Anda di halaman 1dari 24

Pancasila dalam

Kajian Sejarah
KELOMPOK 5
MUHAMMAD RIZKY AGUSTA 135060200111044
TOMY TRILAKSONO 135060201111010
FEBRIKO DRIA PUSANANDA 135060201111063
ARYA YUDISTIRA DWINANTO

F:\PROKLAMASI - Suara dan Naskah Asli--.mp4

. Pengertian Pancasila secara


etimologis
Pancasila

panca

syiila

Lima

Peraturan tingkah laku yang baik, yang baik


atau yang senonoh

Oleh

karena itu secara etimologis kata


Pancasila yang dimaksudkan adalah
istilah Panca Syiila yang memiliki
makna peraturan tingkah laku yang
baik, yang baik atau yang senonoh.

LANDASAN HISTORIS
BANGSA INDONESIA TERBENTUK MELALUI SUATU PROSES SEJARAH YANG CUKUP
PANJANG SEJAK JAMAN KERAJAAN KUTAI, SRIWIJAYA, MAJAPAHIT SAMPAI DATANGNYA
BANGSA ASING YANG MENJAJAH DAN MENGUASAI BANGSA INDONESIA.
PERJUANGAN BANGSA INDONESIA YANG TELAH DILALUI BERATUS-RATUS TAHUN
AKHIRNYA MENEMUKAN JATI DIRINYA SEBAGAI SUATU BANGSA YANG MERDEKA,
MANDIRI, SERTA MEMILIKI SUATU PRINSIP YANG TERSIMPUL DALAM PANDANGAN
HIDUP SERTA FILSAFAT HIDUP BANGSA. PANDANGAN DAN FILSAFAT HIDUP BANGSA
INDONEIA ITU MERUPAKAN CIRI KHAS, SIFAT, DAN KARAKTER BANGSA YANG
BERBEDA DENGAN BANGSA LAIN, YANG OLEH PARA PENDIRI NEGARA INDONESIA
DIRUMUSKAN SECARA SEDERHANA NAMUN MENDALAM, SERTA MELIPUTI LIMA
PRINSIP (LIMA SILA) YANG KEMUDIAN DIBERI NAMA PANCASILA

PANCASILA DALAM KONTEKS


SEJARAH PERJUANGAN
BANGSA
A.
Perkembangan Unsur-Unsur Pembentuk Nilai-Nilai

Pancasila
B.

Pengaruh
Islamisme, dan
Dasar Negara

Paham Individualisme, Marxisme,


Nasionalisme Dalam Pembentukan

C.

Pengesahan

Proses
Perumusan
dan
Sebagai Dasar
Negara

Pancasila

A. PERKEMBANGAN UNSUR-UNSUR PEMBENTUK NILAINILAI PANCASILA

1. JAMAN BATU
2.JAMAN KERAJAAN - KERAJAAN NUSANTARA

1. Jaman Batu
Para ahli sejarah berpendapat bahwa sejak ribuan
tahun sebelum masehi, di Nusantara telah berdiam
dan berkembang kelompok-kelompok manusia dengan
memiliki kebudayaan yang tertentu. Unsur-unsur
pembentuk nilai-nilai Pancasila pada jaman ini dapat
dilihat dari peri kehidupan mereka
1. Dikenalnya pertanian dan pelayaran-pelayaran
2. Dalam lapangan spriritual, mereka menyembah roh
(berkepercayaan anisme).

2. Jaman Kerajaan-Kerajaan
Nusantara
Beberapa unsur pembentuk nilai-nilai Pancasila yang
terkandung dalam tata kehidupan serta adat-istiadat
bangsa
Indonesia
di
jaman
kerajaan-kerajaan
Nusantara antara lain adalah :
a. Jaman Kutai (400 M)
b. Jaman Sriwijaya (600 1400 M)
c. Jaman Sebelum Kerajaan Majapahit
d. Jaman Kerajaan Majapahit
e. Jaman Penjajahan

A. JAMAN KUTAI (400 M)

Masyarakat Kutai di bawah kekuasaan Raja Mulawarman membuka jaman sejarah

Indonesia pertama kali dengan menampilkan nilai sosial politik dan ketuhanan dalam
bentuk kerajaan serta kenduri dan sedekah bagi para Brahmana yang dilakukan oleh Raja.
Bukti mengenai tata kehidupan Kerajaan Kutai itu adalah dengan ditemukannya prasasti
berupa 7 yupa (tiang batu).

B. JAMAN SRIWIJAYA (600 1400 M)


Unsur pembentuk nilai-nilai Pancasila yang telah tertanam dalam tata kehidupan Kerajaan

Sriwijaya adalah
1) mempersatukan perdagangan;
2) dalam system pemerintahan terdapat petugas pengawas pajak, harta benda

kerajaan, serta rohaniawan pengawas teknis pembangunan dan patung;


3)

mendirikan
kebudayaan; dan

Universitas

Agama

Budha

sebagai

pengembangan

agamadan

4) mencita-citakan kesejahteraan bersama (marvuat vanua Criwijaya siddhayatra

subhiksa).
Peranan Sriwijaya negara besardi Indonesia, empat abad berkutnya digantikan oleh

Majapahit.

c. Jaman Sebelum Kerajaan


Majapahit
Berdasarkan Prasasti Kelagen, nilai-nilai kehidupan
yang menjadi unsur pembentuk nilai-nilai Pancasila
dalam Kerajaan Airlangga adalah :
1) mengembangkan toleransi beragama;
2) melakukan hubungan dagang dan kerjasama
antar kerajaan;
serta
3) mewujudkan kesejahteraan rakyat.

d. Jaman Kerajaan
Majapahit

Kerajaan Majapahit mulai dibangunan tahun 1293 dan mencapai


puncak kemegahannya pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk
asuhan Mahapatih Gajah Mada yang selalu siapdibantu oleh Laksamana
Nala dengan armadanya yang selalu waspada mengawasi Nusantara

Di Majapahit agama Hindu dan Bidha hidup berdampingan dengan


damai. Empu Prapanca menulis Nagarakertagama (1365) sementara
Empu Tantular mengarang Sutasoma. Di dalam buku Sutasoma
dijumpai kalimat yang kemudian menjadi terkenal Bhinneka Tunggal
Ika yang kalimat lengkapnya berbunyi Bhinneka TunggalIka Tan Hana
Dharma Mangrua, artinya walaupun berbeda, satu jua adanya, sebab
tidak ada agama yang mempunyai tujuan yang berbeda

e. Jaman Penjajahan
Setelah Majapahit runtuh pada permulaan abad XVI, serentak
berkembanglah agama Islam dengan pesat dan berdiri
kerajaan
Islam
di
Indonesia.
Bersamaan
dengan
perkembangan kerajaan Islam di Indonesia seperti Demak,
mulailah berdatangan orang Eropa di Nusantara.
Pada permulaan abad XIX, wajah kolonialis Kompeni di
Indonesia berubah menjadi Pemerintahan Hindia Belanda.
Saat itu terjadi pula perang kekuasaan asing Barat di
Indonesia, yaitu hadirnya Inggris (1811 1816). Hanya karena
keajaiban politik di Eropa sajalah yang menyebabkan
Indonesia diserahkan kembali oleh Inggris kepada Belanda.

Penderitaan rakyat Indonesia sebagai akibat penjajahan itu, memukul pula


hati nurani beberapa kaum humanis Belanda (seperti C. van Deventer) yang
kemudian memperjuangkan diterapkannya politik etika (politik hutang budi) di
Indonesia, sebagai balas budi atas keuntungan yang diperoleh Belanda dari
Indonesia. Politik Etika terdiri atas tiga prinsip, yaitu Irigasi, Emigrasi, dan
Edukasi.

Salah keuntungan penerapan politik etika, terutama dibidang edukasi, lahirlah


golongan intelektual di Indonesia yang kemudian menjadi juru bicara dan
pengemban amanat penderitaan rakyatnya untuk membebaskan beban dukanestapa yang tiada taranya itu. Munculnya golongan intelektual yang
kemudian menjadi tokoh-tokoh nasional itu mengubah manifestasi
penderitaan rakyat yang pada masa-masa sebelumnya diekspresikan melalui
perlawanan dengan kekerasan senjata, kemudian beralih bentuknya melalui
organisasi gerakan rakyat yang bersifat nasional.

B. PENGARUH PAHAM INDIVIDUALISME, MARXISME, ISLAMISME,


DAN NASIONALISME DALAM PEMBENTUKAN DASAR NEGARA

Pada permulaan abad XX, bergeraklah golongan intelektual Indonesia melalui gerakan-

gerakan rakyat menempa persatuan nasional. Penindasan dan penghisapan kolonialis


Belanda terhadap rakyat Indonesia, telah menempa kaum pergerakan untuk mencapai
kemerdekaan bangsa. Hanya dengan kemerdekaan, kemakmuran bangsa dapat
diwujudkan.
Sejak permulaan abad XX, dunia Timur yang telah berabad-abad lamanya kelihatan

tidur, bangkit menyadari kekuatan sendiri (Oosterse Renaissance). Republik Philipina


(1898) yang dijiwai Joze Rial, kemenangan Jepang atas Rusia di Tsusima yang diakhiri
dengan perjanjian di dalam kapal Portsmout (1905), Gerakan Sun Yat Sen dengan RRCnya (1911), Partai Konggres di India dengan Tilak dan Mahatma Gandhi-nya, Budi Utomo
(1908) dengan Wahidin Sudirohusudo-nya, dan lain-lain membersihkan alam dunia Timur
dari keraguan atas kesanggupan berdiri sebagai bangsa yang terhormat.

Penjajahan Belanda terhadap bangsa Indonesia berakhir 8 Maret


1942 dengan penyerahan tanpa syarat oleh Letjend. H. Ter
Poorten (Panglima Angkatan Perang HB) atas nama Angkatan
Perang Sekutu di Indonesia kepada pimpinan tentara ekspedisi
Jepang : Letjend. Hitoshi Imamura. Sejak saat itu di Indonesia
resmi ditegakkan kekuatan kemaharajaan Jepang. Kehadiran
Jepang dalam pentas sejarah Indonesia kemudian membawa
derita baru bagi rakyat Indonesia; sekali lepas dari cengkeraman
imperialisme Barat lalu jatuh kemulut imperialisme Timur.

C. PROSES PERUMUSAN DAN PENGESAHAN


PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

Perumusan

Pancasila (Dasar Negara) dilakukan oleh Badan


Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI
= Dokuritsu Zyumbi Casakai). BPUPKI merupakan suatu Badan yang
dibentuk oleh Penguasa Jepang di Indonesia dengan tugas pokok
melakukan penyelidikan dan mempersiapkan segala yang perlu
bagi kemerdekaan bangsa Indonesia nanti. BPUPKI ini lah yang
memprakarsai adanya perumusan Pancasila yang nantinya akan
disahkan oleh PPKI.

Mulai tanggal 29 Mei 1945 BPUPKI melakukan


persidangan I untuk melaksanakan tugasnya yakni
mempersiapkan dua hal pokok untuk kemerdekaan
Indonesia (nanti) yaitu mempersiapkan rumusan calon
dasar negara, dan rumusan calon hukum dasar atau
undang-undang dasar negara. Perumusan ini dihadiri
oleh 4 tokoh yaitu Moh. Yamin, Soekarno, Ki Bagus
Hadikusumo, dan Soepomo. Proses perumusan calon
Dasar Negara dalam persidangan BPUPKI berlangsung
dalam dua tahap yaitu :
a. Sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1 Juni 1945
b. Sidang BPUPKI tanggal 10 16 Juni 1945

Dalam terminology historis, proses perumusan Pancasila


Dasar Negara adalah:
1. Persidangan BPUPKI I (29 Mei 1 Juni 1945)
-. Pidato Mr. Moh Yamin, tanggal 29 Mei 1945
Dalam pidato dihadapan seluruh anggota BPUPKI, Moh.
Yamin mengemukakan pemikiran tentang dasar
Negara yang diidam-idamkan yaitu :
1) Peri Kebangsaan
2) Peri Kemanusiaan
3) Peri Ketuhanan
4) Peri Kerakyatan
5) Kesejahteraan rakyat

Persidangan BPUPKI I diakhiri dengan pembentukan 2 (dua) Panitia Kecil yaitu


:
a. Panitia Sembilan yang bertugas merumuskan usulan calon dasar
negara. Keanggotannya terdiri dari : Ir. Soekarno, Wachid Hasyim, Mr. Muh.
Yamin, Mr. Maramis, Drs. Moch. Hatta, Mr. Soebardjo, Kyai Kahar Moezakir,
Abikusno Tjokrosoejoso, dan H. Agus Salim. Pada tanggal 22 Juni 1945 Panitia
ini merumuskan calon dasar negara yang disebut Piagam Jakarta (Yamin
menyebut Jakarta Charter, dan Dr. Soekiman menamakan Gentelmen
Agreement). Piagam Jakarta merupakan hasil kompromi dengan modus
kesepakatan antara kelompok Islam dan kelompok kebangsaan. Isi Piagam
Jakarta sama dengan sila-sila yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945,
kecuali sila pertama yang berbunyi Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
b. Panitia Sebelas, bertugas merumuskan usulan calon hukum dasar
(UUD).
Kecuali dua keputusan tersebut di atas, persidangan BPUPKI I juga telah
memutuskan secara aklamasi nama dasar negara Indonesia yaitu Pancasila
sebagaimana yang diusulkan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni1945.

Berubahnya Sila pertama bukannya tanpa alasan,


karena memang masyarakat Indonesia adalah mayoritas
islam namun masyarakat Indonesia bagian timur
mayoritas adalah Pemeluk Non Islam. Masyarakat
Indonesia bagian timur sangat resah mengetahui sila
pertama yang mengandung unsur syariat islam dijadikan
sebagai dasar negara. Mereka bahkan mengancam akan
melepaskan diri dari Indonesia apabila sila pertama
Pancasila disetujui.

Menyikapi permasalahan ini, Bung Karno mengambil


keputusan tepat dengan bijak mengganti Bunyi sila
pertama menjadi Ketuhanan yang Maha Esa.
Masyarakat Indonesia bagian timur pun akhirnya lega
karena bunyi sila pertama menunjang keberadaan
keagamaan mereka.

Pada persidangan BPUPKI tanggal 1 Juni 1945 Soekarno menyampaikan pidato tanpa
teks mengenai calon rumusan dasar Negara Indonesia yang kemudian oleh beliau sendiri
diusulkan diberi nama Pancasila (lima dasar). Pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI
mengesahkan UUD 1945 (termasuk Pembukaannya) yang didalamnya memuat rumusan
lima prinsip sebagai Dasar Negara Republik Indonesia yang diberi nama Pancasila.
Pancasila sebagai Dasar Negara RI sebagaimana tercantum di dalam Pembukaan UUD
1945 Alinea IV, yang berbunyi sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Peratuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyarawatan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Hal tersebut didasarkan pada interpretasi histories terutama dalam proses
pembentukan calon rumusan dasar Negara yang kemudian secara spontan diterima
secara bulat oleh peserta sidang BPUPKI.

BANGSA YANG BESAR


ADALAH BANGSA YANG
MENGHARGAI SEJARAH
F:\Pidato Bung Tomo 10 Nopember 1945.mp4

Anda mungkin juga menyukai