Anda di halaman 1dari 28

KELOMPOK

MOLA
HIDATIDOSA

1.

NOVITA H

2.

RAHAYU RINA

3.

E L L YA D E W I

4.

NAILA SALMA

5.

NIMATUS S

6.

MAULA ALIF

7.

AYU ATIKA

8.

DIANA AULIA

PENGERTIAN MOLA HIDATIDOSA


salah satu Penyakit Trofoblas Gestasional (PTG), yang
meliputi berbagai penyakit yang berasal dari plasenta
yaitu mola hidatidosa parsial dan komplit, koriokarsioma,
mola invasif dan plasenta site trophoblastic tumors
suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi
tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi
proliferasi dari vili koriales disertai dengan degenerasi
hidrofik.

EPIDEMIOLO
GI

Insiden mola hidatidosa sering didapatkan pada


wanita usia produktif.
insiden mola hidatidosa diberbagai negara
Insiden mola hidatidosa, sering ditemukan
pada wanita dengan sosial ekonomi rendah
Kejadian penyakit trofoblas di Asia jauh lebih
tinggi dibandingkan negara maju

PATOFISIOLOGIS
Hamil anggur atau mola hidatidosa dapat terjadi karena :
Tidak adanya buah kehamilan (agenesis) atau adanya
perubahan (degenerasi) sistem aliran darah terdapat buah
kehamilan, pada usia kehamilan minggu ke-3 sampai minggu
ke-4
Aliran (sirkulasi) darah yang terus berlangsung tanpa bakal
janin, akibat terjadi penigkatan produksi cairan sel trofoblas
(bagian tepi sel telur yang telah dibuahi).
Kelainan substansi kromosom (kromatin) seks.

ETIOLOGI
1.Faktor ovum
2.Abnormalitas kromosom
3.Defisiensi protein (makanan / gizi).
4.Adanya infeksi virus / toksoplasmosis
5.Gangguan pada desidua.
6.Proliferasi abnormal dari vili khorialis

TANDA DAN GEJALA


1.Gejala mirip orang hamil
2.Pada mola hidatidosa komplet, terdapat tanda-tanda gejala klasik
a) Perdarahan pervagina
b) Hiperemesis
c) Hipertiroid
d) Didapatkan umur kehamilan yang tidak sesuai dengan besarnya uterus
e) Tidak ada gerakan janin
f) Ditemukan gejala preeclampsia
g) Kista theca lutein,
h) Pelunakkan
i) Pembesaran

3.Pada mola parsial, penderita biasanya mengeluhkan gejala


seperti abortus inkomplet atau missed abortion, seperti
adanya perdarahan pervaginam dan tidak adanya denyut
jantung janin.
4.Pasien tampak dehidrasi dan kurus apabila terdapat
muntah dan kehilangan berat badan yang hebat. Tidak
jarang, kelenjar tiroid membesar, dan terjadi takikardi yang
mungkin berhubungan dengan hipotiroidisme.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan radiologis atau rontgen :
tidak terlihat gambar tulang janin/ rangka
tulang (pada kehamilan 3-4 bulan). Yang
terlihat justru gambar mirip sarang lebah
(honeycomb) atau gambar mirip badai
salju (snow strom).

PEMERIKSAAN PENUNJANG
2. Pemeriksaan ultrasonografi
(USG)
Ditemukan gambaran mirip
badai salju (snow storm) yang
mengidentifikasikan vili
khoriales yang hidrofik dan tidak
adanya gambaran yang
menunjukkan denyut jantung
janin

PEMERIKSAAN PENUNJANG
3. Pemeriksaan Doppler : denyut jantung janin
tidak terdengar
4. Pemeriksaan Laboratorium
5. Pemeriksaan T3 dan T4 bila tampak tandatanda tiroksikosis hipertiroid

KOMPLIKASI
1.Perdarahan yang hebat dapat menyebabkan syok, bila tidak
segera ditangani dapat berakibat fatal.
2.Perdarahan yang berulang-ulang dapat menyebabkan anemia.
3.Infeksi sekunder.
4.Perforasi karena tindakan dan keganasan.
5.Dapat menjadi karsinoma.
6.Hiperemesis gravidarum (14-30% pasien)

7.Tirotoksikosis (2-10% pasien)


8.Torsi atau ruptur suatu kista teka-lutein
9.Koagulasi intravaskular diseminata
10.Invasi trofoblastik atau embolisasi.
11.Acute respiratory distress yang disertai takipnea,
hipoksemia, dan takikardia dapat berkembang
sebelum, sewaktu, atau setelah evakuasi.

PROGNOSIS
Hampir 20% wanita dengan kehamilan mola komplet
dapat berkembang menjadi penyakit trofoblastik ganas.
Resiko terjadinya kekambuhan adalah sekitar 1-2%.
Setelah 2 atau lebih kehamilan mola, maka resiko
kekambuhannya menjadi 1/6,5 sampai 1/17,5.
Riwayat (pasca-mola hidatidosa, pasca-abortus, pascapartus biasa) dapat terjadi degenerasi ganas

PENATALAKSANAAN
Apabila bidan menghadapi penderita dengan gambaran
klinis kehamilan ektopik, maka tugas bidan adalah merujuk
penderita ke pusat pelayanan kesehatan yang lebih
lengkap untuk mempersiapkan evaluasi dan memperbaiki
keadaan umum bila diperlukan.

Sebagai gambaran penatalaksanaan medis,


prinsip penanganannya adalah
Memperbaiki keadaan umum
Pengeluaran jaringan mola (evakuasi)
Tunda kehamilan dengan kontrasepsi
Memberikan dukungan emosi pada penderita
(ibu) dan keluarga.
Segeralah melakukan konsultasi atau
melakukan rujukan karena tindakan
selanjutnya memerlukan konsep spesialistik

Mola harus segera diobati, karena semakin


besar kandungan yang berisi mola, risiko
menjado ganas memkin banyak. Daya
tahan tubuh untuk melawan mekin berat,
dan makin besar mola makin tinggi risiko
terjadi keganasan.

Penatalaksanaan jika dilakukan kolaborasi dengan dokter :


Penanganan awal
Jika diagnosis kehamilan mola telah ditegakka, lakukan
evakuasi uterus :
- Jika dibutuhkan dilatasi serviks, gunakan blok paraservikal.
- Pengosongan dengan Aspirasi Vakum Manual (AVM) lebih
aman dari Kuretase tajam. Risiko perforasi dengan
menggunakan kuret tajam cukup tinggi.

ASPIRASI VAKUM MANUAL


1.

Kaji ulang indikasi (abortus insipiens < 16 minggu, abortus inkomplit,


mola, perdarahan pascapersalinan akibat sisa plasenta).

2.

Lakukan konseling dan persetujuan tindakan medis.

3.

Persiapan alat, pasien, dan pencegahan infeksi sebelum tindakan.

4.

Berikan dukungan emosional. Beri parasetamol 30 menit sebelum


tindkan.

5.

Siapkan tekanan negatif didalam tabung AVM dengan :


Menutup klep atau pengatur katup kedepan bawah
Tarik tangkai plunger hingga ganjal kirri dan kanan keluar dari tabung dan tertekan baik dibelakang
tabung

Letakkan dimeja instrumen.


Catatan : pada mola dengan jumlah jaringan banyak, siapkan tiga tabung AVM.

6.

Suntik 10 nit oksitosin 1M atau 0,2 mg ergometrin 1M sebelum tindakan agar uterus
berkontraksi dan risiko bervorasi berkurang.

7.

Lakukan pemeriksaan bimanual untuk menentukan bukaan serviks,


besar, arah, dan konsistensi uterus dan kondisi fornises.

8.

Tindakan septik/antiseptik pada vagina dan serviks.

9.

Periksa apakah ada robekan serviks atau hasil konsepsi di kanalis


servikalis. Jika ada keluarkan dengan cunam ovum.

10. Jepit serviks dengan tenakulum pada pukul 11.00 dan 13.00. jika bukan
serviks cukup besar, bibir atau serviks dapat dijepit dengan cunam ovum
atau cunam fenster.

11. Jika menggunakan tenakulum untuk menjepit serviks, suntikan 1ml


ligokain 0,5% pada bibir depan dan belakang serviks
12. Dilatasi hanya dilakukan pada mi ssed abortion atau jika sisa hasil
konsepsi tertahan di vakum uteri untuk beberapa hari :
Masukkan kanula sedot yang terbesar
Lakukan dilatasi secara bertahap (sampai 10-12 mm).
Hati-hati jangan sampai merobek serviks.

13. Lakukan pemeriksaasn kedalaman dan lengkung uterus dengan penera


kavum uteri.

14. Tentukan ukuran kanula yang sesuai dengan bukaan ostium.


15. Masukan kanula sambil merotasikan ke dalam kavum uteri.
16. Tarik tenakulum hingga serviks dan uterus pada posisi yang sesuai,
kemudian doronng kanula hingga mencapai fundus tetapi tidak lebih dari
10 cm. ukur kedalaman uterus dengan tanda dengan tanda bulatan yang
terdapat pada kanula kemudian mundurkan kanula sedikit.

17. Hubungkan kanula dengan tabung AVM yang telah disiapkan. Tabung
dipegang dengan satu tangan , tenakulum dengan tangan lainnya.
Adaptor dihubungkan dengan mulut tabung.
18. Buka katup pengatur tekanan dengan kanula sehingga menyentuh
fundus kemudian lakukan evakuasi sisa konsepsi dengan gerakan maju
mundur sambil rotasi dari kiri ke kanan. Jaga ujung kanula tidak keluar
dari ostium uteri.

19. Perhatikan tanda-tanda evakuasi sudah selesei :


Terdapat busa kemerah-merahan , tanpa jaringan dalam kanula.
Terasa mulut kanula mengenai permukaan yang kasar seperti sabut.
Uterus berkontraksi seperti menjepit kanula.

20. Keluarkan kanula dari ostium


21. Keluarkan isi tabung ke dalam tempat penampungan (untuk pemeriksaan
patologi anatomi), buka pengatur klep dan tekan pendorong.

22. Lakukan pemeriksaan bimanual untuk menilai besar dan konsistensi


uterus.
23. Periksa hasil evakuasi uterus, jika bukan berupa sisa konsepsi, pikirkan
kemungkinan.
24. Pasang spekulu vagina, periksa apakah masih ada perdarahan. Jika masih
ada perdarahan dan uterus masih lunak dan besar, perlu dilakukan
evakuasi ulang.

PERAWATAN PASCATINDAKAN.
Beri parasetamol 500mg jika perlu.
Segera mobilisasi dan realimentasi.
Beri antibiotika profilaksis, termasuk tetanus profilaksis jika tersedia.
Konseling KB.
Boleh pulang 1-2 jam pascatindakan dan tidak terdapat tanda-tanda komplikasi.
Anjurkan pasien kembali ke dokter jika terjadi gejala seperti :
Nyeri perut (lebih dari beberapa hari)
Perdarahan (berlanjut lebih dari 2 minggu)
Perdarahan lebih dari haid
Demam
Menggigil
Pingsan

Penanganan selanjutnya
Pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi
hormonal (apabila masih ingin anak) atau tubektomi
apabila ingin menghentikan fertilitas. Lakukan
pemantauan setiap 8 minggu selama minimal 1 tahun
pascaevakuasi

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai