Anda di halaman 1dari 26

Referat

S A R K O ID O S IS
Oleh :
Iustitia Septuaginta Samben
(07120120074)

Pembimbing :
Dr. Stevent Sumantri, Sp.PD

D efi
nisi
Sarkoidosis adalah suatu penyakit yang

berhubungan dengan peradangan yang


ditandai dengan adanya granuloma nonkaseosa.
Sarkoidosis dapat menyerang setiap organ
pada tubuh, namun organ yang sering
terserang adalah paru.
Organ-organ lain yang cukup sering terkena
di antaranya adalah hati, kulit, dan

mata

Etiologi

Belum dapat diketahui.


Faktor genetik dan lingkungan
Agen infeksi dan non infeksi yang

memicu respon inflamasi individu


yang memiliki genetik yang rentan
Dari faktor lingkungan, paparan
terhadap insektida dan jamur, dan
transplantasi organ, diduga dapat
menjadi beberapa faktor risiko.

Im unopatogenesis
APC dengan menggunakan HLA-

CD4 (HLA Class II)


mempresentasikan antigen yang
belum diketahui ke sel T-helper

HLA haplotypes : HLA-DRB1

menjadi faktor yang


meningkatkan resiko
terjadinya sarkoidosis

APC dan kompleks sel T-helper

memicu pelepasan beberapa

sitokin.
Sitokin-sitokin memicu terbentuknya

granuloma.
seiring berjalannya waktu dapat

membaik atau dapat menjadi


kronik yang ditandai dengan
timbulnya

fibrosis

M anifestasiKlinis
Asimptomatik
Sering keluhan pada sistem respirasi

yaitu batuk dan dyspnea.


Lesi kulit
Uveitis
Gejala-gejala konstitusional : lemas,
demam, keringat dingin, dan
penurunan berat badan.

Paru
Pemeriksaan diagnostik yang

disarankan adalah

roentgenograms thoraks.
Pada hasil roentgenograms dapat

ditemukan adanya adenopati


hillar (perbesaran kelenjar limfe
paru) bilateral

Sistem skoring oleh Scadding:


Stage 1, apabila ditemukan
adenopati hillar saja.
Stage 2, merupakan kombinasi
adanya adenopati dan infiltrat.
Stage 3, apabila hanya ditemukan
infiltrate.
Stage 4, terjadi

fibrosis.

Umumnya penderita dengan stage 1 sampai 3

tidak memiliki gejala klinis.


Pemeriksaan spirometri ditemukan pada kondisi

peradangan atau terbentuknya fibrosis pada


paru biasanya hasil faal di bawah normal, yang
menandakan adanya obstruksi, dan ditandai
dengan adanya gejala seperti batuk
Pemeriksaan volume paru, yang pada penderita

ditemukan volume paru yang lebih rendah


dibanding normal.

Kulit
Lupus pernio
kompleks lesi kulit yang melibatkan

hidung, area di atas mata dan pipi.


Eritema nodosum

adenopati
hillar dan uveitis (Lofgrens

bersamaan dengan

Syndrome)

Lesi Maculopapular
umumnya

tidak nyeri, dengan

papula berwarna keunguan dan


berindurasi

M ata
uveitis anterior
inflamasi pada bagian mata posterior

yaitu retinitis, dan pars planitis


fotofobia,
pandangan kabur
peningkatan aktivitas kelenjar lakrimal
gejala asimptomatik, reaksi inflamasi
masih dapat berlangsung , dan umumnya
dapat berkembang menjadi kebutaan

O rgan lain
Hepar : Cholestatic hepatitis
Saraf : SOL, paralisis N.VII
Jantung : CHF, Aritmia, Penurunan

LVEF, VT, VF
Metabolisme kalsium :
Hiperkalsemia, hipercalciuria
Ginjal : AKI karena hiperkalsemia

D iagnosis

Tes Kveim-Siltzbach
Dilakukan injeksi intradermal pada
pasien yang akan dilakukan biopsi,
biopsi dilakukan 4-6 minggu setelah
injeksi,
diagnosis sarkoidosis apabila
ditemukan granuloma nonkaseosa

Tatalaksana

Kortikosteroid :lini pertama


Kortikosteroid yang umumnya digunakan :

prednisone.
Kortikosteroid oral : menurunkan inflamasi

sistemik, dan mencegah terjadinya kerusakan


organ.
Topikal kortikosteroid atau injeksi intralesi
diberikan pada lesi kulit.
Tetes mata kortikosteroid diberikan pada pasien
dengan uveitis.
Kortikosteroid inhalers dapat diberikan pada
pasien dengan adanya hiperaktivitas bronkial.

Klorokuin terutama diberikan untuk

pasien sarkoidosis dengan fibrotik


kronik, terutama pada lupus
pernio.
Metotrexate dapat diberikan pada

pasien dengan kelainan kulit dan


memiliki efek samping yang kecil

Kom plikasi
Dapat resolve
Komplikasi :
kebutaan, paraplegia, atau gagal ginjal.
Penyebab kematian yang biasa terjadi

yaitu sarkoidosis yang menyerang paru,


jantung, saraf, dan hepar.
Komplikasi paru salah satunya adalah
infeksi mycetoma yang dapat
menyebabkan pendarahan masif.

Prognosis
Resiko kematian dan hilangnya fungsi organ

pada sarkoidosis masih cukup rendah.


Pasien dengan perubahan fibrotik yang
ireversibel memiliki outcome yang buruk.
Pasien pada kondisi akut dapat sembuh

dengan sendirinya dalam 2-5 tahun.


Pasien yang tidak mengalami perbaikan
lebih dari 5 tahun dapat masuk dalam
kondisi kronik.

D aftar Pustaka
1.
1.
1.

Baughman R, Lower E. Sarcoidosis. In Kasper DL, Fauci AS, Hauser L, Longo DL, Jameson JL,
Loscalzo J. Harrison's Principles of Internal Medicine, 19th edition.: McGraw-Hill; 2014.
Helmi L. Sarkoidosis Paru. Majalah Kedokteran Nusantara. 2008 Maret; 41.
Iannuzzi MC, Rybicki BA, Teirstein AS. Sarcoidosis. NEJM. 2007 November.

2.

FSR. Treatment of Sarcoidosis. 2007. Available


at:http://www.stopsarcoidosis.org/sarcoidosis/treatment.htm

3.

Baughman RP, Teirstein AS, Judson MA, et al. Clinical characteristics of patients in a case control
study of sarcoidosis. Am J Respir Crit Care Med 2001;164: 1885-9.

4.

Harder H, Buchler MW, Frohlich B, et al. Extrapulmonary sarcoidosis of liver and pancreas: a
case report and review of literature. World J Gastroenterol 2007;13:2504-9.

5.

Baughman RP, Teirstein AS, Judson MA, et al. Clinical characteristics of patients in a case control
study of sarcoidosis. Am J Respir Crit Care Med 2001;164:1885-9.

6.

Newman LS, Rose CS, Bresnitz EA, et al. A case control etiologic study of sarcoidosis:
environmental and occupational risk factors. Am J Respir Crit Care Med 2004;170:1324-30.

7.

Dubaniewicz A, Kampfer S, Singh M. Serum anti-mycobacterial heat shock proteins antibodies


in sarcoidosis and tuberculosis. Tuberculosis (Edinb) 2006;86:60-7.

8.

Hajizadeh R, Sato H, Carlisle J, et al. Mycobacterium tuberculosis antigen 85A induces Th-1
Immune responses in systemic sarcoidosis. J Clin Immunol 2007;27:

TER IM A K A S IH

Anda mungkin juga menyukai