Anda di halaman 1dari 23

Management of Priapism in Adult Men

Onyeanunam N. Ekeke, Hannah E. Omunakwe, Ndu Eke


Division of Urology and Department of Hematology & Blood Transfusion,
University of Port Harcourt Teaching Hospital, Port Harcourt, Nigeria
Published : Int Surg 2015;100:552557 DOI: 10.9738/INTSURG-D-1300223.1
Farid Iswanto - 15710044

ANATOMI PENIS
Terdiri dari 3 korpora silinder jar. erektil

2 Korpora Kavernosa

1 Korpus spongiosum dan glans penis

3 korpora dibungkus fascia buck (d)


dan fascia colles (e)

Lapisan Fascia Penis

Pendahuluan
Priapismus adalah suatu keadaan patologis ereksi penis
yang bertahan lama atau tanpa adanya stimulus
seksual.
Insidensi priapismus sangat rendah, yaitu 1,5 : 100.000
orang / tahun.
Priapismus merupakan salah satu kedaruratan di bidang
urologi karena jika tidak ditangani dengan cepat dan
tepat dapat menimbulkan kecacatan yang menetap dan
disfungsi ereksi.

Berdasarkan etiologi atau faktor resikonya terdiri dari :


Pemakaian obat-obatan Antipsikotik
Kelainan pembekuan darah
Gangguan vaskuler
Hemoglibinopathies merupakan penyebab utama di
negara-negara yang di mana penyakit anemia sel sabit
(SCD) merupakan suatu endemik.

Berdasarkan klasifikasinya, priapismus dibedakan


menjadi :
1. Priapismus iskemik (low flow) - Veno Oklusif
2. Priapismus non iskemik (high flow) - Arterial

Diagnosis priapismus didasarkan pada klinis , dengan


tingkat ereksi atau kekakuan dari penis.
Dan pemeriksaan lainnya termasuk hemoglobin, sel
darah putih, dan trombosit platelet .
Penanganan priapismus tergantung dari tingkat
keparahannya. Penanganan dapat dilakukan dengan
konservatif ataupun intervensi bedah.
Salah satunya dengan teknik shunt dari kavernosa

Materi dan Metode


Materi
Semua pasien yang disajikan di Universitas Pelabuhan Teaching
Hospital Harcourt dan Potter Touch Konsultan Medis (PTMC)
antara Juni 2007 dan April 2014 dimasukkan dalam penelitian.
Setiap pasien dianalisis berdasarkan : usia, durasi dari
priapismus, alasan menunda pengobatan, ada atau tidak nyeri,
tingkat angulations dari lingga, dan yang dicurigai sebagai
faktor predisposisi.
Selain itu juga dianalisis mengenai : jenis pengobatan, durasi
layanan pengobatan sebelum detumescence, dan akhirnya
mendapat perawatan untuk ereksi setelah pengobatan.

Metode
Setiap pasien telah mendapatkan perawatan,
tergantung pada faktor dan tingkat keparahan.
Penanganan Detumescence ini dapat berhasil baik
dengan konservatif atau oleh intervensi bedah
Dengan melakukan teknik shunt pada glandulo
kavernosum

Di lakukan injeksi lokal menggunakan xylocaine 1 %


melalui glans penis ke dalam corpus cavernosum pada
1 sisi.
Pisau bedah ukuran 15 digunakan untuk menciptakan
sebuah shunt antara glans penis dan corpus
carvenosum. Kemudian darah dalam kavernosum
dievakuasi. Dan cairan NS digunakan sebagai irigasi.

Hasil
Sebanyak 18 orang dengan priapismus selama periode
tersebut. Semua pasien adalah laki-laki.
Usia berkisar antara 17 sampai 60 tahun dengan ratarata 30 tahun. Durasi rata-rata gejala sebelum
presentasi adalah 6 hari (kisaran waktu: 1-35 hari)

Tabel 3 : Pengobatan pada Priapismus

Pengobatan

Frekuensi

Percent

Konservatif ( Cairan IV,


NSAID, Epineprin,
Stilbesterol )

38,9%

Shunt Glandulo Kavernosum

11

61,1%

Tabel 4. Hasil pengobatan berdasarkan tingkat kepuasan

Tingkat Kepuasan

Frekuensi

Percent

Ereksi yang memuaskan


setelah detumescence

27,8%

Ereksi Lemah

38,9%

Tidak bisa mencapai ereksi


setelah pengamatan 3
bulan

33,3%

Para pasien yang tidak bisa mencapai ereksi memiliki rata-rata durasi 10,5 hari sebelum presentasi
(rentang hari: 5-35 hari).
Pasien dengan ereksi yang lemah memiliki rata-rata durasi 7 hari (rentang: 3-24 hari).
Para pasien dengan hasil yang memuaskan memiliki durasi rata-rata 1 hari (rentang: 1-7 hari).
Hasil dari fungsi ereksi setelah pengobatan terhadap durasi di hari sebelum intervensi menggunakan
nonparametrik uji Spearman yaitu, korelasi lemah meskipun signifikan secara statistik.

Pembahasan
Rentang usia rata-rata pasien adalah 30 tahun. Kelompok usia muda lebih sering
dihubungkan dengan penyakit anemia sel sabit, sementara yang lebih tua cenderung kearah
tipe sekunder, yaitu pemakaian obat-obatan.
Berdasarkan etiologi atau faktor resikonya terdiri dari :
Pemakaian obat-obatan Antipsikotik
Kelainan pembekuan darah
Gangguan vaskuler

Hemoglibinopathies merupakan penyebab utama di negara-negara yang di mana penyakit


anemia sel sabit (SCD) merupakan suatu endemik.

Pengobatan harus cepat dan urologi harus terlibat di awal dalam pengelolaan pasien untuk
meningkatkan outcome.

Tujuan dari adalah manajemen ini adalah untuk mencapai detumescence secepat mungkin dalam
rangka menjaga fungsi ereksi.

Priapismus adalah darurat urologi. Setelah diagnosis dibuat, pengobatan harus dimulai segera.
Hal ini untuk menghindari perubahan ultrastructural ireversibel sebagai akibat dari stasis dan
kavernosus yang mengalami ischemia. Keterlambatan dalam presentasi dan pengobatan dapat
menyebabkan gangguan fungsi lingga.

Oleh karena itu, penting untuk dekompresi corpora cavernosa tersebut untuk meringankan
iskemia dan nyeri.

Setelah diagnosis, pengobatan bertujuan untuk mengamankan detumescence penis bombastis, dan
sekaligus mengobati penyakit. Detumescence dapat dicapai secara konservatif atau oleh
intervensi bedah, tergantung pada penyebab predisposisi dan presentasi klinis.

Kesimpulan
Gangguan hematologi dan beberapa penggunaan obat yang dapat membuat candu dikaitkan dengan
priapismus pada pria dewasa di Port Harcourt. Sebagian besar pasien yang mengalami keterlambatan
pengobatan terjadi karena ketidaktahuan.
Hasil pengobatan terkait dengan interval waktu antara onset dari priapismus dan pengobatan.
Pendidikan pria dan jumlah populasi, berisiko pada kebutuhan untuk mencari pengobatan langsung
yang akan meningkatkan fungsi ereksi.

tengkyu

Anda mungkin juga menyukai