Anda di halaman 1dari 43

BST ULKUS KORNEA

Oleh :
Hanafi Nilifda
1010312112
Aiwi Japanesa
1110312108

Preseptor
Dr. Getry Sukmawati, Sp.M (K)

strasi Kasus
Identitas Pasien
Nama
: Tn. M
Jenis Kelamin : laki-laki
Usia
: 58 tahun
Alamat
: Bangko
Pekerjaan
: Tani

Anamnesa

Keluhan Utama :
Penurunan penglihatan pada mata kanan sejak 4
hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke bangsal mata dengan keluhan


penurunan penglihatan pada mata sebelah kanan
sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Awalnya
mata kanan pasien terkena serbuk sawit dan
terasa sangat perih 2 minggu sebelum masuk
rumah sakit. Pasien membeli obat tetes mata di
warung dan menggunakannya selama 3 hari,
namun tidak ada perbaikan.

Penglihatan pasien semakin lama semakin


menurun. Pasien berobat ke spesialis mata di
Bangko, Jambi dan diberi obat, namun tidak
ada perbaikan. Pasien minta dirujuk ke RSUP
Dr. M. Djamil Padang. Pasien mengeluhkan
mata silau jika melihat cahaya dan penglihatan
buram. Pasien mengeluhkan mata merah dan
sulit membuka mata, tetapi tidak belekan dan
tidak berair. Keluhan gatal dan nyeri pada
mata pasien berkurang. Pasien tidak
mengalami nyeri kepala, mual, dan muntah.
Pasien tidak memiliki penyakit diabetes
mellitus dan hipertensi. Pasien menyangkal
pemakaian obat-obatan tradisional.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah menderita sakit mata

seperti ini sebelumya.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga pasien yang

menderita penyakit seperti ini.

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien adalah seorang petani

Status Oftalmologis
STATUS OFTALMIKUS

Visus tanpa koreksi

OD

OS

1/300

5/15

Sulit dinilai

Visus dengan koreksi


Refleks fundus
Silia / supersilia

Trikiasis (-)

Trikiasis (-)

Madarosis (-)

Madarosis (-)

Poliosis (-)

Poliosis (-)

Palpebra superior

Edema (+),

Edema (-),

Palpebra inferior

Edema (+)

Edema (-)

Aparat lakrimalis
Konjungtiva Tarsalis

Lakrimasi normal

Lakrimasi normal

Hiperemis (-), Papil (-), folikel (-), sikatrik (-)

Hiperemis (-), Papil (-), folikel (-), sikatrik


(-)

Konjungtiva Forniks

Hiperemis (+)

Hiperemis (-)

Konjungtiva Bulbii

Injeksi siliar (+)

Injeksi siliar (-)

Injeksi konjunktiva (+)

Injeksi konjunktiva (-)

Sklera

Putih

Putih

Kornea

Ulkus di sentral ukuran 6x5 mm

Bening

infiltrat (+)
Tampak perforasi di arah jam 3

Kamera Okuli Anterior

Hipopion (+) 2mm

Cukup dalam

Iris
Pupil

Coklat, rugae (+)

Coklat , Rugae (+)

Membayang ke arah jam 3

Refleks cahaya (+/+), diameter = 3 mm,


Bulat

Lensa
Korpus vitreum
Fundus :

Membayang, relatif bening

Bening

Jernih

Bening

- Media

- Papil optikus

- Makula

- aa/vv retina

- Retina

Normal palpasi

Normal palpasi

Tekanan bulbus okuli

Posisi bulbus okuli

Ortho

Ortho

Gerakan bulbus okuli

Bebas

Bebas

Diagnosis Kerja :
Ulkus kornea dengan perforasi OD ec susp
jamur

Diagnosis banding :
Ulkus kornea dengan perforasi OD ec susp
bakteri

Rencana Terapi :
Rawat inap
Levocin ed tiap jam ,
Solnazole ed tiap jam,
SA 2x1 OD
Ciprofloxacin 2x500 mg, dan
Itrakonazol 1x200 mg.

BAB II
DISKUSI
Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan
kornea sampai lapisan stroma akibat kematian jaringan
kornea. Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak
ditemukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel
epitel baru dan sel radang. Dikenal dua bentuk ulkus pada
kornea yaitu ulkus kornea sentral dan ulkus kornea
marginal atau perifer
Dari anamnesis pasien mengeluhkan penglihatan mata
kanan menurun disertai dengan mata merah sejak 4 hari
sebelum masuk rumah sakit. Pada 2 minggu sebelum itu,
mata kanan terkena serbuk sawit. Pasien berobat ke dokter
spesialis mata, diberi obat namun tidak ada perbaikan, dan
mata terasa semakin kabur. Pasien datang ke bangsal
mata untuk berobat pada tanggal 11 Februari 2015.

Dari pemeriksaan fisik saat pasien di bangsal, pada mata kanan


didapatkan visus 1/300, pada mata kiri didapatkan visus 5/15,
edema palpebra (+), konjungtiva hiperemis, injeksi konjungtiva
(+) dan injeksi siliar (+). Pada kornea didapatkan Tampak ulkus
di central kornea dengan ukuran diameter sekitar 6x5 mm,
tampak perforasi di arah jam 3, dan infiltrat (+).
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan adalah fluoresen
kornea, laboratorium, pewarnaan Gram atau giemsa, larutan
KOH (+), dan kultur. Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik
didapatkan diagnosis kerja pasien ini adalah ulkus kornea
dengan perforasi OD ec susp jamur.
Terapi yang direncanakan selanjutnya pada pasien ini adalah
Levocin ed tiap jam , Solnazole ed tiap jam, SA 2x1 OS,
Ciprofloxacin 2x500 mg, dan Itrakonazol 1x200 mg.

TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI MATA

ANATOMI KORNEA
Kornea: jaringan transparan.
Disisipkan ke sklera di limbus, lengkung

melingkar pada persambungan ini disebut


sulkus skelaris.
Kornea dewasa: tebal 0,5 mm di tengah, 1 cm
di tepi, diameter sekitar 12 mm.

Kornea terdiri dari 5 lapis:

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik

terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf


nasosiliar, saraf V.
Sumber nutrisi kornea: pembuluh-pembuluh
darah limbus, humour aquos, dan air mata.

ULKUS KORNEA
Ulkus kornea adalah hilangnya

sebagian permukaan kornea akibat


kematian jaringan kornea, yang
ditandai dengan adanya infiltrat
supuratif disertai defek kornea
bergaung, dan diskontinuitas
jaringan kornea yang dapat terjadi
dari epitel sampai stroma.

Etiologi
1. Infeksi ( bakteri, virus, jamur )
2. Non infeksi ( trauma, bahan kimia, radiasi,

defisiensi vitamin A, obat-obatan )


3. Sistim imun

Patofisiologi
Lapisan epitel kornea merupakan barier

utama terhadap paparan mikroorganisme.


Jika epitel ini rusak maka stroma yang

avaskuler dan membran bowman akan


mudah terinfeksi oleh berbagai macam
mikroorganisme seperti bakteri, amuba,
jamur, dan virus.

Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau

membentuk jaringan parut.


Ulkus ini menyebar kedua arah yaitu melebar
dan mendalam.
Jika ulkus yang timbul kecil dan superficial
lebih cepat sembuh dan daerah infiltrasi ini
menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai
ke membran Bowman dan sebagian stroma
jaringan ikat baru sikatrik.

Diagnosis
Diagnosis dari ulkus kornea ditegakkan

berdasarkan anamnesis, pemeriksaan


oftalmologi dan pemeriksaan laboratorium.
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Riwayat trauma, benda asing dan abrasi pada
kornea, riwayat pernah terkena keratitis yang
berulang, pemakaian lensa kontak, serta
penggunaan kortikosteroid

2. Pemeriksaan Oftalmologi
Visus
Slit lamp
Tes fluoresein
defek epitel ditandai dengan adanya
daerah yang berwarna hijau.

3. Pemeriksaan Laboratorium
Berguna untuk diagnosis kausa dan juga

penting untuk pemilihan terapi yang tepat


dengan hasil kultur kerokan.
Dilakukan swab pada kornea dan melihatnya
dengan mikroskop dengan pengecatan Gram
maupun Giemsa dan preparasi KOH dapat
melihat adanya bakteri dan jamur dengan
jelas.

Klasifikasi
Ulkus kornea secara umum dibagi menjadi:
1. Ulkus kornea infeksi
Ulkus kornea bakteri
Ulkus kornea jamur
Ulkus kornea virus
Ulkus kornea Achantamoeba

2. Ulkus kornea non-infeksi


Ulkus Mooren
Ulkus dan infriltrat marginal
Keratokonjungtivitis fliktenular

Ulkus kornea
Staphylococcus
Pada mikroorganisme ini sering ditemukan

ulkus kornea sentral, banyak diantaranya ada


pada kornea yang biasa terkena kortikosteroid
topikal.
Ulkusnya disertasi hipopion dan sedikit
infiltrat pada kornea sekitar.
Ulkus seringkali superfisial.

ULKUS KORNEA BAKTERI


Ulkus kornea
streptococcus
Muncul 24-48 jam
setelah inokulasi pada
kornea yang mengalami
abrasi.
Infeksi ini menimbulkan
ulkus kelabu dengan
batas cukup tegas yang
cenderung menyebar
secara tidak teratur dan
biasanya disertai
hipopion.

Ulkus kornea pseudomonas


1. Ulkus berawal sebagai infiltrat

kelabu atau kuning di tempat


epitel kornea yang retak.
2. Ulkus dapat menyebar ke
seluruh kornea dan
mengakibatkan perforasi dan
infeksi intraokular yang berat.
3. Infiltratnya mungkin berwarna
kehijauan, hal ini disebabkan
oleh pigmen yang dihasilkan
oleh Pseudomonas kasus
ini biasanya berhubungan
dengan penggunaan lensa
kontak dan mata terasa
sangat nyeri.

Pemeriksaan Laboratorium

Mengkultur infiltrat di kornea, dapat


membantu dalam menemukan organisme
penyebab ulkus kornea.
Tatalaksana
Antibiotik spektrum luas harus diberikan
sebagai terapi inisial sebelum mikroorganisme
dapat diidentifikasi dengan kultur.

Ulkus kornea jamur


Gejala inflamasi lebih ringan
Berupa infiltrat kelabu

dengan batas ireguler yang


halus. Terkadang juga
ditemukan infiltrat multifokal
atau satelit.
Perluasan infeksi jamur ke
COA sering ditemukan pada
kasus dengan inflamasi COA
yang progresif. Jamur juga
dapat menginvasi iris dan
COP sehingga dapat terjadi
glaukoma sudut tertutup
akibat blok pupil

Pemeriksaan Laboratorium

pemeriksaan KOH10%.
Tatalaksana
Natamisin 5% karena spesies Fusarium
merupakan penyebab terbanyak keratitis
jamur.
Pada keadaan keratitis jamur filamentosa yang
parah, ketokonazol oral (200-600 mg/hari)
dapat digunakan sebagai terapi tambahan dan
flukonazol oral (200-400 mg/hari) untuk
keratitis jamur ragi.

Ulkus kornea virus


e.c HSV
1. Keratitis epitelial
Ulkus dendritik

Ulserasi geografik adalah

bentuk penyakit dendritik


kronik dengan lesi dendritik
halus yang bentuknya lebih
lebar dan tepian ulkus tidak
terlalu kabur

Keratitis stromal
Keratitis disiformis adalah

bentuk penyakit stromal paling


umum pada infeksi HSV.
Stromanya edema di daerah
sentral yang berbentuk
cakram, tanpa infiltrasi berarti
dan biasanya tanpa
vaskularisasi.
Edema pada kornea dapat
menghasilkan lipatan-lipatan di
membrane Descement, dan
mungkin juga terdapat keratic
precipitate tepat dibawah lesi
disiformis tersebut

Ulkus kornea
achantamoeba
Gejala awal adalah rasa

nyeri yang tidak


sebanding dengan
temuan klinisnya,
kemerahan dan
fotofobia.
Tanda klinis yang khas
adalah ulkus kornea
indolen, cincin stroma
dan infiltrat perineural.

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dengan biakan diatas


media khusus (agar non-nutrien yang dilapisi
E. coli), bahan yang diambil adalah biopsi
kornea.
Tatalaksana
1. Debridement
2. Terapi obat dimulai dengan larutan
isethionate propamidine topical 1%
3. Tetes mata neomisin forte
4. Keratoplasti pada pasien dengan infeksi
yang telah lanjut

Penatalaksanaan
Ulkus kornea merupakan keadaan darurat yang
harus segera ditangani. Pengobatan diberikan
sesuai dengan penyebabnya.Benda asing atau
bahan yang merangsang harus segera dihilangkan.
Indikasi rawat pada pasien ulkus kornea diantaranya
:
1. Adanya ancaman untuk perforasi
2. Pasien tidak bia menggunakan obat sendiri
3. Tidak terdapat reaksi pada obat yang diberikan
4. Perlunya pemberian obat sistemik

Terapi yang bisa


diberikan
a. Medikamentosa
. Sulfas Atropin
. Skopolamin sebagai midritika
. Analgetik seperti pantokain
. Antibiotik sesuai dengan penyebabnya atau

yang berspektrum luas.


. Anti jamur jika penyebabnya adalah jamur.
. Anti viral

b. Flap amnion jika pengobatan dengan medika


mentosa gagal.
c. Keratoplasti jika tindakan di atas tidak
berhasil. Indikasinya adalah jika terjadi
jaringan parut yang mengganggu penglihatan,
kekeruhan kornea yang menyebabkan
berkurangnya ltajam penglihatan. Serta
memenuhi kriteria berikut :
1. Kemunduran visus yang cukup mengganggu
aktivitas penderita
2. Kelainan kornea mengganggu mental
penderita
3. Kelainan kornea yang disertai ambliopia

Prognosis
Tergantung pada tingkat keparahan, cepat

lambatnya penyakit ini ditangani, jenis


mikroorganisme penyebab, dan ada
tidaknya komplikasi yang timbul.
Semakin tinggi tingkat keparahan dan
lambatnya mendapat pengobatan serta
timbulnya komplikasi, maka prognosisnya
menjadi lebih buruk.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai