PASAL 25
A. PENGERTIAN PPH
PASAL
25
Pajak penghasilan pasal 25 adalah angsuran pajak penghasilan
yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk setiap
bulan dalam tahun pajak berjalan. Angsuran pajak penghasilan
25 tersebut dapat dijadikan sebagai kredit pajak terhadap
pajak yang terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak pada
akhir tahun pajak yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan
(SPT) Tahun Pajak Penghasilan.
Pembayaran pajak dalam tahun berjalan dapat dilakukan
dengan:
Wajib pajak membayar sendiri (PPh pasal 25)
Melalui pemotogan atau pemungutan oleh pihak ketiga (PPh
Lanjutan ...
Lanjutan ...
1.
Menteri Keuangan
Ketentuan Wajib Pajak baru diatur pada penjelasan pasal 25 ayat (7)
huruf a Undang-Undang PPh , yaitu Wajib Pajak yang mulai menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan dalam tahun pajak berjalan. Ketentuan
Wajib Pajak baru juga diatur pada pasal 1 angka 1 PMK
208/PMK.03/2009. Wajib Pajak baru menurut Peraturan Menteri
Keuangan ini adalah Wajib Pajak orang pribadi dan badan yang baru
pertama kali memperoleh penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas
dalam tahun pajak berjalan. Penghitungan besarnya angsuran PPh pasal
25 untuk Wajib Pajak baru ini diatur pada pasal 2 PMK
208/PMK.03/2009
Lanjutan ...
Besarnya angsuran PPh pasal 25 untuk Wajib Pajak baru adalah sebesar Pajak
Lanjutan ...
Lanjutan ...
b. menggunakan
ayat (1) didasarkan pada peredaran bruto dari usaha dalam 1 (satu)
tahun dari Tahun Pajak terakhir sebelum Tahun Pajak yang
bersangkutan.
2) Peredaran bruto yang tidak melebihi Rp4.800.000.000,- (empat miliar
Lanjutan ...
1) Dalam hal peredaran bruto dari usaha pada Tahun Pajak terakhir
Contoh:
Oktober 2014 ?
b. Berapa besaran angsuran PPh pasal 25 bulan November 2014?
)Jawaban:
a. Masa Agustus 2013 sampai dengan Oktober 2014, PT Andalan belum
b. Angsuran
PPh
pasal
25
bulan
November
2014
diatur
sbb:
Sesuai ketentuan Pasal 2 ayat (2), pasal 2 ayat (5), serta pasal 7 PMK
107/PMK.011/2013 maka terhadap PT Andalan dikenai Pajak Penghasilan
berdasarkan tarif umum Undang-Undang PPh sampai dengan jangka waktu 1
(satu) tahun sejak beroperasi secara komersial. Peraturan yang terkait dengan
tarif umum Undang-Undang PPh yaitu Undang-Undang PPh pasal 17, pasal 25,
dan pasal 31 E ; PMK 208/PMK.03/2009 pasal 2 ayat (1) dan pasal 2 ayat (2).
Penghitungan angsuran PPh pasal 25 bulan November 2014 (saat mulai
beroperasi secara komersial) berdasarkan penghasilan neto sebulan kemudian
disetahunkan.
Lanjutan contoh....
Lanjutan ....
Lanjutan ....
2.
disampaikan setelah lewat batas waktu yang ditentukan (selambatlambatnya tiga bulan setelah akhir Tahun Pajak), maka besarnya Pajak
Penghasilan Pasal 25 dihitung sebagai berikut:
a. Bulan-bulan
lalu dikurangi dengan PPh yang dipotong atau dipungut serta PPh yang
dibayar atau tetutang di luar negeri yang boleh dikreditkan sebagaimana
Dalam hal Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian atau dalam
4.
Wajib Pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan PPh.
)Dalam hal wajib pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan Pajak
Penghasilan, maka besarnya Pajak Penghasilan Tahun 2005 dihitung sebagai berikut:
1)
Bulan-bulan mulai bulan batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh sampai dengan bulan
sebelum disampaikan SPT Tahunan yang bersangkutan adalah sama dengan besarnya PPh
Pasal 25 yang dihitung berdasakan perhitungan sementara yang disampaikan oleh Wajib Pajak
pada saat mengajukan permohonan izin perpanjangan.
2)
Setelah WP menyampaikan SPT Tahunan PPh, besarnya PPh Pasal 25 dihitung kembali:
a) Menurut SPT Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu dikurangi dengan PPh yang
dipotong atau dipungut serta PPh yang dibayar atau terutang diluar negeri yang boleh
dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, dan Pasal 24,
kemudian dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak dan berkaku surut mulai
bulan batas waktu penyampaian SPT Tahunan.
b) Apabila wajib pajak berhak atas kompensasi kerugian atau dalam hal wajib pajak memperoleh
penghasilan tidak beratur, maka besarnya PPh Pasal 25, dihitung kembali berdasarkan
ketentuan yang berlaku bagi wajib pajak yang berhak atas kompensasi kerugian atau bagi
wajib pajak memperoleh penghasilan tidak teratur sebagaimana telah diuraikan sebelumnya.
)Penghitungan kembali tersebut berlaku mulai bulan batas waktu penyampaian SPT PPh, yaitu 3
5. Wajib
SPT Tahunan Pajak Penghasilan Taahun Pajak yang lalu maka besarnya
PPh Pasal 25 dihitung kembali berdasarkan SPT Pembetulan tersebut
dan berlaku surut mulai bulan batas waktu penyampaian SPT Tahunan.
Apabila besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 yang dihitung berdasarkan
pembetulan tersebut lebih besar dari PPh Pasal 25 sebelum dilakukan
pembetulan, maka kekurangan setoran PPh Pasal 25 Terutang bunga.
)Kekurangan
terdaftar;
)Wajib Pajak harus menyampaikan perhitungan besarnya PPH yang akan
7. PPh
)Orang
)Pembayaran
Bila pembayaran Fiskal Luar Negeri bagi karyawan yang bertolek ke luar
negeri ditanggung oleh pemberi kerja, maka pembayaran Fiskal Luar
Negeri tersebut merupakan angsuran PPh Pasal 25 bagi pemberi kerj
yang dapat dikreditkan dengan PPh yang terutang dalam SPT PPh
pemberi
kerja
dengan
syarat
kepergian
karyawan
yang
bersangkutandalam rangka tugas perusahaan dan hanya berlaku untuk
karyawan dari pemberi kerja itu sendiri, tidak termasuk anggota
keluarga karyawan.
Besarnya Fiskal Luar Negeri yang wajib dibayar oleh orang
pribadi yang akan bertolak ke luar negeri adalah:
a. Rp 2.500.000,- bagi setiap orang untuk tiap kali bertolak ke luar
Tata Cara Pemberian Surat Keterangan Bebas Fiskal Luar Negeri (SKBFLN)
yang diterbitkan oleh oleh UPFLN:
a. Di Bandar udara, keberangkatan ke luar negeri.
b. Di pelabuhan laut, keberangkatan ke luar negeri.
c. Di tempat lain yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
Batam, Bintan dan, Karimun, sepanjang mereka telah dipotong PPh Pasal
21 atau Pasal 26 oleh pemberi kerja dan Tanda Bukti Pemotongan PPh
Pasal 21 atau Pasal 26 yang telah dilegalisir.
4. Orang
fiskal
luar
negeri
oleh
orang
pribadi
yang
telah
KESIMPULAN
Pasal 25 UU PPh mengatur besarnya beban angsuran pajak dalam tahun
berjalan yang harus dibayar sendiri WP untuk tiap bulan. PPh Pasal 25
sebagai beban rutin yang harus dipenuhi, tetapi dengan dasar
Peraturan Direktur Jenderal Pajak bahwa terhadap WP dapat diberikan
pengurangan PPh Pasal 25 yaitu WP yang mengalami perubahan
keadaan usaha atau kegiatan usaha dalam tahun 2009.
Besarnya pengurangan PPh Pasal 25 yang dapat diberikan kepada WP
sampai dengan 25 5 untuk Masa Pajak Januari sampai dengan Juni 2009.
Pengurangan PPh Pasal 25 dimaksud dihitung dari besarnya PPh Pasal
25 bulan Desember 2008. Bagi WP yang telah menyampaikan SPT
Tahunan PPh Tahun pajak 2008, maka pengurangan PPh Pasal 25
dihitung dari besarnya PPh Pasal 25 didasarkan pada SPT Tahunan Pajak
Ketentuan pengurangan PPh Pasal 25 dimaksud tidak berlaku bagi Wajib Pajak
bank, BUMN, BUMD, Wajib Pajak Masuk Bursa dan Wajib pajak lainnya yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan harus membuat laporan
keuangan berkala.
Tarif PPh Pasal 25
Terdapat dua (2) jenis pembayaran angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh
Pasal 25) untuk Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP), yaitu:
Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (WP OPPT), yaitu yang
melakukan usaha penjualan barang, baik grosir maupun eceran, serta jasa
dengan satu atau lebih tempat usaha. PPh 25 bagi OPPT = 0.75% x omzet
bulanan tiap masing-masing tempat usaha.
Wajib Pajak Orang Pribadi Selain Pengusaha Tertentu (WP OPSPT), yaitu
pekerja bebas atau karyawan, yang tidak memiliki usaha sendiri. PPh 25 bagi
OPSPT = Penghasilan Kena Pajak (PKP) x Tarif PPh 17 ayat (1) huruf a UU PPh
(12 bulan).
TERIMA KASIH