Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
k2
Tugas Patofisiologi
PRESENTASI KASUS D
Fakultas Kedokteran
Universitas Cenderawasih
Kasus A
Seorang laki-laki berusia 27 tahun dibawa oleh
keluarganya ke UGD karena sesak sebelumnya
pasien mengalami batuk. Pada pemeriksaan pasien
tampak gelisah. Pemeriksaan tanda vital diperoleh
tekanan
darah
120/70
mmHg,
takikardi,
hiperventilasi. Dari pemeriksaan penunjang analisis
gas darah pH 7, pCO2 50%, Saturasi Oksigen 80%.
Pada pemeriksaan spirometri, hasil spirogram
menunjukkan gambaran seperti dibawah ini:
Analisis
skenario
Anamnesa
A. Identitas Pasien
Nama
: Tn. X
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Umur
Pekerjaan
: 27 tahun
:-
Status Pernikahan
: Pendidikan Terakhir : Alamat
:-
Keluhan Utama
Keluhan Penyerta
: Sesak
: Batuk
: -
::-
:-
Anamnesis
tambahan
1. Berapa lama pasien mengalami sesak?
2. Apakah batuk dan sesak dirasakan setiap hari?
3. Berapa banyak volume diare?
4. Bagaimana konsistensi fesesnya? Padat, lembek, cair?
5. Bagaimana warna feses?
6. Bagaimana baunya?
7. Apakah ada lendir atau tidak?
8. Apakah ada darah atau tidak?
9. Bila muntah, berapa volume dan frekuensi muntahnya?
10. Bagaimana kencingnya? Biasa, berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6-8 jam terakhir.
11. Apa makanan atau minuman yang dikonsumsi selama diare?
12. Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai? Seperti batuk, pilek dan lain-lain
13. Pengobatan apa yang sudah dilakukan sebelum ke RS?
14. Sebelumya pernah melakukan perjalanan kemana?
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Gelisah
Kesadaran
: Tanda-Tanda Vital :
Suhu
: Denyut Nadi
: - (takikardi)
Frekuensi Nafas : - (hiperventilasi)
Tekanan Darah
: 120/70 mmHg
Pemeriksaan Penunjang
Analisis Gas Darah:
pH 7, pCO2 50%, Saturasi Oksigen 80%
Tambahan:
Kata Kunci
Sesak
Kata Sulit
Takikardi, hiperventilasi, spirometri.
Hipotesa
Rumusan Masalah
Kenapa pasien mengalami sesak?
Bagaimana hubungan sesak pada pasien dengan takikardi dan
hiperventilasi?
Bagaimana interprestasi pemeriksaan analisis gas darah dan
spirometri pada pasien?
Apa diagnosa yang ditegakkan pada skenario ini?
Bagaimana tatalaksanannya?
Case Map
Perempuan
berusia 28
tahun.
KU: lemah
badan
Anamnesis:
Diare sejak 3
hari yang lalu
frekuensi >
10x/hari
disertai demam
naik turun.
Px. Fisik:
KU: tampak sangat
lemah,
composmentis, TD
90/70 mmHg, DN
100x/menit (lemah
dan cepat), RR
28x/menit., T 36 0C
(teraba dingin), bibir
kering, turgor kulit
kembali lambat.
Diangnosa Banding
(DD)
Diare akut e.c infeksi
bakteri
Diare akut e.c infeksi
parasit
Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan Lab. dll.
Diagnosa pasti
dan Tatalaksana
Definisi Diare
Akut
kasi
e
f
e
k
D
air erbentu
g
n
a
b
r
Bu
tinja ngah cai
n
a
g
den tau sete dat).
a
a
cair tengah p pada
ir
(se
an a k dari
g
n
u
a
Kand bih bany gram
0
le
tinja nya > 20 4 jam
biasa 200 ml/2
atau
Lama
Waktu
Persisten
Kronik
Osmotik
Diare
Patofisiol
ogi
Sektretor
ik
Eksudatif
Motilitas
Infeksi
Etiologi
Non
Infeksi
Diare Sekretorik
Toxi
n
Stimula
si enzim
adenil
siklase
Ganggua
n
Transpor
elektrolit
ATP
menjadi
cAMP
Gangguan
absorpsi
usus ke
lumen
(aktif)
Meningkatny
a
tek.hidrostati
k
(pengeluara
n air dari
plasma ke
lumen (pasif)
Diare Osmotik
Gejala
Khas:
Bahan
hiperosmotik
Tekanan
osmotik
intralumen
usus halus
meningkat
Air dan
elektrolit
tertarik dari
plasma ke
lumen usus
Diare
Diare Eksudatif
Infeksi,
non
infeksi
Inflama
si
Mukosa
rusak
Absoprsi
ion, air
dan
larutan
tergangg
u
Produksi
mukus
meningkat,
eksudasi
air dan
elektrolit
ke lumen
usus
Diare
Gangguan
pada kontrol
otonomik
Hipermotilitas
atau
iregularitas
motilitas
Peningkatan
atau
penurunan
kontak chime
dgn
permukaan
lumen
Absorpsi
terganggu
Diare
Penyebab diare
A. Infeksi
Conts
B. Non infeksi:
a. Keracunan makanan (Food Poisoning)
Tanda-Tanda: non inflamasi, invasi mukosa (-), feses bersifat cair.
b. Obat-Obatan dan toksin
Magnesium, Kafein, teofilin, laksatif, opiat, laktulosa, fruktosa, manitol, arsen,
kadmium, merkuri, jamur.
c. Sindrom Usus iritabel (Irritable Bowel Syndrome)
d. Fase Akut Penyakit Usus Inflamasi (Inflammatory Bowel Disease)
e. Penyakit Usus Iskemik (Ischemic Bowel Disease)
f.
Alergi Makanan
g. Defisiensi Laktosa
h. Penyebab Lainnya (seperti vasoactive intstetinal peptide-secreting
tumor/VIPOMA)
Infeksi
Villi usus
halus
rusak
Tekanan
koloid
osmotik
Usus
Absorbsi cairan
dan makanan
tidak maksimal
Villi
atropi
Villi baru
belum
matang
Motilitas
meningkat
Diare
Virus
masuk
Non invasi
mukosa
Invasi
mukosa
Reaksi
sistemik
Produksi
enterotoksi
n/sitotoksin
Lumen usus
penuh air
Kejang
(shigella)
Sekresi klorida
oleh sel kripta
tetap berlangsung
diare
Rangsanga
n mukosa
usus
Kegagalan
absorpsi
natrium oleh
villi usus
Menempel
di mukosa
usus
Terjadi
pemendek
an villi
diare
Absorpsi
terganggu
Manifestasi Klinik
Nausea
Hematoche
zia
Demam
Nyeri Perut
Tenesmus
Dehidrasi
pH darah
menurun
Pusat
pernapasa
n
dirangasan
g
Frekuensi
napas
lebih
cepat dan
Peningkatan
dalam
pengeluaran HCO3(kussmaul
)
Kehilang
an
bikarbon
at
pH darah
kembali
normal
Rotavirus
Shigella
Salmonella
ETEC
EIEC
Kolera
Gejalaklinis:
MasaTunas
17-72 jam
24-48 jam
6-72 jam
6-72 jam
6-72 jam
48-72 jam
Demam
++
++
++
Mual,muntah
Sering
Jarang
Sering
Sering
Nyeriperut
Tenesmus
Nyerikepala
lamanyasakit
5-7 hari
>7hari
3-7 hari
2-3 hari
variasi
3 hari
Volume
Sedang
Sedikit
Sedikit
Banyak
Sedikit
Banyak
Frekuensi
5-10x/hari
>10x/hari
Sering
Sering
Sering
Terus menerus
Konsistensi
Cair
Lembek
Lembek
Cair
Lembek
Cair
Darah
Kadang
Bau
Langu
Busuk
Amis khas
Warna
Kuning hijau
Merah-hijau
Kehijauan
Tak berwarna
Merah-hijau
Leukosit
Lain-lain
anorexia
Kejang+
Sepsis +
Meteorismus
Infeksi sistemik+
Sifattinja:
REHIDRASI
Rehidrasi merupakan prioritas utama
pengobatan. Yang perlu diperhatikan :
Jenis cairan :
Pada diare akut yang ringan dapat
diberikan oralit. Diberikan cairan
ringer laktat IV, bila tidak tersedia
dapat diberikan cairan NaCl isotonik
ditambah satu ampul Na bikarbonat
BB<3%
Baik
BB 3%-9%
Normal, lelah,
gelisah, Apatis,
irritable
Normal meningkat
letargi,
sadar
Takikardi,
idak
bradikardi,
(kasus berat)
Kualitas nadi
Normal
Normal melemah
Pernapasan
Normal
Normal-cepat
Dalam
Mata
Normal
Sedikit cowong
Sangat cowong
Air mata
Ada
Berkurang
Tidak ada
Kering
Sangat kering
Cubitan kulit
Segera kembali
Kembali<2 detik
Kembali>2detik
Cappilary refill
Normal
Memanjang
Memanjang, minimal
Ekstremitas
Hangat
Dingin
Dingin,mottled, sianotik
Kencing
Normal
Berkurang
Minimal
Keadaan umum
Baik,sadar
*Gelisah, rewel
*lesu,lunglai/tidak sadar
Mata
Normal
Cekung
Sangat cekung
Air mata
Ada
Tidak ada
Kering
Basah
Kering
Sangat kering
Rasa haus
*haus
Kembali cepat
Tanpa dehidrasi
ingin
minum *malas
minum
atau
banyak
*kembali lambat
Dehidrasi ringan/sedang
Bila
ada
tanda* Bila
ada
tanda*
Rencana terapi A
tanda lain
tanda lain
Rencana terapi B
Rencana terapi C
Kebutuhan cairan (
Kg BB)
5%
Sedang
8%
Berat
10%
REHIDRASI
Klinis
Skor
Rasa haus/muntah
Kesadaran apatis
Fasies kolerika
Vox cholerica
Ekstremitas dingin
Sianosis
-1
Metoda
Daldiyono
Kebutuhan cairan :
10% Kg BB 1
liter
REHIDRASI
Jadwal pemberian cairan :
Dua jam pertama (tahap rehidrasi inisial) :
jumlah total kebutuhan cairan menurut rumus
diberikan langsung dalam 2 jam.
Satu jam berikut/jam ke-3 : pemberian
diberikan berdasarkan kehilangan cairan
selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi
inisial sebelumnya. Bila tidak ada syok atau
skor Daldiyono kurang dari 3 dapat diganti
cairan per oral
Jam berikutnya pemberian cairan berdasarkan
kehilangan cairan melalui tinja dan Insensible
water loss (IWL)
DIET
Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali bila muntahmuntah.
Pasien dianjurkan minum sari buah, teh, minuman tidak
bergas, makanan mudah dicerna seperti pisang, nasi, keripik
dan sup.
Menghindari susu sapi karena adanya defisiensi laktase
transien yang disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri, juga
minuman berkafein dan alkohol karena dapat meningkatkan
motilitas dan sekresi usus.
OBAT ANTI-DIARE
Terapi
Shigellosis ( serius)
S. (para) typhi
Salmonellosis lain
Campylobacter
(keluhan serius dan
persisten)
Yersinia
Penyebab
Terapi
Vibrio cholera
Giardia lamblia
Schistosoma spp
Strongyloides stercoralis
Trichuris trichiura
Cryptosporidiosis
Cyclospora
Isospora belli
Clostridium difficile
Penatalaksanaan
Kesimpulan
Diare merupakan buang air besar dengan tinja berbentuk cair dengan
kandungan air lebih banyak dari biasanya, >200 gram atau 200 ml/24 jam.
Banyaknya cairan yang hilang karena diare tersebut menentukan derajat
keparahan diare yang dialami.
Tatalaksana pasien diare, yang paling penting adalah menjaga hidrasi yang
adekuat dan keseimbangan elektrolit selama periode akut. Selanjutnya
pengobatan dengan antibiotik (tidak harus) dan bisa juga diberikan obat antidiare.
Diagnosis sementara yang kami buat belum bisa ditegakkan sebagai diagnosis
pasti tanpa pemeriksaan lanjutan yang adekuat. Dimana untuk pasien diare gold
standart identifikasi penyebab diare adalah dengan pemeriksaan feses pasien.
Referensi
Daldiyono dan K, Simadibrata, M. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed. 4. Jakarta:
Interna Publishing.
Silbernagl, S. 2007. Teks & Atlas Bewarna Patofisiologi. Jakarta: EGC.
World Gastroenterology Organisation Global Guidlines. Acute diarrhea in adults and children:
a global perspective. 2012. Available from:
http://www.worldgastroenterology.org/UserFiles/file/guidelines/acute-diarrhea-english2012.pdf [Diakses pada tanggal 08 Maret 2016].
Amin, Z, L., 2015. Tatalaksana Diare Akut. Jurnal Ikatan Dokter Indonesia CDK-230/vol. 42 no.
7. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSUPN Dr.
Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia.
Zein U. Diare Akut Infeksius Pada Dewasa. e-USU Repository [Internet]. 2004. Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3388/1/penydalam-umar4.pdf
Zein U. Diare Akut Disebabkan Bakteri. e-USU Repository [Internet]. 2004. Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3388/1/penydalam-umar5.pdf
Karyana, I, P, G., dan Metriani, N., 2016. Diare: Virus atau Bakteri. Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana, Indonesia. Artikel onlie http://pghnai.com/diare-virus-atau-bakteri.html
[Diakses pada tanggal 27 April 2016, pukul 20:00 WIT].
Laksana, E., Strategi Terapi Cairan pada Dehidrasi. Jurnal Ikatan Dokter Indonesia CDK224/vol.42 no. 1, SMF Anestesi dan Terapi Intensif RSUP dr. Kariadi/Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia.