Anda di halaman 1dari 42

Pertemuan 1 - MK Pengelolaan Limbah B3

Pengelolaan Limbah B3 harus dilakukan


secara terpadu karena dapat
menimbulkan kerugian terhadap
kesehatan manusia, makhluk hidup
lainnya dan lingkungan hidup. Perusahaan
sebagai penghasil Limbah B3
bertanggungjawab sejak Limbah B3
dihasilkan sampai dimusnahkan (from
cradle to grave) dengan melakukan
pengelolaan secara internal dengan benar
dan memastikan pihak 3 pengelola
Limbah B3 memenuhi regulasi dan
kompeten.

Apa Limbah menurut ketentuan PP 18/1999 Jo. PP


85/1999 yang diamandemen oleh PP 101/2014 tentang
Pengelolaan Limbah B3 ?

Pasal 1 (ayat 1):


Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.
Yang dimaksud dengan sisa suatu kegiatan adalah sisa suatu
kegiatan dan/atau proses produksi yang antara lain dihasilkan dari
kegiatan rumah tangga, rumah sakit, industri, pertambangan, dan
kegiatan lain.

Limbah

Limbah yang pengelolaannya


tidak diatur PP 101/2014:

Limbah sebagaimana ketentuan


PP 101/2014:

Limbah dari pembuangan kotoran


domestik
Sampah rumah tangga biasa
Limbah nuklir

Bukan kategori limbah :


Produk
B3

Limbah dari industri


Limbah dari rumah sakit
Limbah pertambangan
Limbah dari kegiatan rumah tangga
Limbah kegiatan lain :
Contoh :
- Limbah dari WWT
- Limbah laboratorium
- Limbah dari kegiatan
pemanfaatan dan/atau
pengolahan

Limbah B3 ?

Apa Limbah B3 menurut ketentuan PP 101/2014:

Pasal 1 (ayat 2) :
Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah
sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau
konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan
lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain

Limbah B3 dapat diidentifikasi


menurut :
1.
2.
3.

Sumber dan/atau
Uji karakteristik dan/atau
Uji toksikologi

Alasan mengapa diperlukan :

Mengklarifikasikan atau menggolongkan limbah tersebut


apakah termasuk limbah B3 atau limbah non-B3;

Mengetahui sifat limbah tersebut untuk menetukan metoda


terbaik
penanganan,
penyimpanan,
pengolahan,
pemanfaatan, dan/atau penimbunan;

Menentukan sifat limbah tersebut untuk menilai kecocokan


dengan limbah lainnya

Menilai atau menganalisis potensi terhadap lingkungan


dan/atau dampak terhadap kesehatan manusia danmakhluk
hidup lainnya dari limbah tersebut;

Delisting suatu limbah B3

Penjelasan Pasal 6 PP 85/1995 :


Tahapan :
a.
Mencocokkan jenis limbah dengan daftar jenis limbah B3
Lampiran I (Tabel 1, 2, dan 3) PP 85/1999, apabila cocok
dengan daftar jenis limbah B3, maka limbah tersebut
termasuk limbah B3;
b.
Apabila tidak cocok dengan daftar jenis limbah B3 Lampiran
I, maka diperiksa apakah limbah tersebut memiliki
karakteristik : mudah meledak dan/atau mudah terbakar
dan/atau beracun dan/atau bersifat reaktif dan/atau
menyebabkan infeksi dan/atau bersifat korosif;
c.
Apabila kedua tahapan tersebut sudah dilakukan dan tidak
memenuhi ketentuan limbah B3, maka dilakukan uji
toksikologi.

Jenis limbah B3 menurut sumbernya meliputi :


a.

Limbah B3 dari sumber tidak spesifik (Lampiran I Tabel


1 PP 85/1999);

b.

Limbah B3 dari sumber spesifik (Lampiran I Tabel 2 PP


85/1999);

c.

Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan,


bekas kemasan, dan buangan produk yang tidak
memenuhi spesifikasi (Lampiran I Tabel 3 PP 85/1999).

Penjelasan :
Limbah B3 dari sumber tidak spesifik
adalah limbah B3 yang pada umumnya
berasal bukan dari proses utamanya,
tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan
alat, pencucian, pencegahan korosi
(inhibitor
korosi),
pelarutan
kerak,
pengemasan, dan lain-lain.

Penjelasan :
Limbah B3 dari sumber spesifik adalah
limbah B3 sisa proses suatu industri
atau kegiatan yang secara spesifik
dapat ditentukan berdasarkan kajian
ilmiah.

Penjelasan :

Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa,


tumpahan, bekas kemasan, dan buangan produk
yang tidak memenuhi spesifikasi, karena tidak
memenuhi spesifikasi yang ditentukan atau tidak
dapat dimanfaatkan kembali, maka suatu produk
menjadi limbah B3 yang memerlukan pengelolaan
seperti limbah B3 lainnya. Hal yang sama juga
berlaku untuk sisa kemasan limbah B3 dan
bahan-bahan kimia yang kadaluarsa.

Uji karakteristik limbah B3 meliputi :


a.

mudah meledak;

b.

mudah terbakar;

c.

bersifat reaktif;

d.

beracun;

e.

menyebabkan infeksi; dan

f.

bersifat korosif

Kriteria identifikasi :

dapat menyebabkan atau memberikan pengaruh


yang berarti untuk terjadinya dan/atau
meningkatnya kematian dan/atau sakit yang serius;

berpotensi menimbulkan bahaya terhadap


kesehatan manusia dan/atau lingkungan apabila
disimpan, diangkut, dimanfaatkan, diolah, ditimbun,
dan dibuang dengan tidak benar atau tidak dikelola.

Tujuan :

Sebagai uji kualitatif secara cepat untuk mengetahui


karakteristik suatu limbah;

Untuk membedakan/mengidentifikasi suatu jenis limbah


dengan jenis limbah lain;

Sebagai saringan awal sebelum dilakukan analisis


laboratorium lanjutan yang lebih mahal dan rumit;

Bukan untuk penentuan karakteristik limbah B3 tetapi


sebagai indikasi awal karakteristik limbah B3 atau indikasi
adanya sifat B3.

Parameter yang dapat dijadikan indikasi awal karakteristik


limbah B3 :

pH,

water reactivity,

oxidizer,

flammability,

ammonia, cyanide, sulfide, phenol, dan organic


chlorine.

Langkah berikutnya untuk penentuan karakteristik limbah B3 :

Melakukan uji kuantitatif lanjutan terhadap


parameter-parameter tersebut di atas,

Membandingkan dengan baku mutu,


misalnya :
batas titik nyala untuk karakteristik mudah terbakar,
konsentrasi senyawa oksidan dalam limbah untuk
karakteristik reaktif.

a.

Limbah mudah meledak adalah limbah yang


pada suhu dan tekanan standar (25 C, 760 mmHg)
dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan/atau
fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan
tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak
lingkungan sekitarnya.
Apabila nilai temperatur pemanasan limbah > temperatur senyawa
acuan

karakteristik mudah meledak

b.

Limbah mudah terbakar adalah limbah-limbah


mempunyai salah satu sifat-sifat sebagai berikut :

yang

1) Limbah yang berupa cairan


mengandung alkohol kurang dari 24% volume dan/atau
mempunyai titik nyala < 60 C (140 F)
akan menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumber
nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg.
2) Limbah yang berupa padatan
Limbah yang pada temperatur dan tekanan standar (25 C, 760 mmHg) dapat
mudah menyebabkan kebakaran memalui gesekan, penyerapan uap air, atau
perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan
kebakaran yang terus menerus dalam 10 detik.
Apabila nilai titik nyala limbah < 40 C karakteristik mudah terbakar
3) Merupakan limbah yang bertekanan yang mudah terbakar.
4) Merupakan limbah pengoksidasi
apabila waktu pembakaran limbah sama atau lebih pendek dari waktu
pembakaran senyawa standar karakteristik mudah terbakar

c.

Limbah yang bersifat reaktif adalah limbah-limbah


yang mempunyai salah satu sifat-sifat sebagai berikut :
1) Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan
perubahan tanpa peledakan
2) Limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air
3) Limbah yang apabila bercampur dengan air berpotensi menimbulkan
ledakan, menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang
membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan.

4)
5)
6)

apabila volume gas yang dihasilkan per 1 kg limbah adalah 1 liter


karakteristik reaktif
Merupakan limbah sianida, sulfida, atau amoniak yang pada kondisi pH
antara 2 dan 12,5 dapat menghasilkan gas, uap, atau asap beracun dalam
jumlah yang membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan
Limbah yang dapat mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan
standar (25 C, 760 mmHg)
Limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima
oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi

d.

Limbah
beracun
adalah
limbah
yang
mengandung pencemar yang bersifat racun bagi
manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan
kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke
dalam tubuh melalui pernafasan, kulit, atau mulut.
Apabila konsentrasi TCLP salah satu atau lebih pencemar dalam limbah
konsentrasi baku mutu TCLP Lampiran II PP 85/1999

karakteristik beracun

e.

Limbah yang menyebabkan infeksi, yaitu :

bagian tubuh manusia yang diamputasi;

cairan dari tubuh manusia yang terkena infeksi;

limbah dari laboratorium;

limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat menular.

f.

Limbah bersifat korosif adalah limbah yang


mempunyai salah satu sifat-sifat sebagai berikut :
1)

Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit.

2)

Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020)


dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan
temperatur pengujian 55 C.

3)

Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam


atau lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.

Identifikasi berdasarkan uji toksikologi :

nilai akut, dan/atau


sifat kronis

Identifikasi Limbah B3

Mudah meledak

LIMBAH

Lampiran I PP 85/1999

TIDAK

Mudah terbakar

Reaktif

Infeksius

Korosif

YA

TIDAK

TCLP TEST
Lampiran II PP 85/1999

LIMBAH B3

> BMTCLP

LD 50
< 50 mg/kg BB
YA

LIMBAH
non B3

Sifat Kronis
Lampiran III PP 85/1999

TIDAK

Beracun

Listing

Limbah

Tidak terdapat dalam daftar jenis LB3

Terbukti memenuhi salah satu atau lebih kriteria :


Uji karakteristik Limbah B3 dan/atau
Uji toksikologi
Limbah B3
Masuk daftar Jenis Limbah
B3

Delisting

Limbah

Terdapat dalam daftar jenis LB3

Pembuktian secara ilmiah :


Uji karakteristik Limbah B3 dan/atau
Uji toksikologi dan/atau
Hasil studi yang menyimpulkan bahwa limbah yang
dihasilkan tidak menimbulkan pencemaran dan gangguan
kesehatan terhadap manusia dan makhluk hidup lainnya
Bukan Limbah B3
Keluar daftar Jenis Limbah B3

Screening Test
Tabel: Penjelasan Parameter dalam Screening Test

Parame
ter

Uji
kuantitatif

Indikasi
Keterangan
karakteristik limbah
B3

pH

Pengukuran
pH

Jika pH <= 2 atau pH


>=12,5, maka limbah
tersebut dapat
dindikasikan sebagai
limbah B3 karea
bersifat korosif

Hasil
pengukuran
pH dalam
screening test
dapat
digunakan
untuk indikasi
apakah
limbah dapat
digolongkan
sebagai
korosif atau

Cont

Parame
ter

Uji
kuantitatif

Water
Pengukuran
reactivity pH tingkat
penaikan
temperatur
reaksi

Indikasi
Keterangan
karakteristik limbah
B3
Gejala yang dapat
diamati: perubahan
temperatur, adanya
pelepasan gas,
terbentuknya emulsi
dll. Jika salah satu atau
lebih gejala tsb
teramati, maka dapat
diduga bahwa limbah
tsb kemungkinan
reaktif

Water
reactivity
adalah salah
satu
parameter
untuk
pengujian
reaktifitas
suatu limbah
jika
bercampur dg
air

Cont

Parame
ter

Uji
kuantitatif

Indikasi
Keterangan
karakteristik limbah
B3

Oxidizer

Menentukan
konsentrasi
kandungan
senyawa
oksidan
didalam
limbah

Jika hasil screening


test menunjukkan
adanya kandungan
senyawa oksidan
(oksidan positif) maka
limbah tersebut
mempunyai indikasi
sebagai limbah B3
karena bersifat reaktif

Pengujian
pengoksidasi
dilakukan
untuk menguji
adanya
senyawa
kimia yang
bersifat
oksidan, yg
jika
bercampur dg
senyawa
organik dapat
bereaksi

Cont

Paramete
r

Uji
kuantitati
f

Flammabilit Menentuka
y
n titik
nyala dg
flash point
test

Indikasi
karakteristik
limbah B3

Keterangan

Apabila sampel
langsung terbakar
maka dapat
diindikasikan bahwa
limbah mempunyai
karakteristik mudah
terbakar

Pengujian
mudah
terbakar
dilakukan
untuk
mengetahui
apakah suatu
limbah mudah
terbakar atau
tidak dlm
kondisi
normal. Uji
dilakukan
dengan

Paramete
r

Uji
kuantitati
f

Flammabilit Menentuka
y
n titik
nyala dg
flash point
test

Indikasi
karakteristik
limbah B3

Keterangan

Apabila sampel
langsung terbakar
maka dapat
diindikasikan bahwa
limbah mempunyai
karakteristik mudah
terbakar

Pengujian
mudah
terbakar
dilakukan
untuk
mengetahui
apakah suatu
limbah mudah
terbakar atau
tidak dlm
kondisi
normal. Uji
dilakukan

Paramete
r

Uji
kuantitati
f

Indikasi
karakteristik
limbah B3

Keterangan

Ammonia

Melakukan
analisis
kimia
secara
distilasi
dan
Nessler
untuk
menentuka
n
konsentrasi
ammonia
yg
terbebaska

Jika suatu limbah


menunjukkan indikasi
ammonia positif,
maka dapat diduga
bahwa limbah
mempunyai potensi
yang berbahaya dan
kemungkinan
termasuk limbah B3
karena bersifat
reaktif jika
bercampur dengan
suatu basa

Ammonia
screen test
dilakukan
untuk
mengetahui
adanya gas
ammonia
yang
terbebaskan,
jika suatu
limbah berada
dlm kondisi
basa. Gas
ammonia

Paramete
r

Uji
kuantitati
f

Indikasi
karakteristik
limbah B3

Keterangan

Cyanide

Melakukan
analisis
kimia
secara
distilasispectropho
tometry
untuk
menentuka
n
konsentrasi
sianida yg
terbebaska
n

Jika suatu limbah


menunjukan indikasi
sianida positif, maka
dapat diduga bahwa
limbah tersebut
kemungkinan
termasuk limbah B3
karena bersifat
reaktif jika
bercampur dengan
suatu asam

Sianida screen
test dilakukan
untuk
mengetahui
adanya gas
sianida yang
terbebaskan
jika suatu
limbah berada
dalam kondisi
asam.
Gas sianida
perlu diuji
karena
termasuk gas

Paramete
r

Uji
kuantitati
f

Indikasi
karakteristik
limbah B3

Keterangan

Sulfide

Melakukan
analisis
kimia
secara
distilasispectropho
tometry
untuk
menentuka
n
konsentrasi
sulfida yg
terbebaska
n

Jika suatu limbah


menunjukan indikasi
sulfida positif, maka
dapat diduga bahwa
limbah tersebut
kemungkinan
termasuk limbah B3
karena bersifat
reaktif jika
bercampur dengan
suatu asam

sulfida screen
test dilakukan
untuk
mengetahui
adanya gas
hidrogen
sulfida (H2S)
yang
terbebaskan
jika suatu
limbah berada
dalam kondisi
asam.
Gas sianida
perlu diuji

METODE STANDAR SCREENING TEST


Parameter

Limit
Deteksi
(ppm)

Low
(ppm)

Modera
te
(ppm)

High
(ppm
)

Acuan

pH

ASTM D4980

Water
reactivity

ASTM D-5058

Oxydizer

300

300-1000 10003000

>300
0

ASTM D-4981

Ammonia

1-5

5-10

>10

PPLI

Cyanide

2-5

5-25

>25

ASTM D5049

Sulfider

0.5

0.5-5

5-25

>25

ASTM D-4978

Flammability

ASTM D-4982

Radioactivity

PPLI

Phenol

3-25

25-50

>50

PPLI

Organic
Chlorine

1%

1-2%

2-5%

5%

PPLI

Anda mungkin juga menyukai