Anda di halaman 1dari 191

Dr Hasrulliana Ningsih W SpKK

Bagian / SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin


RSU HAJI
Surabaya

PENDAHULUAN
URETRITIS (PRIA)

URETRITIS GO

URETRITIS NON GO

URETRITIS SPESIFIK
URETRIRIS
NON SPESIFIK

Tanda uretritis
Subjektif:

Nyeri kencing ringan-berat


Keluar cairan jernih nanah
Riwayat kontak seksual

Objektif:

MUE udem, erithema


Ektropion
Tampak sekret sromukous-purulent

Laboratorium

Basah lekosit > 10 400x


Gram lekosit >4 1000x

Wanita

Cervicitis.
Infeksi Saluran Genital Bawah.
Peradangan Rongga Panggul
Infeksi Genital Non Spesifik

Infeksi mula asimptomatik


Keluhan bila ada komplikasi
Faktor resiko

Pasangan mempunyai IMS


Berganti pasangan
Pernah menderita IMS
PSK
Usia Seksual aktif

FLUOR ALBUS
Fluor albus adalah cairan kental
keputihan yang keluar dari vagina
dan rongga uterus.
Sinonim : leukorrhea

PATOFISIOLOGI
Tidak semua fluor albus bersifat patologis.
Sekret vagina normal (fisiologis) bersifat :

encer tidak kental,


tidak berwarna
tidak berbau
biasanya terdapat pada forniks posterior
dipengaruhi kadar hormon

PATOFISIOLOGI
Lingkungan vagina normal
Hubungan dinamis antara Lactobacillus
acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen,
glikogen, pH vagina, hasil metabolit lain
Lacobacillus menghasilkan hidrogen peroksida
Toksik terhadap bakteri patogen
pH optimal : 3,8 4,2

PATOFISIOLOGI
Sekret vagina abnormal
Terjadi perubahan warna dan jumlah, misalnya :

Keputihan disertai rasa gatal


Sekret vagina yang bertambah banyak
Rasa panas saat kencing
Sekret vagina putih dan menngumpal
Berwarna putih keabuan atau kuning dengan bau
menusuk

Fluor albus yang patologis


dapat disebabkan oleh :
1.

2.

3.
4.

INFEKSI

Bakteri : Chlamydia,Bakterial Vaginosis dan


Gonokokus

Jamur : Candida

Protozoa : Trichomonas vaginalis

Virus : virus Herpes dan Human Papilloma virus


IRITASI

Sperma, pelicin, kondom

Sabun cuci, pelembut pakaian

Deodoran, sabun

Cairan antiseptik untuk mandi

Pembersih vagina

Celana ketat

Tissue toilet berwawarna


TUMOR ATAU JARINGAN ABNORMAL LAIN
RADIASI

Tanda Infeksi:
Subjekktif

Tanda Infeksi
Subjektif:

Nyeri kencing ringan-berat


Keluar cairan jernih nanah
Riwayat kontak seksual

Objektif:

Cerviks udem, erithema


Ektropion
Tampak sekret seromukous-purulent

Laboratorium

Gram lekosit >15 1000x


Kuman spesifik

DR. dr. HANS LUMINTANG,SpKK(K)


Bagian / SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
FK. Unair / RSU Dr. Soetomo
Surabaya

GONORE MENYERANG
PRIA

URETRA
KEL TYSON
KEL COWPER
KEL PARAURETRA
PROSTAT
EPIDIDIMIS
TESTIS

WANITA

CERVIKS
BARTHOLIN
KEL SKEIN
SALPHINX
OVARIUM
PID

CONYUNCTIVA
LARINKS
PHARINKS
RECTUM

SENDI
SEPTIKEMIA
PERICARD
DISSEMINATA

DEFINISI
Semua penyakit disebabkan Neisseria gonorrhoeae,
suatu diplokokus gram negatif
Umumnya mengenai :
Uretra
Endoserviks
Rektum
Faring
Konjungtiva
Penyebaran hematogen :
DIG (Disseminated Gonococcal Infection)

EPIDEMIOLOGI

350 juta penduduk setiap tahun terinfeksi


Gonore 60 %
Infeksi campuran
Negara maju Chlamydia> Gonore
Cofaktor HIV/ AIDS.
Yang mendapat pengobatan dan sembuh
sekitar 10 %

ETIOLOGI
GRAM NEGATIF
INTRASELULER
DIPLOKOKUS

STRAIN RESISTENSI.
NGPP (Neisseria Gonorhoeae penghasil
penisilinase)
TRNG
QRNG
ARNG

PATOGENESIS
PERLEKATAN (pili dan
protein permukaan)
SEL EPITEL MENEMBUS
JARINGAN.
PMNL
MIKRO ABSES
PENYEBARAN

KLINIS
inkubasi
Pria

: 2-5 hari

GEJALA KLINIK
INFEKSI PADA PRIA
URETRA PARS ANTERIOR

Tes Thompson

KELUHAN DISURI, URETRAL


DISCHARGE
LENDIR KEKERUHAN SAMPAI
NANAH

PEMERIKSAAN.
MUE : UDEMA, ERITEMA,
ECTROPION, DISCHARGE
PURULEN

INFEKSI PADA WANITA.


60-80% ASIMPTOMATIS.
KELUHAN :
VAGINALDISCHARGE
DISURI
INTERMENSTRUAL

BLEEDING

MENORRHAGIA
NYERI

PUNGGUNG

DIAGNOSIS
Anamnesis, klinis, laboratoris
LABORATORIUM

Cat
Cat Gram
Gram duh
duh tubuh
tubuh
Kultur
Kultur :: Thayer
Thayer martin/modifikasi
martin/modifikasi TM
TM
Tes
Tes definitif
definitif (( tes
tes Oksidase,
Oksidase, Fermentase)
Fermentase)
Tes
Tes NGPP
NGPP (Beta
(Beta laktamase,
laktamase, Yodometri,
Yodometri,
Penisilin
Penisilin discdifusion,
discdifusion, Tes
Tes Thomson
Thomson
ELISA
ELISA

Pria
:: bahan
Pria
bahan dari
dari duh
duh tubuh
tubuh uretra/sed.urine/sekret
uretra/sed.urine/sekret massage
massage prostat
prostat
Wanita
Wanita :: bahan
bahan dari
dari uretra,
uretra, srviks,
srviks, muara
muara kel.bartholin,
kel.bartholin, rektum
rektum

KOMPLIKASI
PRIA
Tisonitis
Parauretritis
Cowperitis : sakit pada perineum, disuri
Infeksi uretra pars post vesica urinaria : polakisuri,
hematuri
Prostatitis : nyeri hebat pd perineum, nyeri saat BAB, febris
Vesikulitis
Funikulitis
Epididimitis : febris, edema, kulit skrotum tanda radang (+)
Infertilitas

KOMPLIKASI
WANITA
Bartholinitis : edema labium mayus (tu. 1/3
bagian bawah), tanda radang akut
PRP jaringan parut, tuba infertilitas
Salpingitis
Diseminata : Arthritis, myocarditis,
endocarditis, pericarditis, Meningitis dan
dermatitis

Uretritis : duh tubuh mukopurulen, nyeri, panas, disuri,


polakisuri
OUE merah, edema,

Cervisitis : Asimtomatik >>


Serviks merah, erosi, sekret mukopurulen
Proktitis : Eritema, sekret/duh tubuh, pruritus (tenesmus,
perdarahan rektum)
Faringitis : Eritema, eksudat purulen, limfadenopati servikal
Konjungtivitis (gonoblenore) :
Sekret / mukopurulen, eritema

TERAPI
Pertimbangkan, efektivitas, dosis
tunggal, efek samping, tempat infeksi,
resistensi, kemungkinan infeksi C.
trachomatis bersamaan

TERAPI
Infeksi Anogenital, komplikasi (-)
ANJURAN
Siprofloksasin*
Tiamfenikol*
Ofloksasin*
Kanamisin
Spektinomisin

500mg/oral dosis tunggal


3,5g /oral dosis tunggal
400mg /oral dosis tunggal
2g intramuskuler dosis tunggal
2g intra muskuler dosis tungga

PILIHAN
Seftriakson
Sefiksin

250mg intramuskuler dosis tunggal


400mg /oral dosis tunggal

*) tak dianjurkan pada anak/remaja

TERAPI
Infeksi Anogenital, komplikasi (+)

Dosis tunggal, kemudian dosis


berganda selama 7 hari
Miningitis, endocarditis dosis sama, 4
minggu

TERAPI
Konjungtivitis GO pada Dewasa
ANJURAN
Seftriakson
Spektinomisin
Siprofloksasin
Ofloksasin

250mg intramuskuler dosis tunggal


2g intra muskuler dosis tunggal
500mg/oral dosis tunggal
400mg /oral dosis tunggal

TERAPI
Konjungtivitis GO pada Neonatus
ANJURAN
Seftriakson

50-100mg/KgBB, intramuskuler s/d max. 125mg

PILIHAN
Kanamisin
25mg/KgBB intramuskuler s/d max. 75mg
Spektinomisin 25mg/KgBB intramuskuler s/d max. 75mg
Pantau dalam 48 jam
PENCEGAHAN :
Sesudah lahir mata dibersihkan tetesi Nitras argensi
1% atau salep tetrasiklin 1%
Ibu Go (+) bayi beri Seftriakson 50mg/KgBB,
intramuskuler s/d max. 125mg
Pilihan : Kanamisin
Spektromisin

DR. dr. HANS LUMINTANG,SpKK(K)


Bagian / SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
FK. Unair / RSU Dr. Soetomo
Surabaya

URETRITIS NON GONOKOKAL


NON GONOKOKAL GENITAL
INFEKSI
TANDA KLINIS URETRITIS
URETRAL DISCHARGE
DISURI
GATAL PADA UJUNG URETRA
TANDA PATOGNOMONIK DITEMUKANNYA
PMNL5 ATAU LEBIH PADA PRIA
PMNL 15 ATAU LEBIH PADA WANITA.
TIDAKJ DITEMUKAN N.GONORRHOEA

PENYEBAB:

SPESIFIK
Chlamydia trachomatis.
Ureaplasma urealyticum
Trichomonas vaginalis
Jamur
Herpes Simplex
Adenovirus
Haemophilus sp
Bacteriodes urealyticum
NON SPESIFIK

DR. dr. HANS LUMINTANG,SpKK(K)


Bagian / SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
FK. Unair / RSU Dr. Soetomo
Surabaya

PENDAHULUAN
Chlamydia trachomatis terdiri dari 15 serovars :
A, B, Ba, C : penyebab trachoma
D, E, F, G, H, I, J, K : penyebab infeksi saluran
genital,conjungtivitis, pneumonia infantile
L1, L2, L3, penyebab LGV (Limfogranuloma
venereum)

EPIDEMIOLOGI
Th. 1997 : > 500.000 kasus (200/100.000
penduduk)
Amerika Serikat : 3-4 juta kasus/tahun
WHO: 90 juta kasus

PENYEBAB
Chlamydia trachomatis serovar D,E,F,G,H,I,J
Mempunyai dinding sel dan membran sel
Sitoplasma mengandung DNA & RNA
Multiplikasi hanya pada sel (intraseluler obligat)
Membentuk inklusi dalam sitoplasma
Antigen : MOMP (mayor outer membrane protein),
lipopolisakarida, HSP (heat shock protein)
Menyebabkan respon imun : pembentukan antibodi dan
imunitas seluler

CHLAMYDIA TRACHOMATIS.

Proses masuk kedsalam sel :


1. Elementari Bodi melekat dalam sel
2. Masuk kedalam sel
3. Berfubah menjadi retikulate bodi (bertumbuh dan
berkembang biak)
4. Berubah menjadi Elementari bodi
5. Dilepaskan untuk menginfeksi.

INFEKSI CHLAMYDIA
PADA PRIA
Simptomatik : 25% kasus
Gejala lebih ringan dari gonore

discharge uretra
Dysuria
Epididymitis
prostatitis.

Bisa menyebabkan infertilitas


Inkubasi :7-21 hari

INFEKSI CHLAMYDIA
PADA PRIA
Pria dg NSU (non spesific uretriris) : 30-50% karena
Chlamydia
Sering ko-infeksi dengan Gonorrhoe (15-35%)
80% menjadi Reiters syndrome

Uretritis
Arthritis / atralgia
Lesi mukokutaneus
Conjungtivitis
+/- gx sistemik : panas, myalgia, anoreksia, BB turun

BENTUK KLINIK LAIN

EPIDIDYMITIS
PROSTATITIS
PROCTITIS
REITER SYNDROM

INFEKSI CHLAMYDIA PADA


SAL GENITAL WANITA
Sering asimptomatik : 60-80%
Gejala :

vaginal discharge purulent


servicitis mukopurulen
nyeri perut bawah
post coital/intermenstrual bleeding
Dysuria
pelvic inflammatory disease (PID)

Bisa menyebabkan kehamilan ekstra uterine (KET),


infertilitas, cervical celluler atypia

CERVICITIS

Menyerang epitel silindris serviks


Sulit dibedakan dengan proses inflammasi lain pada serviks
Gejala :
discharge mukopurulent
hypertrophic ectopia
postcoital bleeding
spotting
Kriteria dugaan cervicitis :
hapusan serviks PMN > 15 plp
eritema, edema, mudah bleeding
C. trachomatis serotype G bisa berkembang menjadi squamous cell
carcinoma (SCC)

INFEKSI
CHLAMYDIA TRACHOMATIS
GENITALIA WANITA

BENTUK KLINIK LAIN

BARTHOLINITIS
ENDOMETRITIS
SALPINGITIS
PERIHEPATITIS

PELVIC INFLAMMATORY
DISEASE (PID)
Merupakan komplikasi yang berat dari infeksi saluran genital
bagian bawah.
Klinis bervariasi :

endometritis subklinis
Salpingitis
peritonitis pelvis
Periapendisitis
perihepatitis

Diagnosis dengan :
laparoskopi (gold standart)
biopsi endometrium

PELVIC INFLAMMATORY
DISEASE (PID)
Kriteria minimum diagnosis PID :
Lower abdomen tenderness
Bilateral adnexal tenderness
Cervical motion tenderness
No evidence of competeting dx (pregnancy,
acute appendicitis)

INFEKSI CHLAMYDIA PADA


BAYI BARU LAHIR
(PNEUMONIA INFANTILE)
Infeksi didapatkan dari ibu
Ada 2 macam :
A. Chlamydial pneumonia

Biasanya tidak panas


Batuk seperti pertusis, sputum +
X-ray : infiltrat interrtitial simetris
Laboratorum : eosinophilia, hypergamaglobulinemia, IgM
Jika mungkin dilakukan : aspirasi trakea , biopsi paru

B. Inclusion-particle conjunctivitis

Dapat diisolasi dari bayi yg menderita blennorrhea : 15-20%


Konjungtivitis tampak 5-15 hari, sering unilateral
Kelopak mata edema dan mengalami peradangan disetai sekret supurative

PEMERIKSAAN
LABORATORIUM INFEKSI
CHLAMYDIA
DETEKSI CHLAMYDIA :
Kultur sel
DFA (Direct Fluorescent Antibody Assays)
EIA (Enzyme Immunoassays)
RNA-DNA hybridzation (PCR dan LCR)
SEROLOGI :
Microimmunofluorescence (MIF)
ELISA (Enzyme-lnked Immunosorbent assay) IgM, IgA, IgG

dr. HANS LUMINTANG, Sp.KK


Bagian / SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
FK. Unair / RSU Dr. Soetomo
Surabaya

Bakterial Vaginosis (BV)


DEFINISI :

BAKTERIAL VAGINOSIS MERUPAKAN


KEADAAN KLINIK DENGAN KELUHAN
PENINGKATAN SEKRESI VAGINA DAN
BAU YANG TIDAK ENAK.

PENYEBAB
4 bakteri vagina :

Gardnerella vaginalis
Bacteroides sp.
Mobiluncus sp.
Mycoplasma hominis

PATOGENESA

TERJADI PERGANTIAN NORMAL FLORA (LACTO BACILUS SPP)


TERGANGGUNYA EKOSISTEM.
H2O MENGHILANG SUSANA ANEROB.
PERUBAHAN PH MENJADI ALKALI.
PRODUKSI AMINE
WHIFF TEST (KOH 10 %)

Masa inkubasi : beberapa hari s/d 4 minggu


KELUHAN DAN GEJALA
tanda-tanda peradangan sedikit sekali
>50% wanita asimtomatik
didapatkan duh tubuh vagina yang homogen,
tipis, cair dan berbau amis seperti bau ikan
bau bertambah setelah melakukan hubungan
seksual
duh tubuh vagina melekat pada dinding vagina
dan vestibulum

Laboratorium :
Sekret vagina berbau amis jika diteteskan KOH 10%
(whiff test / tes amin positif)
pH duh tubuh vagina > 4,5 (4,7-5,7)
Mikroskopis :
sediaan apus dengan pewarnaan gram atau
sediaan basah clue cells
clue cells 20% pada sel epitel
leukosit normal < 15/lp.

Diagnosis
Didapatkan 3 dari 4 tanda-tanda berikut (Amsel, 1983) :
Cairan vagina homogen,putih / keabu-abuan
pH duh tubuh vagina > 4,5
Duh tubuh vagina berbau seperti ikan sebelum atau
sesudah penembahan KOH 10% (Whiff test +)
Clue cells

Komplikasi
WANITA HAMIL :
Ketuban pecah dini
Lahir prematur
Bayi berat lahir rendah

Penatalaksanaan

Metronidazol 400 atau 500 mg 2 x 1 (7hari)


Metronidazol 2 gram po dosis tunggal
Klindamisin 300 mg po 2 x 1 (7hari)
Metronidazol gel 0,75% - 1 aplikator (5 gr) intravaginal
(2 kali sehari selama 5 hari)
Klindamisin krim 2% - 1 aplikator (5 gr) intravaginal
(sebelum tidur selama 7 hari)

DR. dr. HANS LUMINTANG, Sp.KK(K)


Bagian / SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
FK. Unair / RSU Dr. Soetomo
Surabaya

TRICHOMONIASIS
DEFINISI
INFEKSI YANG DISEBABKAN OLEH
TRICHOMONAS
VAGINALIS.
Trichomonas vaginalis
Berbentuk ovoid
ukuran 10-20 mmikron
,
mempunyai 4 flagella dengah
pergerakannya
Melakukan perlekatan pada selaput lendir
Bersifat anaerobik.

PATOGENESIS

INFEKSI YANG PALING BANYAK PADA SALURAN GENITO URINARI.


WANITA TERBANYAK PADA VAGINA.
BISA PADA URETRA DAN KEL SKENE.
ISOLASI PADA KANDUNG KENCING
PRIA BANYAK DI-URETRA.
GEJALA BISA ASIMPTOMATIS, GEJALA RINGAN, SAMPAI AKUT DAN
PERADANGAN HEBAT.
SEKRESI BANYAK MENGANDUNG PMNL
BAU KHAS SEPERTI IKAN AMIS.

Wanita > Pria (asimptomatis)


Penularan Sexual dan Non Seksual
Transmisi non venereal pada bayi
Bertahan selama 45 menit di Toilet, bak air.

Pada WANITA
Masa inkubasi : 5 28 hari
Keluhan dan Gejala
Simptom (20%-50%).
keluhan dan gejala :

sekret vagina
sedikit sampai banyak
encer
kuning / kehijauan berbusa (10% - 30%) klasik
berbau.
Vulvitis dan vaginitis.
bila jumlah kuman banyak sekali strawberry cervix (2%)
rasa tidak enak di perut bagian bawah.

Pada PRIA
Keluhan dan Gejala :
sering asimtomatik.
sebagai pasangan seksual wanita yang terinfeksi
keluhan dan gejala :
+ duh tubuh uretra (50% - 60%) :
jarang purulen
jumlah sedikit atau sedang
Uretritis (disuria, iritasi uretra, sering miksi)
Prostatitis
Epididimitis
Tidak ada gejala sama sekali / gambaran klinis ringan

Strawberry Cervix

Laboratorium
Pada wanita :
pH sekret vagina > 5
Tes amin / whiff test dapat positif
Mikroskopis (sediaan basah) :
tampak Trichomonas vaginalis dengan
pergerakan flagela yang khas
Dapat ditemukan clue cells karena biasa
didapatkan bersamaan dengan BV

Pada pria :
Sedimen urin : Trichomonas vaginalis
Scraping dinding uretra

Penatalaksanaan :
Metronidazol 2 x 500 mg po (7 hari)
atau
2 gram po dosis tunggal
Pasangan seksual harus diobati
Pada kehamilan :
Seluruh masa kehamilan :
Metronidazol 2g po dosis tunggal

Komplikasi
Wanita hamil :
Partus prematur
Bayi Berat Lahir Rendah

DR. dr. HANS LUMINTANG, Sp.KK(K)


Bagian / SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
FK. Unair / RSU Dr. Soetomo
Surabaya

Kandidiasis vulvovaginalis
(Kandidosis vulvovaginitis) KVV
PENYEBAB :
Candida albicans (terutama)
C. glabrata (kadang-kadang)
Lain - lain :
C. tropicalis
C. stellatoidea
C. pseudotropicalis
C. krusei

KVV :
Infeksi oportunistik
>>> penderita immunocompromise
>>> mulut, kolon, kuku, vagina, anorektal
Faktor predisposisi / faktor risiko :
Hormonal
kadar karbohidrat (DM)
Pemakaian antibiotika jangka panjang
suhu dan kelembaban
Imunosupresi
Iritasi / trauma

Keluhan dan Gejala :

Gatal / panas / iritasi pada vulva (vulva lecet)


Eritema
Edema
Maserasi
Pseudomembran
Dapat timbul fisura
Terdapat lesi satelit papulopustuler
Tidak berbau
Sekret vagina :
seperti kepala susu / krim (banyak)
seperti susu pecah (bila sedikit dan cair)
pada dinding vagina biasa dijumpai gumpalan
seperti keju (cottage cheese).
tidak berbau / berbau asam

Balanitis

Laboratorium
PH duh tubuh vagina 4,5
Tes amin / Whiff test : negatif
Mikroskopis (pengecatan gram dan KOH 10%) :
bentuk ragi : blastospora bentuk lonjong
pseudohifa seperti sosis panjang bersambung
hifa asli bersepta (kadang-kadang)

Penatalaksanaan
Medikamentosa :

Mikonazol atau Klotrimazol 200 mg intravaginal, setiap


hari selama 3 hari
Atau
Klotrimazol 500 mg intravaginal dosis tunggal
Atau
Flukonazol 150 mg po dosis tunggal
Atau
Itrakonazol 200 mg po 2 kali sehari selama 1 hari
Atau
Nistatin 100.000 IU intravaginal setiap hari selama 14 hari

Penatalaksanaan

Non medikamentosa :
Hindari bahan iritan lokal
(misal : produk berparfum)
Hindari pakaian ketat atau dari bahan sintetis
Hilangkan faktor predisposisi

DR. dr. Hans Lumintang,


SpKK
Bag / SMF Ilmu
kesehatan(K)
Kulit dan Kelamin
FK Unair / RSU Dr Soetomo

DEFINISI
Ulkus mole : penyakit infeksi genital akut,
setempat , auto-inoculable , disebabkan
Haemophilus ducreyi, dengan gejala
klinis khas ulkus pada tempat masuk,
seringkali disertai supurasi KGB regional.

ETIOLOGI

H. ducreyi
merupakan bakteri gram negatif,
anaerobik fakultatif,
bentuk batang pendek , ujung bulat, tidak
bergerak, tidak membentuk spora
memerlukan hemin untuk pertumbuhannya.

PATOGENESIS
Trauma / abrasi
Kuman menginfeksi

Penetrasi pd epidermis
Limfa Limfadenitis
Inflamasi
Supurasi

GAMBARAN KLINIS

Masa inkubasi 1- 5 hari.


Awal : makula atau papul pustula
pecah ulkus yang khas.
Sifat ulkus : multipel, lunak, nyeri tekan,
dasarnya kotor dan mudah berdarah, tepi
ulkus menggaung, kulit sekitar ulkus
berwarna merah

PREDILEKSI
pria : di daerah preputium, glans penis,
batang penis, frenulum dan anus
wanita : vulva, klitoris, serviks dan anus.
Pembesaran kelenjar limfe inguinal tidak
multipel, terjadi pada 30% kasus yang
disertai radang akut. Kelenjar melunak
pecah sinus (sangat nyeri disertai febris).

Variasi bentuk klinis

Giant Chancroid : ulkus hanya satu , cepat meluas,


bersifat destruktif.

Transient chancroid : ulkus kecil, sembuh sendiri


setelah 4-6 hari, disusul perlunakan kelenjar limfe
inguinal 10-20 hari kemudian.

Ulkus mole serpiginosum : terjadi inokulasi dan


penyebaran dari lesi yang konfluen pada preputium,
skrotum dan paha. Ulkus bertahan bertahun-tahun.

Ulkus mole gangrenosum : varian yang disebabkan super


infeksi dengan bakteri fusosprikhetosis, menimbulkan ulkus
fagedenik. Dapat menyebabkan destruksi jaringan yang cepat
dan dalam.

Ulkus mole folikularis (follicularis chancroid) : pada folikel


rambut, terdiri atas ulkus kecil multipel. Dapat terjadi di vulva
atau pada daerah genitalia yang berambut. Lesi ini sangat
superfisial.

Ulkus mole papular (ulcus molle elevatum) : papul


berulserasi dan granulomatosa. DD/ : donovanosis atau
kondiloma lata sifilis stadium II.

LABORATORIUM

Pemeriksaan langsung bahan ulkus


pewarnaan gram. Positif jika ditemukan kelompok
basil yang tersusun seperti barisan ikan.

Kultur pada media agar coklat, agar Muller Hinton


atau media yang mengandung serum dengan
vancomysin. Positif bila kuman tumbuh dalam
waktu 2-4 hari (dapat sampai 7 hari).

Tes serologi Ito-Reenstierna ( 0,1 ml antigen


disuntikan intradermal pd kulit lengan bawah ) Positif
bila setelah 24 jam atau lebih timbul indurasi yang
berdiameter 5 mm.

Tes ELISA dengan menggunakan whole lysed H.


ducreyi.

Tes lain yang dapat digunkan adalah tes fiksasi


komplemen, presipitin dan aglutinin.

DIAGNOSA
Anamnesa
Gejala klinik yang khas
Pemeriksaan langsung bahan ulkus
yang diberi pewarnaan gram.

DIAGNOSA BANDING

Sifilis I

Pedikulosis pubis

Ulkus mikstum

Tuberkulosis kutis

Herpes genitalis

Amobeasis kutis

Aphthae

Dermatitis

Skabies

EEM

Piodermi

Epidermoid Ca

PENYULIT
Adenitis inguinal
Fimosis atau Parafimosis
Fistel uretra
Fistel rektovagina

PENATALAKSANAAN

Pengobatan sistemik
Azithromycin 1 gr, oral, single dose
Seftriakson 250 mg dosis tunggal, injeksi intra muscular
Siprofloksasin 2 x 500 mg selama 3 hari
Eritromisin 4 x 500 mg selama 7 hari
Amoksisilin + asam klavunat 3 x 125 mg selama 7 hari
Streptomisin 1gr sehari selama 10 hari
Kotrimoksazol 2 x 2 tablet selama 7 hari

PENATALAKSANAAN
Pengobatan lokal
Kompres dengan larutan normal salin ,
2 kali sehari selama 15 menit
Aspirasi abses transkutaneus untuk bubo
berukuran 5 cm dengan fluktuasi ditengahnya

Kondiloma Akuminata
Dr. Hans Lumintang SpKK(K)

Bag / SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan


Kelamin FK Unair- RSUD Dr Soetomo
Surabaya

Difinisi
Kelaina kulit berupa vegetasi bertangkai
dengan permukaan berjonjot yang
disebabkan oleh virus HPV (Human Papiloma
Virus)
Bersifat jinak ,superfisial terutama didaerah
genital.

Etiologi
HPV gol Papova Virus virus DNA
Telah dikenal 80 tipe. Tipe yang menyebabkan
kondiloma: 6,11,16,18,30,31,33,35,39,41,42,44,51,52
dan 56
Tipe 16 dan 18 erat hubungannya dengan Ca servik
Penularan: secara langsunghub. Seks
tidak langsung: kolam renang

Epidemiologi
Penyebaran bersifat kosmopolit higiene memegang
peranan
Lingkungan lembab dan basah mempermudah
timbulnya penyakit ini.
Biasanya diikuti infeksi penyakit lain: trikomoniasis,
kandidiasis, dan infeksi genetal non spesifik.
Laki-laki= Wanita (insiden tinggi pada seksual aktif, usia
17-33 th)

Patogenesis
HPV replikasinya tergantung pada adanya
diferensiasi epitel skuamosa virus pada lapisan
terbawah, protein kapsid dan virus infeksius pada
lapisan superfisial sel yangberdiferensiasi.
Lap. Basalis tempat yang diinvasi mikroabrasi
mukosa
Fase laten: tanpa gejala sebulan setahun
Inkubasi: 3 minggu- 8 bulan

Predileksi
Terutama didaerah lipatan
Laki-laki: perineum dan sekitar anus, sulcul
coronarius, glan penis, muara urethra
eksterna,korpus dan pangkal penis.
Wanita : vulva dan sekitarnya, introitus vagina,
kadang porsio uteri.

Gambaran Klinis
Awal : papul jarum pentul papilomatosa seperti
bunga kol
Jika mendapat tekanal bilateral pipih seperti
jengger ayam.
Disertai Fluor albus
Hamil estrogen tinggi kelembaban tinggi dan
vaskularisasi meningkat pertumbuhan cepat
Kadang disertai: panas, gatal, nyeri dan mudah
berdarah

Pemeriksaan Penunjang
Tes Asam Asetat (acetowhite)sensitifitasnya
tinggi terutama untuk C.acuminata dan infeksi
HPV subklinis. Cara: As. Asetat 3-5% dioleskan
pada lesi dengan lidi kapas tunggu 5-10
menit perubahan warna putih.
Pemeriksaan Histopatologi

Diagnosis Banding
Veruka vulgaris: vegetasi tidak bertangkai,
kering berwarna abu-abu atau sama dengan
kulit.
Kondiloma lata: sifilis std II plakat erosif,
banyak spirochaeta pallidum permukaan lebih
halus, bentuk lebih bulat.
Karsinoma sel skuamosa: vegetasi seperti
kembang kol, mudah berdarah dan berbau.

Penatalaksanaan
Penatalaksaan Umum:
Jaga kebersihan , berhubungan seks dengan
memakai kondom
Penatalaksanaan khusus
Kemoterapi: podofilin 25%, TCA 50%, %-Fluorourasil
1-5%
Imunoterapi: Interferon, Imiquimod krim 5%.
Pembedahan: bedah scalpel, bedah beku, Bedah
laser.

Komplikasi
Perubahan displasia terhadap daerah sekitarnya
Transformasi kearah malignansi genitourinaria
Penularan ke janin atau pasangan seksual

Prognosis
Sering residif tapi prognosisnya baik
Pada wanita dengan sistem imun yang
kurang persisten kondiloma, dapat juga
menjadi displasia vulva, vagina, atau serviks.

Sinonim
LGV dikenal juga sebagai:
1. Limfogranuloma inguinale
2. Limfogranuloma tropikum
3. Limfopatia venereum
4. Tropical bubo
5. Climatic bubo
6. Strumous bubo
7. Paradenitis inguinalis
8. Durand Nicolas Favre disease

EPIDEMIOLOGI
Bersifat sporadis tropik dan sub-tropik
Sering dijumpai didaerah rural sosial ekonomi
rendah
Dijumpai di usia 20-40 th
Laki-laki : Wanita = 5:1
Lesi primer laki-laki penis kel. Limfe inguinal
Wanita : intravaginal/servikal intrapelvik, anus
atau rektal.

GEJALA
GEJALA KLINIS
KLINIS

GEJALA KLINIS
Ada 2 stadium yaitu :
1. Stadium dini
lesi primer di genital
sindrom inguinal

2. Stadium lanjut
Sindroma anorektal
Esthiomen (elefantiasis genetal)

Lesi primer
Setelah masa inkubasi 3-12 hari, tidak khas (erosi,
papul, ulkus dangkal tdk sakit sembuh sendiri,
tanpa jaringan parut)
Lokasi (pria): sulcus coronarius
frenulumpreputiumbatang penis
uretrascrotum, dapat disertai limfangitis dan absesabses kecil bag dorsal penis bubonuli
Lokasi (wanita): dindind post vaginaporsio post
servik vulva
Lesi ekstragenital terjadi pada mulut, jari, anus dan
rektum.

Sindrom inguinale

Timbul beberapa hari sampai beberapa minggu setelah lesi


primer menghilang.
Kelenjar limfe inguinal membesar, padat dan nyeri
berlekatan dengan sekitarnya(bentukan paket
memanjang).
Pembesaran kelenjar diatas dan dibawah lig inguinal
pauparti celahsign of groove.
Pembesaran kelenjar femoral, inguinal superfisial dan
profundus menyebabkan bentuk seperti tangga ettage
bubo.
Laki-laki > sering, pada wanita lesi primer umumnya terletak
lebih dalam drainase kearah kelenjar limfe di daerah
pelvis.
Menyebabkan terjadinya fistel di inguinal sembuh
parut

Pemeriksaan penunjang
Pengecatan Giemsa badan inklusi Chlamydia
Tes Serologi :
CFT (Complement Fixation Test)
RIP (Radio Isotop Presipitation)

Kultur jaringan yolk sac embrio ayam

HERPES GENITALIS
Dr. dr. HANS LUMINTANG,SpKK(K)
Bagian / SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
FK. Unair / RSU Dr. Soetomo
Surabaya

Definisi
Infeksi pada genital dan sekitarnya
Herpes simplex virus (HSV)
Vesikel / erosi / ulkus dangkal berkelompok
diatas dasar eritematosa
Sering kambuh

Penyakit menular seksual , perlu perhatian:

Sukar sembuh
Sering rekuren
Transmisi virus dapat terjadi dari penderita asimtomatik
Pengaruh terhadap kehamilan dan bayi/janin dalam
kandungan
Pengaruh pada penderita imunokompromais
Dampak kejiwaan

Etiologi
Herpes simplex virus (HSV)
Unna (1883) , penyakit menular melalui
hubungan seksual
Sharlitt (1940), membedakan HSV1 dan HSV 2
Sebagian besar penyebab adalah HSV 2, bisa
juga HSV 1 (16,1%) karena hubungan seksual
orogenital, penularan melalui tangan

Herpes simplex virus


HSV 1:

Kontak non seksual


50-100% populasi dewasa
80% infeksi orolabial, 20% genital
Awal kehidupan

HSV 2:

Kontak seksual
5-95% populasi dewasa
80% genital, 20% orolabial
Periode seksual aktif

Epidemiologi
Peningkatan insiden herpes genitalis

Patogenesis
Terpajan HSV dapat terjadi infeksi:

Episode I infeksi primer (inisial)


Episode I non infeksi primer
Infeksi rekuren
Asimtomatik
Tidak terjadi infeksi

Primary
infection
Clinically overt
infection

Asymptomatic
infection
Recurrent
infection

LATENCY

LATENCY

Reactivation
ERIK LYCKE
Scand J Infect Suppl. 78: 7-14, 1991

Episode I infeksi primer

Virus ->tubuh hospes


Terjadi penggabungan dengan DNA hospes
Mengadakan multiplikasi/replikasi -> kelainan di kulit
Antibodi spesifik belum ada
Lesi luas, gejala konstitusi berat
Virus menjalar melalui serabut saraf sensorik ke
ganglion sakralis, berdiam serta bersifat laten

Episode I non infeksi


primer
Infeksi sudah lama berlangsung, gejala klinis
Antibodi spesifik +
Kelainan tidak seberat episode I dengan infeksi
primer

Infeksi rekuren
Faktor pencetus +
Virus mengalami reaktivasi dan multiplikasi
kembali -> infeksi rekuren
Antibodi spesifik +
Kelainan tidak berat

Faktor pencetus

Trauma
Koitus berlebihan
Demam
Gangguan pencernaan
Stres emosi
Kelelahan
Makanan yang merangsang
Alkohol
Obat-obatan ( imunosupresif, kortikosteroid)

Infeksi rekuren
Pendapat terjadinya :

Faktor pencetus -> reaktivasi virus dalam ganglion.


Virus turun melalui akson saraf perifer ke sel epitel
kulit yang disarafinya, mengalami replikasi,
multiplikasi-> lesi
Virus terus menerus dilepaskan ke sel-sel epitel.
Pencetus + ->kelemahan setempat -> lesi rekuren

Gejala klinis
Masa inkubasi berkisar 3-7 hari , lebih lama.
Manifestasi klinis dipengaruhi :

Faktor hospes
Pajanan terdahulu dengan HSV
Episode terdahulu
Tipe virus

Gejala dapat berat dapat asimtomatik, penelitian


retrospektif 70% infeksi HSV 2 asimtomatik

Gejala klinis
Rasa terbakar, gatal daerah lesi (beberapa jam
sebelum lesi +)
Setelah lesi timbul, gejala konstitusi (malaise,
demam, nyeri otot)
Vesikel berkelompok, mudah pecah -> erosi multipel,
dasar eritem
Infeksi sekunder - -> sembuh 5-7 hari, jaringan parut
-

Gejala klinis
Infeksi inisial
Lebih berat, lebih lama
Kelenjar limfe regional membesar,nyeri
Penyembuhan lama -> 2-4 minggu, serangan berikut
lebih cepat
Dapat terjadi disuria ( lesi di daerah uretra,
periuretra), dapat retensi urin
Infeksi di servix -> perubahan difus, ulkus multipel,
ulkus besar dan nekrotik. Dapat tanpa gejala.

Gejala klinis
Infeksi rekuren

Dapat terjadi cepat atau lambat


Gejala lebih ringan
Nyeri, gatal +, gejala prodromal +
Lesi bersifat lokal
Penyembuhan lebih cepat 2minggu
Antibodi spesifik +

Gejala klinis
Tempat predileksi:
Pria :

Preputium, glans penis,batang penis, uretra, daerah


anal.
Daerah skrotum jarang

Wanita:

Labia mayor/minor, klitoris, introitus vagina, servix


Perianal, bokong, mons pubis jarang

Gejala klinis
Herpes genitalis atipikal
Wanita:
Manifestasi yang tidak khas, bentuk fisura, furunkel,
ekskoriasi, eritema vulva nonspesifik
Rasa gatal, nyeri +

Pria:
Fisura liniar pada preputium, bercak merah di glans penis

Lesi ektragenital : paha, bokong, sela paha sering


pada wanita daripada pria.

Herpes genitalis pada


kehamilan
Hamil , timbul herpes genitalis -> perlu perhatian
Virus -> plasenta sampai sirkulasi fetal -> kerusakan,
kematian janin
Infeksi neonatal , angka mortalitas 60%.
Separo yang hidup cacat neurologis, atau kelainan
mata
Ensefalitis, mikrosefali, hidrosefali, koroidoretinitis,
keratokonjunctivitis, hepatitis, lesi kulit
Transmisi trimester I -> abortus, trimester 2 -> prematur,
transmisi intrapartum

Herpes genitalis pada


imunodefisiensi
Kelainan cukup progresif -> ulkus dalam
didaerah anogenital
Lesi lebih luas
Imunodefisiensi tidak berat -> rekurensi lebih
sering, kesembuhan lama

Komplikasi
Paling ditakuti -> pada bayi baru lahir

Awal kehamilan -> abortus / malformasi kongenital


(mikrosefali)
Bayi lahir, ibu herpes genitalis -> hepatitis, infeksi berat,
ensefalitis, keratokonjuntivitis, erupsi kulit, lahir mati

Meningitis herpetika -> HSV 2


Ensefalitis -> HSV1
Perluasan lokal, penyebaran virus ektragenital

Diagnosis
Klinis :

Kelompok vesikel multipel, riwayat lesi yang sama


sebelumnya
Nyeri

Diagnosis banding:

Ulkus karena Treponema pallidum,


Ulkus karena Haemophylus ducrey
Penyebab non infeksi

Lab.
Lab. diagnostiK
diagnostiK HSV
HSV
Kultur:

Gold standard

Tidak dapat
membedakan
HSV1- HSV2

Deteksi antigen:

Tes imunofluoresensi
langsung

Deteksi partikel
virus:

Tes imunoperoksidase
ELISA
PCR
Mikroskop elektron

Dapat
membedakan
HSV1- HSV2

Deteksi antibodi:

Tes serologi

Tidak dapat
membedakan

Cito dan patologi:

HP/cytology

Tidak dapat
membedakan

Diagnosis
Paling sederhana, tes tzank, cat giemsa -> sel raksasa
inti banyak
Mikroskop elektron -> kelompok virus herpes tak dapat
dibedakan
Kultur jaringan -> cara paling baik. Titer virus tinggi,
hasil positif dalam 24-48 jam. Lama dan mahal
Tes mendeteksi antigen HSV -> lebih cepat
Secara imunologik: imunofluoresen, imunoperoksidase,
ELISA

Diagnosis
Pemeriksaan ELISA, menentukan adanya antigen HSV.
Sensitivitas 95%, sangat spesifik. Waktu 4,5 jam. Dapat
untuk deteksi antibodi terhadap HSV dalam serum
Imunoperoksidase tak langsung, imunofluoresensi
langsung memakai antibodi poliklonal ->hasil positif dan
negatif palsu. Antibodi monoklonal pada
imunofluoresensi -> menentukan tipe virus
Imunoflouresensi tak langsung kerokan lesi, sensitivitas
78-88%

Penatalaksanaan
Tujuan:

Mencegah infeksi ( terapi profilaksis)


Memperpendek masa sakit dan kekerapan komplikasi
infeksi primer
Mencegah terjadi latensi dan rekurensi klinis setelah
episode pertama
Mencegah rekurensi pada yang asimtomatik
Mengurangi transmisi penyakit
Eradikasi infeksi laten

Saat ini beberapa tujuan saja yang bisa dipenuhi

Pengobatan profilaksis
Penerangan sifat penyakit, dapat menular bila
sedang serangan -> abstinensia
Proteksi individual, digunakan alat perintang
dengan busa spermisidal dan kondom .
Menghindari faktor pencetus
Konsultasi psikiatrik , stres -> serangan

Pengobatan non spesifik


Nyeri dan gejala lain dengan analgetika,
antipiretik dan antipruritus
Zat pengering antiseptik, yodium povidon
mengeringkan lesi, mencegah infeksi,
mempercepat penyembuhan
Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder

Pengobatan spesifik
Infeksi inisial / episode pertama:

Asiklovir 200 mg per oral, 5 kali sehari, selama 7 hari


Atau Valasiklovir, 500 mg per oral, 2 kali sehari
selama 7 hari
Mengurangi pembentukan lesi baru, mengurangi
lama nyeri, mengurangi waktu penututupan luka,
perkembang biakan virus.
Tidak mempengaruhi perjalanan penyakit

Pengobatan
Infeksi rekuren
Asiklovir, 200 mg per oral, 5 kali sehari, selama 5
hari
Atau Valasiklovir, 500 mg per oral, 2 kali sehari,
selama 5 hari
Atau keadaan ringan, krim asiklovir.
Pengobatan dilakukan sejak masa prodromal atau
dalam 1 hari setelah timbul lesi.
Pengobatan memperpendek waktu lesi genital

Pengobatan
Supresif:
Asiklovir, 400 mg per oral, 2 kali sehari, secara terus
menerus.
Atau valasiklovir, 500 mg per oral, sekali dalam
sehari
Pengobatan akan menurunkan frekuensi kambuhan.
Pengobatan ini mengurangi tetapi tidak
menghentikan perkembang biakan virus yang
asimtomatik

Pengobatan
Penyakit dengan gejala berat:

Asiklovir, 5-10 mg per kg BB, intravenus berikan


setiap 8 jam, selama 5-7 hari atau sampai tercapai
perbaikan klinis

Pengobatan
Masa kehamilan:
Episode pertama infeksi primer, asiklovir oral
Persalinan pervaginam, ibu herpes genital -> resiko
tertular herpes neonatal (saat akan dilahirkan)
Ibu dengan infeksi rekuren -> bayi resiko tertular rendah
Anamnesa, pemeriksaan fisik baik -> indikasi cs
Bayi dari ibu dengan ulkus genital aktif/ kultur virus + ->
isolasi, observasi cermat. Spesimen dari lesi ibu,
lakukan kultur virus 24-48 jam stl lahir
Asiklovir, tidak kontraindikasi mutlak untuk wanita hamil

Pengobatan
Neonatus:

Asiklovir, 10 mg per kg BB, intravenus 3 kali sehari,


selama 10-21 hari

Pengobatan
Ko- infeksi HIV:

Dapat terjadi ulserasi kulit dan mukosa persisten dan


atau berat -> area luas
Lesi sangat nyeri, atipis
Respon dengan asiklovir +, dosis dinaikkan periode
lebih lama
Asiklovir 400 mg per oral 3-5 kali perhari sampai
resolusi +

Anda mungkin juga menyukai