Anda di halaman 1dari 25

KEKUAS

AAN
NEGARA

Oleh :
Annisa Karima
Harda
Efri Oktavian
Khairunnisa Aswidra
Muawidza Badri
Taufik Hidayat
Kelas :
XI MIA 2

Konsep Pembagian
Kekuasaan

A. Pengertian Pembagian Kekuasaan


Pembagian kekuasaan terdiri dari dua kata,
yaitu pembagian dan kekuasaan.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI)
pembagian memiliki pengertian proses
menceraikan menjadi beberapa bagian atau
memecahkan (sesuatu) lalu memberikannya
kepada pihak lain.
Sedangkan kekuasaan adalah wewenang
atas sesuatu atau untuk menentukan
(memerintah, mewakili, mengurus, dsb)
sesuatu.

Menurut Moh. Kusnardi dan Harmaily


Ibrahim
pembagian kekuasaan berarti bahwa
kekuasaan itu memang dibagi-bagi dalam
beberapa bagian (legislatif, eksekutif dan
yudikatif), tetapi tidak dipisahkan. Hal ini
membawa konsekuensi bahwa diantara
bagian-bagian itu dimungkinkan ada
koordinasi atau kerjasama

PENERAPAN PEMBAGIAN
KEKUASAAN
A. PEMBAGIAN KEKUASAAN SECARA
HORIZONTAL
Pembagian kekuasaan secara horizontal
yaitu pembagian kekuasaan menurut
fungsi
lembaga-lembaga
tertentu
(legislatif, eksekutif dan yudikatif).
Berdasarkan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, secara horizontal
pembagian kekuasaan negara di lakukan
pada tingkatan pemerintahan pusat dan
pemerintahan daerah.

1. Kekuasaan konstitutif
Kekuasaan konstitutif, yaitu kekuasaan
untuk mengubah dan menetapkan
Undang-Undang Dasar.
-. dijalankan oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat
-. ditegaskan dalam Pasal 3 ayat (1) UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang menyatakan bahwa Majelis
Permusyawaratan Rakyat berwenang
mengubah dan menetapkan UndangUndang Dasar.

2. Kekuasaan eksekutif
Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan
untuk menjalankan undang-undang dan
penyelenggraan pemerintahan Negara.
- dipegang oleh Presiden
- ditegaskan dalam Pasal 4 ayat (1) UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang menyatakan bahwa Presiden
Republik Indonesia memegang
kekuasaan pemerintahan menurut
Undang-Undang Dasar.

3. Kekuasaan Legislatif
Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan
untuk membentuk undang-undang.
- dipegang oleh Dewan Perwakilan
Rakyat
- ditegaskan dalam Pasal 20 ayat (1) UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang menyatakan bahwa Dewan
Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan
membentuk undang-undang.

4. Kekuasaan Yudikatif
Kekuasaan yudikatif atau disebut kekuasaan
kehakiman, yaitu kekuasaan untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan.
- dipegang oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah
Konstitusi
- ditegaskan dalam Pasal 24 ayat (2) UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan
bahwa Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh
sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan
yang berada di bawahnya dalam lingkungan
peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan
tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi.

5. Kekuasaan eksaminatif/inspektif
Kekuasaan eksaminatif/inspektif, yaitu
kekuasaan yang berhubungan dengan
penyelenggaraan pemeriksaan atas
pengelolaan dan tanggung jawab tentang
keuangan negara.
Kekuasaan ini
dijalankan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan sebagaimana ditegaskan
dalam Pasal 23 E ayat (1) UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang
menyatakan bahwa untuk memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab tentang
keuangan negara diadakan satu Badan

6. Kekuasaan moneter
Kekuasaan moneter, yaitu kekuasaan
untuk menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter, mengatur dan
menjaga kelancaran sistem pembayaran,
serta memelihara kestabilan nilai rupiah.
- dijalankan oleh Bank Indonesia
- ditegaskan dalam Pasal 23 D UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang menyatakan bahwa negara
memiliki suatu bank sentral yang
susunan, kedudukan, kewenangan,
tanggung jawab, dan indepedensinya

B. PEMBAGIAN KEKUASAAN SECARA VERTIKAL

Pembagian kekuasaan secara vertikal merupakan


pembagian kekuasaan menurut tingkatnya, yaitu
pembagian kekuasaan antara beberapa tingkatan
pemerintahan.
pembagian kekuasaan secara vertikal di negara
Indonesia berlangsung antara pemerintahan pusat
dan pemerintahan daerah (pemerintahan provinsi
dan pemerintahan kabupaten/kota).
Pembagian kekuasaan secara vertikal muncul
sebagai konsekuensi dari diterapkannya asas
desentralisasi di Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Macam-macam
Kekuasaan

Menurut John Locke, kekuasaan negara itu


dapat dibagi menjadi tiga macam
kekuasaan yaitu:
Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan
untuk membuat atau membentuk undangundang
Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan
untuk melaksanakan undang-undang,
termasuk kekuasaan untuk mengadili
setiap pelanggaran terhadap
undangundang
Kekuasaan federatif, yaitu kekuasaan
untuk melaksanakan hubungan luar negeri.

Menurut Montesquieu, kekuasaan


negara ada tiga yaitu:
Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan
untuk membuat atau membentuk
undang-undang
Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan
untuk melaksanakan undang-undang
Kekuasaan yudikatif, yaitu kekuasaan
untuk mempertahankan undangundang,
termasuk kekuasaan untuk mengadili
setiap pelanggaran terhadap undangundang.

Tugas, Wewenang,
dasar hukum lembaga
negara

PRESIDEN
Tugas dan Wewenang :
A. Kepala pemerintah

B.kepala negara
Memberi grasi dan rehabilitasi dan
Memegang kekuasaan pemerintah
pertimbangan MA. (pasal 11 ayat 1)
menurut UUD. (pasal 4 ayat 1)
memberikan amnesti & abolish dengan
Menetapkan peraturan pemerintah
memperhatikan pertimbangan DPR.
untuk menjalankan UU
(pasal 10 ayat 2)
sebagaimana mestinya. (pasal 5
Membuat perjanjian dengan negara lain
dengan persetujuan. (pasal 11 ayat 1)
ayat 2)
mengangkat duta & konsul. (pasal 13 ayat
Mengajukan RUU kepada DPR.
3)
(pasal 5 ayat 1)
Memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain.
Membentuk dewan pertimbangan
(pasal 15)
yang bertugas memberi nasihat dan
Menyatakan perang & membuat
pertimbangan kepada presiden.
perdamaian dengan negara lain dengan
(pasal 16)
persetujuan DPR.
Mengangkat dan memberhentikan
(pasal 11 ayat 1)
menteri-menteri. (pasal 17 ayat 2)
menyatakan keadaan bahaya. (pasal 12)

PRESIDEN
Dasar Hukum :
Pasal 4 ayat (1) UUD RI 1945,
Pasal 5 ayat (1) dan (2
UUDRI1945),
Pasal 11 ayat (1) UUDRI1945,
Pasal 12 UUDRI1945,
Pasal 13 ayat (1) UUDRI1945,
Pasal 14 ayat (1) dan (2)
UUDRI1945,
Pasal 15 UUDRI1945,
Pasal 16 UUDRI1945,
Pasal 17 ayat 2 UUDRI1945,
Pasal 20 ayat (2) UUDRI1945,
Pasal 24A ayat (3) UUDRI1945,
dan
Pasal 24C ayat (3) UUDRI1945.

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT


(MPR)
Tugas dan Wewenang :
Menetapkan dan mengubah
UUD. (pasal 3 ayat 2)
Melantik presiden dan wakil
presiden. (pasal 3 ayat 2)
Memberhentikan presiden
dan wakilnya dalam masa
jabatan menurut UUD.
(pasal3ayat3)
Keanggotaan : terdiri dari
anggota DPR & DPD.

Dasar Hukum :
UUD RI 1945 pasal 2
dan 3

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT


(DPR)
Tugas dan Wewenang :
Memegang kekuasaan
membentuk UU dengan
persetujuan presiden. (Fungsi
legislatif) (pasal 20 ayat 1)
Membahas dan menyetujui
bersama rancangan UU yang
diajukan presiden dan
Memiliki fungsi legislasi,
anggaran, pengawasan (pasal
20A ayat1)
Memiliki hak inisiatif, angket,
budget, amandemen, interelasi,
petisi

Dasar Hukum :
Pasal 20 ayat (1) dan (2) UUD RI
1945
Pasal 22 ayat (2) UUD RI 1945
Pasal 23 ayat (2) UUD RI 1945
Pasal 22D ayat (3) UUD RI 1945
Pasal 22E ayat (2) UUD RI 1945
Pasal 24B ayat (3) UUD RI 1945
Pasal 24A ayat (3) UUD RI 1945
Pasal 14 ayat (2) UUD RI 1945
Pasal 11 ayat (2) UUD RI 1945

DEWAN PERWAKILAN DAERAH


(DPD)
Tugas dan Wewenang :
Mengajukan RUU yang berkaitan
dengan otonomi daerah, hubungan
pusat dan daerah pembentukan &
pemekaran serta penggabungan
daerah, pengelolaan SDA dan
sumber daya ekonomi lainnya, serta
yang berkaitan dengan pertimbangan
keuangan pusat dan daerah.
DPD ikut membahas RUU yang
berkaitan dengan otonomi daerah
pembentukan, pemekaran dan
penggabungan daerah, pengelolaan
SDA,SD ekonomi lainnya, serta
berkaitan dengan pertimbangan
keuangan pusat dan daerah.
Memberikan pertimbangan kepada
DPR atas RUU APBN dan RUU
pajak, pendidikan dan agama.

Melakukan pengawasan pelaksanaan


RUU mengenai otonomi daerah,
pembentukan/pemekaran dan
penggabungan daerah, hubungan
pusat dan daerah, pengelolaan SDA
dan SDE lainnya, pelaksanaan APBN
pajak, pendidikan dan agama, serta
menyampaikan hasil pengawasan itu.
Dasar Hukum :
Pasal 22D ayat (1), (2), dan (3) UUD RI
1945, dan
Pasal 23F ayat (1) UUD RI 1945.

KOMISI YUDISIAL (KY)


Tugas dan Wewenang :
Mengawasi perilaku hakim.
Mengusulkan nama calon
Dasar Hukum :
hakim agung.
Pasal 24A ayat (3) UUD RI
1945, dan
Pasal 24B ayat (1) UUD RI
1945.

MAHKAMAH AGUNG (MA)


Tugas dan Wewenang :
Mengadili pada tingkat
kasasi.
Menguji peraturan
perundang-undangan
dibawah undang-undang
terhadap undang-undang.
Memberikan pertimbangan
hukum kepada presiden
dalam hal permohonan
grasi dan rehabilitasi.
Mengajukan tiga orang
anggota hakim konstitusi.

Dasar Hukum :
Pasal 24 ayat (2) UUD RI
1945,
Pasal 24A ayat (1) UUD RI
1945, dan
Pasal 24C ayat (3) UUD RI
1945

MAHKAMAH KONSTITUSI (MK)


Tugas dan Wewenang :
Berwenang mengadili pada tingkat
pertama dan terakhir yang keputusannya
bersifat final untuk menguji UndangUndang terhadap Undang-Undang
Dasar, memutus sengketa
kewewenangan lembaga Negara yang
kewewenangannya diberikan oleh
UUD1945, memutus pembubaran partai
politik, dan memutus perselisihan
tentang hasil Pemilihan Umum.
Wajib memberi keputusan atas pendapat
Dewan Perwakilan Rakyat mengenai
dugaan pelanggaran oleh Presiden atau
Wakil Presiden menurut UUD 1945.
Menguji undang-undang terhadap UUD
19451.

Memutus sengketa kewenangan


antar lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh
UUD 1945.
Memutus pembubaran partai politik.
Memutus perselisihan tentang hasil
pemilu.
Dasar Hukum :
Pasal 24C ayat (1) dan (2) UUD
RI 1945.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


(BPK)
Tugas dan Wewenang :
Memeriksa pengelolaan
dan tanggung jawab
keuangan negara.
Melakukan
pembendaharaan
berdasarkan peraturan
yang berlaku.
Menetapkan kebijakan
tugas penunjangannya.
Mengatur tentang pajak
serta hal keuangan yang
lainnya.

Dasar Hukum :
Pasal 23E, 23F, 23G UUD RI
1945,
UU RI No. 15 tahun 2006
tentang badan pemeriksa
keuangan sebagai pengganti
UU RI No. 5 tahun 1973 tentang
badan pemeriksa keuangan.
UU RI No.15 tahun 2004
tentang pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara.
UU RI No.1 tahun 2004 tentang
perbendaharaan negara.
UU RI No.17 tahun 2003
tentang keuangan negara.

Anda mungkin juga menyukai