Anda di halaman 1dari 20

INDIKATOR

KELUARGA SEJAHTERA

Indikator Keluarga
Sejahtera

1)
2)
3)
4)
5)

Keluarga
Keluarga
Keluarga
Keluarga
Keluarga

Pra Sejahtera
Sejahtera I
Sejahtera II
Sejahtera III
Sejahtera III Plus

Keluarga sejahtera adalah


keluarga yang dibentuk
berdasarkan atas
perkawinan yang sah,
mampu memenuhi
kebutuhan hidup spiritual
dan materil yang layak,
bertaqwa kepada Tuhan
YME, memiliki hubungan
yang serasi, selaras dan
seimbang antar anggota dan
antar keluarga dengan
masyarakat dan lingkungan.
(UU RI No. 52 Tahun 2009).

l
a
m
i
n
i
M
n
a
n
a
y
a
l
e
P
t
r
a
d
n
St a
(SPM)

No Jenis Pelayanan Dasar

Standar Pelayanan Minimal


Indikator
Nilai

Batasan

Satker/Lembaga

Waktu

Penangguan Jawab

Pencapaian
Tahun
1
A

2
Komunikasi Informasi

1)

3
Cakupan Pasangan Usia Subur

dan Edukasi Keluarga

yang isterinya dibawah usia

Berencana dan

20 tahun 3,5%.

Keluarga Sejahtera

2)

(KIE, KB dan KS)

4
100

5
2014

6
SKPD KB

100

2014

SKPD KB

100

2014

SKPD KB

100

2014

SKPD KB

100

2014

SKPD KB

100

2014

SKPD KB

100

2014

SKPD KB

Cakupan sasaran Pasangan


Usia Subur Perserta KB aktif
65%.

3)

Cakupan Pasangan Usia Subur


yang ingin ber-KB tidak
terpenuhi (Unmet Need) 5%.

4)

Cakupan Anggota Bina


Keluarga Balita (BKB) ber-KB
70%.

5)

Cakupan PUS Peserta KB


Anggota Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga
Sejahtera (UPPKS) yang berKB 87%.

6)

Ratio Petugas Lapangan


Keluarga
Berencana/Penyuluhan

Penyediaan Alat

1)

dan Obat

Cakupan penyediaan

100

2014

SKPD KB

100

2014

SKPD KB

alat dan obat

Kontrasepsi

Kontrasepsi untuk
memenuhi permintaan
masyarakat 30%
setiap bulan.

Penyediaan
Informasi Data
Mikro

1)

Cakupan penyediaan
informasi data mikro
keluarga di setiap
Desa/Kelurahan 100%
setiap tahun.

MDGs

Mengentaskan Kemiskinan Ekstrim dan Kelaparan


Target :
1A

Mengurangi sampai setengah jumlah orang yang hidup dengan kurang dari
satu dollar per hari.
Dengan Indikator :

Proposi pendapatan penduduk di bawah $ 1 (PPP) per hari.

Rasio Kesenjangan Kemiskinan

Kontribusi kuantil pertama perduduk berpendapatan terrendah


terhadap konsumsi nasional.

1B :
Mencapai penuh dan produktif kerja dan pekerjaan yang layak bagi
semua, termasuk perempuan dan kaum muda.
Dengan Indikator :

Laju pertumbuhan PDB per orang dipekerjakan

Pekerjaan per prbandingan penduduk

Proposi orang yang dipekerjakan yang hidup di bawah $ 1 (PPP) per


hari.

Proporsi rekening sendiri dan memeberikan kontribusi pada pekerja


keluarga kerja

SDGs

Tujuan :
Mengakhiri segala bentuk kemiskinan dimanapun.
Target :
1A :
Memastikan mobilisasi berarti atas sumber daya dari berbagai
sumber, termasuk melalui kerja sama pembangunan yang telah
ditingkatkan, untuk menyediakan alat yang mencukupi serta
terprediksi untuk negara-negara berkembang, terutama Negara
tertinggal, untuk mengimplementasikan program dan kebijakan untuk
mengakhiri kemiskinan di seluruh dimensinya
1B :
Menyusun kerangka kebijakan yang kuat di tingkat nasional, regional,
dan internasional, berdasaran strategi pembangunan yang pro-rakyat
miskin serta sensitif gender, untuk mendukung investasi yang telah
dipercepat dalam tindakan pengentasan kemiskinan.

Masalah Program
Keluarga Sejahtera
Masalah penghambat keluarga sejahtera yang
paling sering adalah kemiskinan. Terkait
kemiskinan, belum banyak kemajuan yang
dicapai. Dalam pengertian absolut lebih dari
setengah jumlah total penduduk miskin berada
di Pulau Jawa (54,6%) hal tersebut berkaitan
dengan laju pertumbuhan penduduk dan
persebaran penduduk yang tidak merata.

KONDISI LAPANGAN

KONDISI LAPANGAN

BAHASAN

Rekapitulasi prosentase dan jumlah keluarga menurut keluarga sejahtera di


tingkat nasional menunjukan hampir setengah keluarga Indonesia (46%)
terkategori belum sejahtera (Pra-S dan KS 1). Hal tersebut menunjukan
besarnya tantangan pembangunan keluarga sejahtera sehingga perlu
meningkatan efektifitas program pembangunan di berbagai sector baik secara
eksplesit/langsung maupun secaar implicit/tidak langsung yang berkaitan
dengan pembangunan keluarga sejahtera. Berikut ini hasil korelasi dengan
beberapa perubahan kependudukan, yaitu :

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kemiskinan
Kepadatan Penduduk
Pasangan Usia Subur ber-KB
Rataan Jumlah Anggota Keluarga
Sanitasi Rumah
Standar Luas Rumah Penduduk
Laju Pertumbuhan Penduduk dan Pengangguran
Indeks Pembangunan Manusia

1. Kemiskinan
Hasil analisis korelasi menunjukan semakin tinggi prosentase warga
terkategori miskin di suatu wilayah maka semakin tinggi prosentase
keluarga yang terkategori Pra KS di wilayah tersebut. Hal yang sama
juga di tunjukan untuk keluarga kategori KS 1 dan total gabungan
prosentase Pra KS dan KS 1. Hasil yang sama juga di tunjukan untuk
wilayah perkotaan maupun pedesaan dan untuk indeks kedalaman
kemiskinan (P1) dan indeks keparahan kemiskinan (P2). Hal ini bermakna
bahwa indikator KS mencerminakan 80% indikator kemiskinan penduduk,
sedangkan 20% lainnya merupakan keunikan indikator keluarga sejahtera
yang tidak tercerminkan dalam indikator kemiskinan penduduk, yang
diimplementasikan dalam indikator kesejahteraan yang lebih advance.
2. Kepadatan Penduduk
Terdapat korelasi dengan koefisien yang besar antara keluarga sejahtera
dan kepadatan penduduk. Hal tersebut berlaku untuk hubungan timbal
balik dimana di wilayah dengan kepadatan penduduk yang semakin tinggi
maka akses terhadap sumberdaya ekonomi dan kesempatan berusaha
juga kesempatan memperoleh layanan semakin terbatas, sehingga
berakibat terhadap pemenuhan kebutuhan pokok penduduk yang
terbatas.

3. Pasangan Usia Subur Ber-KB


Terdapat hubungan negative antara keluarga sejahtera dengan
perilaku ber-KB dari pasangan usia subur. Semakin tinggi
prosentase Pra S dan KS 1, dan Pra S dan KS 1 di suatu
wilayah semakin rendah pasangan usia subur ber-KB di wilayah
tersebut. Hasil korelasi ini memberikan arahan wilayah-wilayah
yang hendaknya menjadi prioritas sasaran program KB untuk
mencapai target. Demikian juga perlu dilakukan kajian faktorfaktor rendahnya minat dan praktek ber-KB dari PUS di wilayah
yang prosentase Pra S dan KS 1 di suatu wilayah dengan PUS
ber-KB, namun belum menyebabkan hubungan yang signifikan
antara Pra-S dan KS-1 dengan laju pertumbuhan penduduk.
4. Rataan Jumlah Anggota Keluarga
Hasil korelasi antara prosentase Pra-S dan KS-1 di suatu wilayah
dengan rataan jumlah anggota keluarga menunjukan korelasi
signifikan positif pada taraf 8%. Hal tersebut menunjukan
semakin besar prosentase Pra-S dan KS-1 di suatu wilayah maka
semakin besar rataan jumlah anggota keluarga. Data tersebut
bisa juga dimaknai, karena lebih besarnya jumlah anggota

5. Sanitasi Rumah
Terdapat hubungan positif antara prosentase Pra-S, KS-1
dan Pra-S & KS-1 dengan penduduk yang tidak memiliki
sanitasi yang layak baik di perkotaan, di pedesaaan,
dan total perdesaan dan perkotaan. Ketidaksejahteraan
keluarga dicerminkan oleh prosentase penduduk
dengan sanitasi yang tidak layak atau sebaliknya.
6. Standart Luas Rumah Penduduk
Hasil korelasi menunjukan hubungan nyata positif
antara prosentase Pra-S dan KS-1 di suatu wilayah
dengan prosentasi penduduk yang memiliki luas rumah
per kapita kurang dari 7 m2 atau luas rumah yang tidak
memenuhi standar. Hal tersebut konsisten baik di
perkotaan, muapun di perdesaan, dan total perkotaan
dan perdesaan.

7. Laju Pertumbuhan Penduduk dan Pengangguran


Hasil korelasi tidak menunjukan signifikannya hubungan
antara keluarga sejahtera dengan laju pertumbuhan
penduduk. Hal tersebut mungkin dikarenakan kurang
beragamnya data laju pertumbuhan penduduk di
sebagian besar provinsi Indonesia. Demikian halnya
dengan tingkat pengangguran karena menggunakan
data prosentase yang relative tidak beragam.
8. Indeks Pembangunan Manusia
Hal korelasi beberapa kependudukan dengan indikator
kesejahteraan keluarga dikuatkan dengan korelasi
antara indikator keluarga sejahtera dengan indeks
pembangunan manusia, yaitu semakin besar prosentase
keluarga Pra-S, KS-1, dan Pra-S & KS-1 di suatu wilayah
maka semakin rendah indeks pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai