Anda di halaman 1dari 47

DIAGNOSIS DAN

PENATALAKSANAAN
KEHAMILAN EKTOPIK
TERGANGGU
1
Oleh :

Nia J.M. Lahida


14014101052
Supervisor Pembimbing
dr. R. A. A. Mewengkang, SpOG

PENDAHULUAN
Kehamilan ektopik kehamilan dimana sel telur yang dibuahi

berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri.

Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur pada

dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai kehamilan ektopik


terganggu (KET)

KET kegawat daruratan medis di bidang obstetri dan ginekologi

yang menjadi salah satu penyebab kematian maternal

Gejala yang khas adanya riwayat terlambat haid, rasa nyeri

kiri atau kanan pada perut bagian bawah yang menjalar ke


bahu, amenore yang diikuti oleh perdarahan pervaginam yang
tidak banyak tetapi berlangsung cukup lama

Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis yang tepat,

pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan ginekologi dan


pemeriksaan penunjang

Penanganan utama mengatasi kegawatan (emergency

treatment), yakni dengan memberikan terapi cairan.

Setelah diagnosis kehamilan ektopik terganggu ditegakkan

dilakukan surgical treatment yang dimaksudkan untuk


menutup perlukaan yang terjadi, yakni dengan melakukan
laparotomi.

LAPORAN KASUS

IDENTITAS
Nama

: Ny. A.P

Umur

: 29 tahun

Tempat tanggal lahir


Alamat

: Manado, 31-08-1986
: Mokupa Jaga IX

Pekerjaan

: IRT

Pendidikan

: SMA

Status

: Sudah Menikah

Bangsa

: Indonesia

Agama

: Kristen Protestan

ANAMNESIS
Keluhan utama Perdarahan dari jalan lahir
Riwayat Penyakit Sekarang Penderita masuk rumah sakit tanggal

9 Juli 2016 datang dengan perdarahan dari jalan lahir sejak 3


hari SMRS. Sehari 2-3x ganti pembalut. Nyeri perut bagian bawah
menjalar sampai ke bahu dirasakan hilang timbul sejak 1
minggu SMRS. Nyeri yang timbul dirasakan seperti ditusuk-tusuk
dan lama kelamaan semakin menghebat sejak 2 jam terakhir.
Mual (+) Muntah (-). Riwayat terlambat haid (+) (HPHT 20 Mei
2016), riwayat keputihan (+) berwarna kekuningan, gatal (+),
berbau (+). Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK)
normal.
8

Riwayat penyakit dahulu : Penyakit darah tinggi, jantung, paru,

hati, ginjal dan kencing manis disangkal oleh penderita disangkal.


Riwayat perkawinan : Penderita menikah 1 kali. Perkawinan

pertama pada usia 21 tahun, dengan usia pernikahan 8 tahun


dan memiliki 2 anak.
Riwayat haid : Menarche umur 13 tahun. Siklus teratur. Lamanya

haid 4-5 hari. Tanggal hari pertama haid terakhir 20 Mei 2016.

Riwayat kehamilan

P1 : 2005/perempuan/spt lbk/RSUP Prof


Kandou/Dokter/2600gram/hidup
P2 : 2008/perempuan/spt
lbk/Puskesmas/Bidan/3100gram/hidup
Riwayat KB Riwayat KB suntik 3 bulan, terakhir 7 bulan yang

lalu.
Riwayat Seksual dan Sosial Pasien melakukan hubungan

10

PEMERIKSAAN FISIK
Status Praesens
Keadaan umum

: Sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Tanda Vital

: Tekanan darah : 100/70 mmHg

Nadi

: 92x/menit (regular, isi cukup, kuat angkat)

Respirasi

: 22x/menit

Suhu badan

: 36,20C

11

Kepala

Mata

: Conjungtiva anemis (+), Sklera ikterik(-)

Thorax

Bentuk : Simetris, retraksi (-)


Jantung : Suara jantung I-II normal,gallop (-), murmur (-) bising
(-)
Paru-paru
-/-

: Suara pernapasan vesikuler, rhonki -/-, wheezing

12

Abdomen

Bentuk

: Datar, tegang, massa (-), nyeri tekan (+).

Hepar

: Sulit di evaluasi

Lien

: Sulit di evaluasi

Genitalia eks : Perempuan normal, oedem (-), infeksi (-)


Ekstremitas : Akral hangat, capillary refill time (CRT) 2

detik, edema (-)

Refleks

: Refleks fisiologis (+), refleks patologis (-)


13

STATUS GINEKOLOGI
Pemeriksaan luar
Inspeksi : Datar
Palpasi

: Nyeri tekan (+) pada kuadran kanan bawah

Perkusi

: Shifting dullness sukar dievaluasi karena nyeri

Auskultasi

: Bising usus (+) menurun

14

PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
Inspeksi

: Fluksus (+), vulva tidak ada kelainan

Inspekulo

: Fluksus (+), vagina tidak ada kelainan.


Porsio : licin, erosi (-), livide (+), OUE tertutup.

Periksa dalam : Fluksus (+),vulva/vagina tidak ada kelainan.

Porsio lunak, nyeri goyang (+), OUE tertutup.


Korpus uteri sulit dievaluasi karena nyeri. A/P
bilateral
sulit dievaluasi karena nyeri. Cavum
Douglassi :
Menonjol

15

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (09 Juli 2016 - Pukul 21.30 WITA)
Leukosit : 15300/uL
Eritrosit : 3,56 x 106/uL
Hemoglobin

: 10,8 g/dL

Hematokrit : 32,4 %
Trombosit

: 409 x 103/uL

MCH

: 33,4 pg

MCHC

: 36,7 g/dL
16

Tes kehamilan (09 Juli 2016) HCG test (+)


USG (09 Juli 2016) VU terisi sedikit. Uterus AF uk 5,95 x 3,47

cm. Tampak gambaran massa kompleks di dalam rongga


pelvis. Hepatorenal space (+)
Kesan : Kehamilan eptopik terganggu.

17

RESUME
Penderita datang pada tanggal 09 Juli 2016 dengan

perdarahan dari jalan lahir sejak 3 hari SMRS.

Nyeri perut bagian bawah dirasakan hilang timbul sejak 1

minggu SMRS. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan lama


kelamaan semakin menghebat sejak 2 jam terakhir.

Riwayat terlambat haid (+), riwayat keputihan (+).

18

PEMERIKSAAN FISIK
Status Praesens
Keadaan umum

: Sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Tanda Vital

: Tekanan darah : 100/70 mmHg

Nadi

: 92x/menit (regular, isi cukup, kuat angkat)

Respirasi

: 22x/menit

Suhu badan

: 36,20C

19

Kepala

Mata

: Conjungtiva anemis (+), Sklera ikterik(-)

Abdomen

Bentuk

: Datar, tegang, massa (-), nyeri tekan (+).

Hepar

: Sulit di evaluasi

Lien

: Sulit di evaluasi

20

STATUS GINEKOLOGI
Pemeriksaan luar
Inspeksi : Datar
Palpasi

: Nyeri tekan (+) pada kuadran kanan bawah

Perkusi

: Shifting dullness sukar dievaluasi karena nyeri

Auskultasi

: Bising usus (+) menurun

21

PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
Inspeksi

: Fluksus (+), vulva tidak ada kelainan

Inspekulo

: Fluksus (+), vagina tidak ada kelainan.


Porsio : licin, erosi (-), livide (+), OUE tertutup.

Periksa dalam : Fluksus (+),vulva/vagina tidak ada kelainan.

Porsio lunak, nyeri goyang (+), OUE tertutup.


Korpus uteri sulit dievaluasi karena nyeri. A/P
bilateral
sulit dievaluasi karena nyeri. Cavum
Douglassi :
Menonjol

22

SIKAP
Stabilisasi Hemodinamik
Pasang IVFD
Laparotomi cito
Konseling, informed consent
Lab, cross match, USG
Sedia donor, setuju operasi
Transfusi WB
Observasi TNRS
23

Pada tanggal 09 Juli 2016 pukul 23.00 WITA penderita didorong


ke kamar operasi. Pukul 23.30 WITA operasi dimulai.
KU Pre Op
KU: Tampak sakit

Kes: Compos mentis

T: 110/80 mmHg, N: 88x/menit, R: 20x/menit, S: 36,5 0C


Diagnosa Pre Op G3P2A0, 29 tahun dengan KET.
Jenis operasi Laparotomi Cito

24

LAPORAN OPERASI
Pasien dibaringkan dalam posisi terlentang diatas meja

operasi dalam general anestesi.

Dilakukan tindakan aseptik pada abdomen dan sekitarnya.


Abdomen ditutup doek steril kecuali pada lapangan operasi.

Dilakukan insisi linea mediana inferior dan diperdalam lapis


demi lapis sampai fascia.

Fascia dijepit dengan 2 pinset lalu diperlebar ke atas dan ke

bawah secara tumpul. Otot disisihkan ke lateral. Tampak


peritoneum kebiruan.

25

Identifikasi sumber pedarahan, tampak ruptur tuba pars

ampullaris dekstra dengan ukuran 2x2 cm, kemudian


diputuskan dilakukan salpingektomi dekstra.

Kavum abdomen dibersihkan dari sisa darah dan bekuan

darah, dibilas dengan menggunakan Nacl 0,9%.

Eksplorasi lebih lanjut uterus bentuk normal, tuba dan ovarium

kiri dalam batas normal.

26

Peritoneum dijepit di antara 2 kocher, digunting dan dibuka.

Tampak darah dan bekuan darah, dihisap 1200 cc.

Peritoneum dijahit selujur dengan chromic catgut no. II.


Otot dijahit simpul dengan chromic catgut no. 2.0. Fascia

dijahit dengan surgical no. 1, lemak dijahit simpul dengan


plain cat gut 2,0. Kulit dijahit subkutikuler dengan chromic
catgut 2.0.

Luka operasi ditutup kassa betadin dan diplester, jalan lahir

dibersihkan ,jaringan dikirimkan ke laboratorium patologi


anatomi. Jam 01.00 WITA operasi selesai.

27

PEMERIKSAAN LAB (POST


OP)
Leukosit : 27.700/uL
Eritrosit : 2,34 x 106/uL
Hemoglobin : 7,8 g/dL
Hematokrit : 21,5 %
Trombosit

: 285 x 103/uL

MCH

: 33,3 pg

MCHC

: 36,3 g/dL

MCV

: 91,9 fL
28

29

FOLLOW UP

FOLLOW UP

KU: Cukup,
Kesadaran: Compos
mentis
TD: 100/60 mmHg,
N: 92x/mnt
R : 20 x/mnt
S: 36,5OC

P2A1 29 tahun post


salpingektomi dekstra
a.i. ruptur tuba pars
ampullaris dekstra Hr. I
+ Anemia

- IVFD RL : D5 = 2:2
=28tpm
- Ceftriaxone 3x1 gr IV
- Metronidazole drips
2x500 mg
- Vitamin C 1x1 ampul
IV
- Kaltrofen supp 1x2
- Transfusi PRC

Tanggal 10 Juli 2016


S : Nyeri luka operasi
(+)

Mata : Konjungtiva
anemis +/+
Hasil lab :
Leukosit :11.200/uL
Eritrosit: 2,28 x 106/uL
Hemoglobin
: 8,1
g/dL
Hematokrit : 25,3 %
Trombosit : 213 x
103/uL
MCH
: 31,2 pg
MCHC
: 33,1 g/dL
MCV
: 93,6 fl

30

FOLLOW UP

KU: Cukup,
Kesadaran: Compos
mentis
TD : 110/70 mmHg
N: 84 x/mnt
R : 20 x/mnt
Sb : 36,1OC

P2A1 29 tahun post


salpingektomi dekstra
a.i. ruptur tuba pars
ampullaris dekstra Hr. II
+ Anemia

- IVFD RL : D5 = 2:2
=28tpm
- Ceftriaxone 3x1 gr IV
- Metronidasole drips
2x500 mg
- Vitamin C 1x1 ampul
IV
- Kaltrofen supp 1x2
- Asam mefenamat
3x500 mg
- SF 1x1
- Rawat luka
- Transfusi PRC

Tanggal 11 Juli 2016


S : Nyeri luka operasi
(+)

Mata : Konjungtiva
anemis +/+
Luka operasi terawat

31

FOLLOW UP

KU: Cukup, Kesadaran:


Compos mentis
TD :120/70 mmHg
N: 88 x/mnt
R: 20 x/mnt
Sb : 36,4OC

P2A1 29 tahun post


salpingektomi dekstra
a.i. ruptur tuba pars
ampullaris dekstra Hr. III
+ Anemia

- IVFD RL : D5 = 2:2
=28tpm
- Ceftriaxone 3x1 gr IV
- Metronidazole drips
2x500 mg
- Vitamin C 1x1 ampul
IV
- Kaltrofen supp 1x2
- Transfusi PRC

Tanggal 12 Juli 2016


S : Nyeri luka operasi
(+)

Mata : Konjungtiva
anemis +/+
Luka operasi terawatt
Hasil lab :
Leukosit : 9.100/uL
Eritrosit: 2,89 x 106/uL
Hemoglobin : 10,3 g/dL
Hematokrit : 31,2 %
Trombosit
: 256 x
103/uL
MCH
: 31,2 pg
MCHC : 33,1 g/dL
MCV
: 93,6 fl

32

FOLLOW UP

KU: Cukup, Kesadaran:


Compos mentis
TD: 120/70 mmHg
N: 82 x/mnt
R : 20 x/mnt
Sb : 36,6OC

P2A1 29 tahun post


salpingektomi dekstra
a.i. ruptur tuba pars
ampullaris dekstra Hr. IV

- Cefadroxil 500 mg
3x1 caps
- Metronidazole 2x500
mg
- Asam mefenamat
3x500 mg
- SF 1x1 tab
- Vit C 3x1 tab

Tanggal 13 Juli 2016


S : (-)

33

FOLLOW UP

KU: Cukup, Kesadaran:


Compos mentis
TD: 110/70 mmHg
N: 80 x/mnt
R : 20 x/mnt
S : 36,5OC

P2A1 29 tahun post


salpingektomi dekstra
a.i. ruptur tuba pars
ampullaris dekstra Hr. V

- Cefadroxil 500 mg
3x1 caps
- Metronidazole 2x500
mg
- Asam mefenamat
3x500 mg
- Rencana pulang dan
kontrol di poli
kandungan

Tanggal 13 Juli 2016


S : (-)

34

35

PEMBAHASAN

Kehamilan ektopik terganggu merupakan salah satu kegawat

daruratan medis di bidang obstetri dan ginekologi yang


menjadi salah satu penyebab kematian maternal yang
tergolong ke dalam komplikasi obstetrik. Perlu dilakukan
diagnosis dini yang tepat.

Diagnosis KET dapat ditegakkan melalui anamnesis yang

tepat, pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan ginekologi dan


pemeriksaan penunjang.

36

Teori

Kasus

Pada kehamilan ektopik


terganggu dapat ditemukan
adanya 3 tanda yang khas
(cardinal sign), yaitu
didapatkan adanya riwayat
terlambat haid, keluhan nyeri
pada perut bagian bawah
yang biasanya menjalar
hingga ke bahu dan adanya
perdarahan pervaginam yang
sedikit dan berlangsung
kontinu.

Penderita datang dengan


keluhan utama perdarahan
dari jalan lahir.
Perdarahan dari jalan lahir
dialami sejak 3 hari
SMRS. Penderita juga
mengeluh nyeri perut
bagian bawah yang
dirasakan sejak 1 minggu
SMRS. Ditemukan pula
adanya riwayat
keterlambatan haid (+)
dengan HPHT 20 Mei 2016.
37

Teori

Kasus

Keadaan umum penderita


tergantung dari banyaknya
darah yang keluar dari tuba.
Pasien biasanya datang
dalam keadaan pucat
(anemis). Tanda-tanda syok
dapat ditemukan.

Dalam kasus ini, pasien


datang dengan keadaan
tampak lemah, namun
kesadaran masih baik.
Pada pemeriksaan
ditemukan konjungtiva
anemis, tekanan darah
pasien sedikit turun, nadi
dalam batas normal dan
respirasi yang cepat,
namun pasien belum
jatuh ke dalam keadaan
syok.
38

Teori

Kasus

Pada inspeksi biasa terlihat


perut tidak ada pembesaran
ataupun terdapat sedikit
pembesaran yang tidak sesuai
dengan usia kehamilan.
Pembesaran yang ditemukan
pada uterus dipengaruhi oleh
adanya hormon kehamilan.
Pada palpasi ditemukan
adanya nyeri tekan abdomen.
Hal ini terjadi karena adanya
reaksi inflamasi yang
menimbulkan perangsangan
terhadap peritoneum.

Pada penderita tidak


ditemukan pembesaran
uterus. Pemeriksaan regio
abdomen ditemukan
adanya tanda akut
abdomen.

39

Teori

Kasus

Pada pemeriksaan ginekologi,


pasien dengan kehamilan
ektopik terganggu pada
perabaan kavum douglasi
ditemukan adanya penojolan
pada forniks posterior. Pada
pemeriksaan bimanual
ditemukan tumor yang tidak
begitu padat, nyeri tekan dan
dengan batas-batas yang tidak
rata di samping uterus. Baik
abortus tuba maupun ruptura
tuba gerakan pada serviks nyeri
sekali (nyeri goyang portio).

Pada kasus ini, ditemukan


penonjolan cavum
douglasi yang
menandakan adanya
hematokel retrouterina.
Ditemukan pula tanda
yang menunjang diagnosa
yakni nyeri goyang pada
portio. Pada pemeriksaan
adneksa parametrium
bilateral sulit di evaluasi
dikarenakan nyeri yang
dirasakan oleh penderita.
40

Teori

Kasus

Pada pemeriksaan USG


gambaran yang tampak
dapat berupa cairan bebas
dalam rongga peritoneum
terutama di kavum douglas.
Dapat pula dijumpai
hematokel pelvik yang dalam
gambar ultrasonografik akan
tampak sebagai suatu masa
ekhogenik di adneksa yang
dikelilingi daerah kistik
(sonolusen) dengan batas
tepi yang tidak tegas.

Hasil pemeriksaan
ultrasonografi pada
penderita yang
menunjang ke arah
diagnosis ialah tampak
gambaran massa
kompleks di dalam rongga
pelvis.

41

Teori

Penanganan utama yang


dilakukan adalah mengatasi
kegawatan (emergency
treatment), yakni dengan
memberikan terapi cairan.
Setelah diagnosis kehamilan
ektopik terganggu
ditegakkan dilakukan surgical
treatment yang dimaksudkan
untuk menutup perlukaan
yang terjadi, yakni dengan
melakukan laparotomi cito.

Kasus

Jenis pembedahan yang

dilakukan dalam kasus


ini adalah salpingektomi
dekstra. Alasan
dilakukannya tindakan
ini karena mengingat
kemungkinan
berulangnya kehamilan
ektopik pada lokasi tuba
tersebut.

42

Teori

Kasus

Setelah melakukan
pembedahan, penanganan
selanjutnya adalah
membantu proses
penyembuhan (supportive
treatment). Tindakan untuk
membantu proses
penyembuhan yang utama
adalah mengatasi agar
penderita tidak jatuh ke
dalam anemia, pemberian
antibiotika berspektrum luas,
dan pemberian roboransia.

Pada penderita,
medikamentosa yang diberikan
adalah ceftriaxone 1 gr 3x1 IV,
Metronidazole 0,5gr 2x1 drip,
Vit C 1x1 amp IV, Kaltrofen 1x2
supp. Setelah perawatan hari
ke 2, bising usus terdengar
lebih jelas dan pasien sudah
diperbolehkan konsumsi
peroral, maka diganti dengan
terapi medikamentosa peroral,
yakni Cefadroxil 500mg
3x1caps, Metronidazole 500mg
3x1 tab, Sulfas ferrosus 300mg
1x1 tab, Vitamin C 50 mg 1x1
tab.
43

PROGNOSIS
Prognosis pada kasus ini dapat ditinjau dari segi ibu. Dari pihak

ibu, prognosis pada kasus ini sebelum dilakukan operasi adalah


dubia ad malam.

Sebelum dilakukan operasi, pada pasien ini segera dilakukan

tindakan resusitasi cairan untuk mengatasi keadaan emergensi


pasien sampai keadaan umum yang cukup baik untuk selanjutnya
dilakukan laparotomi. Prognosis selama operasi dubia ad malam
karena selama operasi, pasien bisa saja meninggal.

Prognosis post operasi dubia ad bonam hal ini dinilai dari kondisi

pasien post laparotomi tidak ditemukan keluhan yang bermakna


ataupun terjadi komplikasi post laparotomi.

44

KESIMPULAN
Kehamilan ektopik terganggu pada kasus ini mendapat

penanganan yang dini dan tepat, sehingga pasien tidak berada


dalam kondisi yang terlampau buruk.

Diagnosis yang tepat pada kasus ini didapatkan dari

ditemukannya trias KET saat anamnesis, tanda akut abdomen


dan adanya tanda kehamilan pada pemeriksaan fisik, hematokel
retrouterina kavum douglas pada pemeriksaan ginekologi, dan
hasil tersebut dikonfirmasi dengan test kehamilan dan USG.

Diagnosis pasti KET didapatkan setelah dilakukan laparotomi

cito sehingga ditindak lanjuti dengan penanganan salpingektomi


pada tuba pars ampullaris sinistra.
45

SARAN
Mengingat kehamilan ektopik dapat terjadi berulang, untuk itu

disarankan kepada penderita agar dapat menjaga pola hidup


yang bersih dan sehat, dan menghindari adanya hubungan
multi partner pada suami dan istri dalam mencegah terjadinya
penyakit infeksi menular seksual.

Penderita supaya sedapat mungkin memeriksakan diri secara

teratur pada pusat-pusat pelayanan kesehatan terdekat saat


mengetahui dirinya hamil agar dapat mengenali faktor-faktor
risiko yang dimiliki terhadap suatu penyakit

Pelayanan kesehatan dapat lebih memperhatikan suatu

kegawatdaruratan agar lebih cepat di berikan penanganan


yang lebih baik.
46

THANK YOU FOR YOUR


ATTENTION

47

Anda mungkin juga menyukai