Anda di halaman 1dari 26

Kelompok 3

Ayu Lestari
Miftakhul Laila T
Resha Novellya

POLIO

Polio merupakan penyakit yang disebabkan virus polio


yang tergolong dalam Picornavirus. Suatu mikro
organisme berukuran kecil, namun
dapat melumpuhkan tubuh.

Penyakit polio sering disebut poliomyelitis merupakan


penyakit virus paling tua umurnya. Penderita penyakit
ini sudah terekam pada relief peninggalan zaman Mesir
Kuno yang dipahat ribuan tahun sebelum Masehi. Pada
relief itu, tertulis seorang raja yang kakinya kecil
sebelah, sehingga para arkeolog dan kalangan medis
menduga sang raja terkena polio.

DESKRIPSI

Vaksin mOPV1 adalah cairan berwarna kuning muda


sampai merah muda dalam vial gelas yang
mengandung suspensi dari tipe 1 virus Polio hidup
yang dilemahkan (strain Sabin).

KOMPOSISI

Setiap dosis (2 tetes = 0,1 mL) mengandung:

Zat berkhasiat:

Virus Polio hidup yang dilemahkan (strain Sabin)


tipe 1 106.0 CCID50*

INDIKASI

Digunakan untuk merespon kejadian luar biasa


(outbreak) yang disebabkan oleh virus Poliomyelitis tipe
1.

CARA KERJA OBAT

Memberi perlindungan terhadap infeksi virus Polio tipe 1


dengan membentuk antibodi.

POSOLOGI

mOPV 1 hanya digunakan secara oral.

Diteteskan langsung ke dalam mulut dari vial dosis


ganda melalui droper sebanyak 2 tetes.
Hati-hati jangan sampai droper terkontaminasi dengan
air liur anak yang divaksinasi.

EFEK SAMPING

Umumnya tidak terdapat efek samping. Sangat jarang


terjadi, kelumpuhan yang diakibatkan karena vaksin
(perbandingan 1: 3.000.000).

Individu yang berhubungan erat dengan anak yang


telah divaksinasi jarang sekali beresiko mengalami
lumpuh polio(Paralyticpoliomyelitis) akibat
vaksinasi.

KONTRAINDIKASI

Apabila sedang mengalami diare, dosis mOPV1 yang


diberikan tidak akan dihitung sebagai bagian dari
jadwal imunisasi, dan harus diulang setelah sembuh.

Penderita leukemia dan disgammaglobulinemia.

Anak dengan infeksi akut yang disertai demam.

Anak dengan defisiensi sistem kekebalan.

Anak dalam pengobatan imunosupresif.

PERINGATAN & PERHATIAN

Harus diberikan secara oral

Pemberian secara bersama-sama dengan vaksin hidup


lainnya harus diberikan secara terpisah.
Perhatikan petunjuk pemakaian vaksin Potensi vaksin
akan terjaga sampai dengan waktu daluarsa yang
terdapat pada label/ etiket yang tertera pada vial jika
disimpan pada suhu tidak lebih dari -20C.
Dan hanya dapat disimpan selama 6 bulan pada suhu
antara -2C s/d -8C.
Masa kadaluarsa 2 tahun.

Zat tambahan :

Eritromisin tidak lebih dari 2 mcg

Kanamisin tidak lebih dari 10 mcg

Sukrosa 35 % v/v (sebagai zat penstabil)

* CCID50=CellCultureInfectiveDose

DESKRIPSI

Vaksin Polio Oral (OPV) adalah vaksin tri- valen


merupakan cairan berwarna kuning kemerahan
dikemas dalam vial gelas yang mengandung
suspensi dari tipe 1,2, dan 3 virus Polio hidup
(strain Sabin) yang telah dilemahkan. Vaksin Polio
Oral ini merupakan suspensi drops untuk
diteteskan melalui droper (secara oral).

KOMPOSISI

Tiap dosis (2 tetes = 0,1 mL) mengandung :

Zat berkhasiat :

Virus Polio hidup dilemahkan (strain Sa- bin) tipe 1


106.0 CCID50* tipe 2 105.0 CCID50 tipe 3 105.8 CCID50

Zat tambahan :

Eritromisin tidak lebih dari 2 mcg

Kanamisin tidak lebih dari 10 mcg

Sukrosa 35 % (v/v) (sebagai zat penstabil)

* CCID50 = CellCultureInfectiveDose50

INDIKASI

Vaksin digunakan untuk pencegahan terhadap Poliomyelitis.

CARA KERJA OBAT

Merangsang tubuh membentuk antibodi terhadap Poliomyelitis.

POSOLOGI

OPV hanya diberikan secara oral. Diteteskan langsung ke dalam


mulut dari vial dosis ganda melalui droper sebanyak 2 tetes.

Hati-hati jangan sampai droper terkontaminasi dengan air liur anak


yang di vaksinasi.

Bayi-bayi sedikitnya harus mendapatkan 3 dosis OPV dengan


interval waktu 4 minggu pada usia 2 bulan.

Imunisasi ulangan diberikan 1 dan 3 tahun kemudian ; 1 dosis.

EFEK SAMPING
Umumnya tidak terdapat efek samping. Sangat jarang
terjadi kelum- puhan (paralytic poliomyelitis), yang
diakibatkan karena vaksin (perbandingan 1 / 1.000.000
dosis).
Individu

yang kontak dengan anak yang telah divaksinasi,


jarang sekali beresiko mengalami lumpuh polio (paralytic
poliomyelitis) akibat vaksi- nasi (perbandingan 1 /
1.400.000 dosis sampai 1 / 3.400.000 dosis). Dan hal ini
terjadi bila kontak belum mempunyai kekebalan terhadap
virus
polio
atau
belum
pernah
diimunisasi.
Sindroma Guillain Barr.

KONTRAINDIKASI
Apabila sedang mengalami diare, dosis OPV yang
diberikan tidak akan dihitung sebagai bagian dari
jadwal imunisasi, dan harus diulang setelah sembuh.

Penderita leukemia dan disgamma- globulinemia.

Anak dengan infeksi akut yang disertai demam.

Anak dengan defisiensi sistem keke- balan.

Anak dalam pengobatan imunosu- presif

PERINGATAN & PERHATIAN

Harus diberikan secara oral

Pemberian secara bersama-sama dengan vaksin


hidup lainnya harus dilakukan secara terpisah
PENYIMPANAN
Potensi vaksin akan terjaga sampai dengan waktu
daluarsa yang terda- pat pada vial jika disimpan pada
suhu tidak lebih dari -20C. Dan hanya dapat
disimpan selama 6 bulan pada suhu antara +2C dan
+8C.
Masa daluarsa 2 tahun.

Penggunaan vaksin dalam vial dosis ganda yang


sudah dibuka

Vaksin OPV dalam kemasan vial dosis ganda yang


telah diambil satu dosis atau lebih untuk imunisasi
dapat disimpan dan dapat digunakan untuk sesi
imunisasi berikutnya sampai dengan 4 minggu, jika
semua kondisi yang dipersyaratkan dipenuhi

Penyebaran utamanya melalui kontak dengan


manusia. Di luar tubuh manusia, virus ini hanya
mampu bertahan hidup sebentar.
Virus ini disebarkan melalui rute orofecal (melalui
makanan dan minuman) dan melalui percikan ludah.
Kemudian virus berkembang biak di tenggorokan dan
usus dan kemudian menyebar ke kelenjar getah bening,
masuk ke dalam darah, serta menyebar ke seluruh
tubuh. Sasaran virus polio terutama adalah sistem saraf
yaitu ke otak, sumsum tulang belakang dan simpulsimpul saraf.

Dalam sistem saraf virus polio menyerang dan


merusak simpul-simpul saraf sehingga tidak
berfungsi. Biasanya yang diserang saraf penggerak
otot tungkai/kaki dan kadang-kadang tangan. Inilah
yang kemudian menyebabkan kelumpuhan dengan
mengecilnya tungkai, sehingga jalan menjadi tidak
sempurna.
Namun, virus ini dapat pula menyerang saraf
otot lengan dan tangan. Ia bahkan bisa menyerang
bagian otak sehingga susah menelan waktu makan,
mengalami kesulitan bernapas, dan akhirnya
menimbulkan kematian.

Respons pertama terhadap infeksi poliovirus biasanya


bersifat infeksi asimptomatik, yakni tidak menunjukkan gejala
sakit apa pun. Sekitar 4 sampai 8 persen infeksi polio virus tidak
menimbulkan gejala serius. Infeksi itu hanya menimbulkan
penyakit minor (abortive poliomyelitis) berupa demam, lemah,
mengantuk, sakit kepala, mual, muntah, sembelit dan sakit
tenggorokan. Setelah itu, pasien dapat sembuh dalam beberapa
hari.
Namun, bila poliovirus menginfeksi sel yang menjadi sasaran
utamanya, yaitu susunan sel syaraf pusat di otak, terjadilah
poliomyelitis nonparalitik (1 sampai 2 persen) dan poliomyelitis
paralitik (0,1 sampai 1 persen).

Pada kasus poliomyelitis nonparalitik, yang


berarti poliovirus telah mencapai selaput otak
(meningitis aseptik), penderita mengalami kejang otot,
sakit punggung dan leher; selain dari gejala penyakit
minor yang telah disebutkan di atas.
Sedangkan kasus poliomyelitis paralitik, biasanya
terjadi sebagai perkembangan lebih lanjut gejala
ringan sebelumnya, meskipun dapat pula terjadi
tanpa melalui fase pertama tersebut. Pada tahap ini,
akan terjadi kerusakan tulang punggung atau bulbar
dan lumpuh lemas (flacid paralisis), yang terjadi
akibat kerusakan neuron motor bawah. Inilah puncak
serangan yang sangat ditakuti manusia.

Penyakit ini lebih sering berjangkit di daerah


dingin. Poliovirus lebih sering menyerang bayi dan
anak balita, dari pada orang dewasa, karena
kekebalannya masih lemah. Virus ini juga lebih
banyak menyerang pria dewasa dari pada wanita.

Inang atau tempat hidup poliovirus hanyalah


tubuh manusia dan di tempat ini ia mampu hidup
bertahun-tahun lamanya. Pada tubuh hewan ia
tidak dapat hidup. Sedangkan di alam bebas,
makhluk ini disebut sebagai virus liar (wild virus),
yang hanya mampu bertahan selama dua hari
karena tidak tahan terhadap panas, cahaya dan
pengeringan.

1.

2.

3.

4.

memberi imunisasi polio pada semua anak


sebanyak empat kali sebelum usia satu
tahun sebagai bagian imunisasi rutin untuk
mencegah tujuh penyakit utama anak
(tuberkulosis/meningitis,
polio,
dipteri,
pertusis, tetanus, campak, hepatitis B).
lewat Pekan Imunisasi Nasional semua
anak di bawah usia lima tahun diberi dua
dosis vaksin polio dengan tenggang waktu
satu bulan.
Ketiga,
sistem
pengamatan
dibuat
sedemikian rupa sehingga tak ada kasus
polio
yang
tak
teridentifikasi.
Keempat, mengirim tim untuk melakukan
imunisasi dari rumah ke rumah di wilayah
virus polio dicurigai masih beredar.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai