembung & keriput),
Perbedaan kedudukan bunga (Aksial dan terminal)
serta
perbedaan tinggi Tanaman.

Pada tahap awal Mendel Mengisolasi semua jenis


tanaman tersebut dalam tempat yang terpisah dan
melakukan seleksi fenotif (galur murni)
Kemudian dilakukan uji peryerbukan buatan antar
varietas untuk mendapatkan filial pertamanya
berdasarkan pasangan tetuanya. Selanjutnya F1
tersebut ditanam kembali dan dibiarkan terjadi
peryerbukan secara alami untuk mendapatkan F2.
berdasarkan sifat sifat yang muncul dari F2, sifat F3,
dari perkawinan antar F 2. dsb, Mendel menyusun
teori hereditasnya.

Gregor mendel mengembangkan konsep sistim


hereditas dari suatu ekprimen,
bahwa material heriditas berasal dari kedua
induknya (Maternal-Paternal) dalam bentuk unit
terpisah
dimana akan berekspresi dalam anakan pada
generasi berikutnya.
Dari hasil penemuan tentang konsep hereditas ini
mendel disebut sebagai peletak pertama konsep
genetika

hipotesa mendel

Informasi untuk semua sifat (Warna) adalah


faktor tertentu yang diwariskan oleh (Gen)
Gen berada dalam bentuk berpasangan
yang disebut alel.
Pada organisme diploid, alel dominan suatu
gen mungkin menutupi ekspresi alel resesif

Mc Lord ,Avery dan dan Mc Carty.


Disebut sebagai tonggak kedua perkembangan ilmu
genetik karena penjelasannya bahwa gen itu adalah
DNA.
DNA merupakan senyawa nukleotida yang mampu
mengadakan self reproduktif menghasilkan copi
duplikasi
Struktur DNA berhasil ditemukan seiring dengan
perkembangan miskroskop elektron
Watson dan Crik menunjukkan model heliksrangkap dari DNA.

Sifat Pewarisan materi


genetik

Hukum Mendel I & II


Penjelasan lebih lanjut

Bentuk aksi gen dalam


pewarisan suatu fenotif

Dilihat dari jumlah gen pengaur

Aksi gen Tunggal

fenotif

Aksi dua gen

aditif

komplet

Tidak komnplit

Aksi banyak gen

epistatik

GENETIKA IKAN
Ikan memiliki varisi fenotif yang beragam. Ada dua tipe variasi
fenotif:
Kuantitati variasi, variasi fenotif yang terukur; panjang, berat.
Kualitatif variasi, variasi fenotif yang tidak terukur, disebut
juga sebagai fenotif (warna, spot, miror dll)
Kualitatif fenotif sering disebut sebagai genetik mendel..
Gen bisa berada dalam autosom maupun kromoson sex,.
Secara umum Ekspresi gen autosom terdiri atas:
Aditif
: tiap alel menghasilkan efek fenotif yang seimbang
Non adiftif : apabila salah satu alel menghasilkan ekpresi fenotif
yang lebih kuat dari alel yang lain

WARNA IKAN
Pada ikan warna yang muncul merupakan pengabungan dari
beberapa tipe pigmentasi:

pigmen hitam dan melanin ada pada melanophore


pigmen kuning ada pada xanthophore
pigmen merah ada pada erythophore
pigmen silver ada pad iridocyte pada sel ephithel
biru pada guanophore

ikan yang kekurangan pigmen melanin/ hitam, terjadi


reduksi/ pengurangan pigmen yang lain sehingga akan
berwarna putih/pale cream dan ikannya disebut sebagai
albino.

BENTUK AKSI GEN


SINGLE GENOTIF
COMPLET DOMINAN

Aksi dominan muncul jika suatu alel berekspresi


lebih kuat dari alel lainnya. Alel yang memiliki
ekspresi lebih kuat disebut dominan,
sedang yang ekspresinya lemah disebut resesif.
Jika bentuk aksi gen bersifat komplet dominan,
maka hanya ada dua feotif,

Ikan F1 akan menghasilkan ikan berwarna (heterozigot) dan albino,


apabila dikawinkan sesamannya. F2 terdiri dari 3 genotif dan 2
fenotif, dominasi alel warna terhadap alel resesif albino terlihat pada
genotif heterozigot Aa yan menghasilkan fenotif ikan berwarna .

(warna)

AA
AA

><

aa (albino)
Aa

(F1)
>< Aa

F2 (3:1)

AA

Aa

aa

Non komplit dominan

Adalah bentuk dominasi alel


dominan terhadap alel resesif,
tetapi tidak cukup mempengaruhi
fenotif pada kondisi genotif
hetorozigot. Gen yang memiliki
alel non komplit dominan
menghasilkan 3 genotif dan
fenotif.

Pada kondisi heteozigot kedua


alel saling mempengaruhi
membentuk fenotif baru.
Mendekati gen dominan Contoh:
pada ikan Siamese finging fish.

C. Aditif

Sifat ini muncul Jika kedua alel sama sama dominan. Kontribusi
pengaruh kedua alel dalam kondisi seimbang terhadap fenotif.
Fenotif Heterozigot adalah intermediat antara dua fenotif homozigot.

Aksi Dua Gen pada Autosom


Jika dua atau lebih gen independen (autosom), masing2
gen mempengaruhi fenotif, gen tersebut bisa merupakan
bagian dari fenotif atau kombinasi fenotif. Tiap gen
diwariskan secara independen,
DOMINAN
G menghasilkan grey guppies, resesif alel g menghasilkan gold
gupy. Gen Cu mempengaruhi bentuk spine, Cu alel dominan
untuk normal spine, resesif alel cu menghasilkan bentuk spine
curvatur.

B.

Aditif
Interaksi gen aditif dengan 2 atau lebih loci yang sama dengan aksi
gen tungal. maka ada lebih banyak kemungkinan fenotif karena ada
banyak kemungkinan genotif.

Apabila kita mengawinkan dua heterozigot Mm,Nn, frekwensi


fenotif anaknya adalah (Lihat tabel Punet)
..1: 4: 6: 4:1 ( IVb : Iva: III: II: I)
Genotif : 1:2:2:4:1:2:1:2:1

Epistatik

Epistatic adalah interaksi alel dari dua loci atau lebih yang
menghasilkan fenotif yang berbeda dengan produk gen itu
sendiri. Jika kombinasi spesifik alel dari 2 gen menghasilkan
suatu fenotif, maka interaksi normal antara 2 loci menghasilkan
F2. 9:3:3:1 (Lihat tabel Punnet). Jika ada model interaksi
epistatic jumlah fenotif yang muncul berkurang menjadi 2 atau 3
tergantung tipe epistaticnya.

Dominan epistatik

Jika alel dominan pada satu lokus (lokus epistatik), menghasilkan suatu
fenotif tertentu (Khas), Gen kedua dapat berekspresi menghasilkan fenotif
jika locus pertama(epistatik) resesif homozigot. Gen kedua ini
menghasilkan dua fenotif tambahan. Rasio fenotif dominan epistatic F2.
12:3:1 (tabel punnet)

Contoh: kejadian albino pada ikan Goldfish. Yang di kontrol oleh


dominan epistatic. Gen M adalah lokus epistatik mengekspresikan
dark goldfish, jika lokus M homozigot (mm), lokus S dapat
menghasilkan pewarnaan light(SS dan Ss) dan albino (ss), jika
dua ikan heretozigot dikawinkan (Mm,Ss) maka:

Rasio Fenotif
Genotif

:12:3:1 (Drak, light, albino)


: 1:2:2:4:1:2:1:2:1

Tipe sisik ikan mas diatur oleh gen S dan N dengan aksi gen dominan
epistatik terhadap gen N, (dominan epistatik lethal). Jika N lokus
homozigot maka ikan mati.
Gen S complet dominan terhadap s. Resesif fenotif diatur oleh alel s
dimana akan terjadi penurunan jumlah sisik dan pembesaran sisik
(miror).
Satu alel N merubah sisik ikan menjadi pola garis (leather).
Satu alel S dan N meyebabkan sisik terbatas pada dorsal, ventral dan
lateral line)

C.2. Resesif epistatik

Terjadi jika genotif resesif pada suatu lokus (lokus


epiststik) menekan ekspresi fenotif lokus lain, genotif
pada lokus kedua hanya dapat berekspresi jika ada alel
dominan pada lokus epistatik(pertama)

Contoh pada warna bola mata ikan Mexican, warna


black, brown dan pink pada mata ikan ini diatur oleh gen
ab dan bw. ab lokus epistatik, abab menghasilkan genotif
warna mata pink tampa memperdulikan alel bw, suatu
alel dominan ab(+) diikuti bw menghasilkan fenotif
warna mata brown.

Tabel . Punnet square.


Rasio fenotif F2

Tipe gen aksi


Single autosom gene

3:1

Complet dominan

1:2:1

Incomplite dominan: additiv: codominan


Two autosomal genes, each producing different phenotypes

9:3:3:1

Two genes with complete dominan

3:6:3:1:2:1

Two genes : one complete dominance; the other with either


additive, incomplete dominan or codominn gene action
1:2:1:2:4:2:1:2:1 Two genes, any combination of genes with additive,
codominant or incomplete dominan gene action
Two autosomal genes producing the phenotype thraugh additive interaction
1:4:6:4:1

additive

Two autosomal genes producing the phenotype through epistatik interaction


12:3:1

dominan epistasis

9:3:4

recessive epistasis

9:6:1

duplicate genes with cumulative effects

15:1

duplicate dominace genes

9:7

Duplicate recessive

13:3

Dominan and recessive interaction

Anda mungkin juga menyukai