MOLA
HIDATIDOSA
1.
NOVITA H
2.
RAHAYU RINA
3.
E L L YA D E W I
4.
NAILA SALMA
5.
NIMATUS S
6.
MAULA ALIF
7.
AYU ATIKA
8.
DIANA AULIA
EPIDEMIOLO
GI
PATOFISIOLOGIS
Hamil anggur atau mola hidatidosa dapat terjadi karena :
Tidak adanya buah kehamilan (agenesis) atau adanya
perubahan (degenerasi) sistem aliran darah terdapat buah
kehamilan, pada usia kehamilan minggu ke-3 sampai minggu
ke-4
Aliran (sirkulasi) darah yang terus berlangsung tanpa bakal
janin, akibat terjadi penigkatan produksi cairan sel trofoblas
(bagian tepi sel telur yang telah dibuahi).
Kelainan substansi kromosom (kromatin) seks.
ETIOLOGI
1.Faktor ovum
2.Abnormalitas kromosom
3.Defisiensi protein (makanan / gizi).
4.Adanya infeksi virus / toksoplasmosis
5.Gangguan pada desidua.
6.Proliferasi abnormal dari vili khorialis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan radiologis atau rontgen :
tidak terlihat gambar tulang janin/ rangka
tulang (pada kehamilan 3-4 bulan). Yang
terlihat justru gambar mirip sarang lebah
(honeycomb) atau gambar mirip badai
salju (snow strom).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
2. Pemeriksaan ultrasonografi
(USG)
Ditemukan gambaran mirip
badai salju (snow storm) yang
mengidentifikasikan vili
khoriales yang hidrofik dan tidak
adanya gambaran yang
menunjukkan denyut jantung
janin
PEMERIKSAAN PENUNJANG
3. Pemeriksaan Doppler : denyut jantung janin
tidak terdengar
4. Pemeriksaan Laboratorium
5. Pemeriksaan T3 dan T4 bila tampak tandatanda tiroksikosis hipertiroid
KOMPLIKASI
1.Perdarahan yang hebat dapat menyebabkan syok, bila tidak
segera ditangani dapat berakibat fatal.
2.Perdarahan yang berulang-ulang dapat menyebabkan anemia.
3.Infeksi sekunder.
4.Perforasi karena tindakan dan keganasan.
5.Dapat menjadi karsinoma.
6.Hiperemesis gravidarum (14-30% pasien)
PROGNOSIS
Hampir 20% wanita dengan kehamilan mola komplet
dapat berkembang menjadi penyakit trofoblastik ganas.
Resiko terjadinya kekambuhan adalah sekitar 1-2%.
Setelah 2 atau lebih kehamilan mola, maka resiko
kekambuhannya menjadi 1/6,5 sampai 1/17,5.
Riwayat (pasca-mola hidatidosa, pasca-abortus, pascapartus biasa) dapat terjadi degenerasi ganas
PENATALAKSANAAN
Apabila bidan menghadapi penderita dengan gambaran
klinis kehamilan ektopik, maka tugas bidan adalah merujuk
penderita ke pusat pelayanan kesehatan yang lebih
lengkap untuk mempersiapkan evaluasi dan memperbaiki
keadaan umum bila diperlukan.
2.
3.
4.
5.
6.
Suntik 10 nit oksitosin 1M atau 0,2 mg ergometrin 1M sebelum tindakan agar uterus
berkontraksi dan risiko bervorasi berkurang.
7.
8.
9.
10. Jepit serviks dengan tenakulum pada pukul 11.00 dan 13.00. jika bukan
serviks cukup besar, bibir atau serviks dapat dijepit dengan cunam ovum
atau cunam fenster.
17. Hubungkan kanula dengan tabung AVM yang telah disiapkan. Tabung
dipegang dengan satu tangan , tenakulum dengan tangan lainnya.
Adaptor dihubungkan dengan mulut tabung.
18. Buka katup pengatur tekanan dengan kanula sehingga menyentuh
fundus kemudian lakukan evakuasi sisa konsepsi dengan gerakan maju
mundur sambil rotasi dari kiri ke kanan. Jaga ujung kanula tidak keluar
dari ostium uteri.
PERAWATAN PASCATINDAKAN.
Beri parasetamol 500mg jika perlu.
Segera mobilisasi dan realimentasi.
Beri antibiotika profilaksis, termasuk tetanus profilaksis jika tersedia.
Konseling KB.
Boleh pulang 1-2 jam pascatindakan dan tidak terdapat tanda-tanda komplikasi.
Anjurkan pasien kembali ke dokter jika terjadi gejala seperti :
Nyeri perut (lebih dari beberapa hari)
Perdarahan (berlanjut lebih dari 2 minggu)
Perdarahan lebih dari haid
Demam
Menggigil
Pingsan
Penanganan selanjutnya
Pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi
hormonal (apabila masih ingin anak) atau tubektomi
apabila ingin menghentikan fertilitas. Lakukan
pemantauan setiap 8 minggu selama minimal 1 tahun
pascaevakuasi
TERIMAKASIH