Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS FITOKIMIA

Morindae Citrifoliae Fructus


(Mengkudu)

Disusun oleh :
1. Moh. IG Adlan. F (260110120065)
2. Hilda Syifa S
(260110120066)
3. Dewi Permata Sari (260110120067)
4. Nollaviani Dewi
(260110120068)
5. Diantika Luhuri N (260110120069)
6. Poppy Drei Y.Y.P (260110120070)
7. Rindy Ayundha
(260110120071)
8. Retno Setya Rini (260110120072)

Nama
1. Sinonim : Morinda speciosa Wall, Bancudus altifolia Rumph.
2. Nama Daerah
Jawa : kudu, cangkudu, kemudu, pace.
Sumatera : eodu, eoru, keumudee, lengkudu, bangkudu,
bengkudu, bakudu, bingkudu, pamarai, mangkudu,
mengkudu, neteu.
Nusa Tenggara : tibah, wungkudu, ai kombo, manakudu, bakulu
Kalimantan : mangkudu, wangkudu, labanau
3. Nama Asing
Hai ba ji (C), noni, Indian murbery, aul tree (II), giau (V),
tombongaso (Ph.), mengkudu daun besar (Malay), nonu(samoa),
mangalwe (Caroline island).
4. Nama Simplisia
Morinda citrifoliae fructus (buah mengkudu), Morindae citrifoliae
Folium (daun mengkudu), Morindae citrifoliae Radix (akar
mengkudu)

Pendahuluan
Buah mengkudu memiliki
bentuk bulat sampai
lonjong, panjang 10 cm,
berwarna kehijauan tetapi
menjelang masak menjadi
putih kekuningan
(Djauhariya, 2003).

Klasifikasi
Mengkudu diklasifikasikan sebagai berikut:
Filum
: Angiospermae
Subfilum
: Dicotyledonae
Divisi
: Lignosae
Famili
: Rubiaceae
Genus
: Morinda
Spesies
: Morinda citrifolia
(Djauhariya et al.,2003)

Kandungan
Buah mengandung alkaloid (triterpenoid,
proxeronine), polysacharide (damnacanthal),
sterol, kaumarin, scopoletin, ursolic acids, linoleic
acid, caproic acid, caprylic acid, alizarin, acubin,
iridoid glycoside, L-asperuloside, vitamin (A,
karoten).
Di dalam tubuh, proxeroninase menjadi alkaloid
xeronine yang memiliki aktivitas biologis dengan
meningkatkan kerja enzim, reseptor, dan
sinyal impuls saraf. Acubin, L-asperuloside
dan alizarin memiliki khasiat antibakteri.

Indikasi
Buah mengkudu digunakan untuk mengatasi:
Batuk, radang amandel, sariawan, demam, asma,
tekanan darah tinggi (hipertensi), beri-beri, kencing
manis (diabetes melitus), radang (seperti ginjal,
usus, empedu, hati), disentri, sulit buang air besar
(sembelit), nyeri limpha, limpa bengkak, terlambat
haid, cacingan, sakit pinggag (lumbago), rematik,
nyeri otot, tulang patah, cacar air (varicella),
membantu pengobatan kanker, kegemukan.

Sifat Isolat Skopoletin

Rumus molekul

: C10H8O4

Berat molekul

Kepadatan

: 1,377 gram/cm3

Titik lebur

: 200 207 oC

Titik didih

: 413,5oC at 760 mmHg

Indeks bias

: 1,609

Titik nyala

: 172,4oC

Kelarutan dalam air

: 192,1681

: sedikit larut

Skrining (Penapisan)
A. Skrining senyawa alkaloid
Serbuk simplisia dibasakan
dengan amonia, kemudian
ditambahkan kloroform,
digerus kuat-kuat. Lapisan
kloroform dipipet sambil
disaring, kemudian
kedalamnya ditambahkan
asam klorida 2 N.
Campuran dikocok kuatkuat hingga terdapat dua
lapisan.

Kepada bagian 1
ditambahkan pereaksi
Mayer. Terjadinya endapan
atau kekeruhan diamati.
Bila terjadi kekeruhan atau
endapan berwarna putih,
berarti dalam simplisia
kemungkinan terkandung
alkaloid.

A. Skrining senyawa alkaloid


Kepada bagian 2
Ditambahkan pereaksi
Dragendorf. Terjadinya
endapan atau kekeruhan
diamati. Bila terjadi
kekeruhan atau endapan
berwarna jingga kuning,
berarti dalam simplisia
kemungkinan terkandung
alkaloid.

Kepada bagian 3
Bagian 3 digunakan
sebagai blanko.

B. Skrining Senyawa
Flavonoid

Sejumlah kecil serbuk


simplisia dalam tabung
reaksi dicampur dengan
serbuk magnesium dan
asam klorida 2 N.
Campuran dipanaskan di
atas tangas air, lalu
disaring. Kepada filtrat
dalam tabung reaksi
ditambahkan amil alkohol,
lalu dikocok kuat-kuat.
Adanya flavonoid ditandai
dengan terbentuknya
warna kuning hingga
merah yang dapat ditarik
oleh amil alkohol.

C. Skrining Senyawa
Polifenolat

Sejumlah kecil serbuk


simplisia dalam tabung
reaksi dipanaskan di atas
tangas air, kemudian
disaring. Kepada filtrat
ditambahkan larutan
pereaksi besi (III) klorida.
Adanya senyawa fenolat
ditandai dengan terjadinya
warna hijau-biru hitam
hingga hitam.

D. Skrining Senyawa
Monoterpenoid dan
Seskuiterpenoid

Serbuk simplisia digerus


dengan eter, kemudian
dipipet sambil disaring.
Filtrat ditempatkan dalam
cawan penguap, kemudian
dibiarkan menguap hingga
kering. Kepada hasil
pengeringan filtrat
ditambahkan larutan vanillin
10% dalam asam sulfat
pekat. Terjadinya warnawarna menunjukkan adanya
senyawa mono dan
seskuiterpenoid.

E. Skrining Senyawa Tanin

Sejumlah kecil serbuk


simplisia dalam tabung
reaksi dipanaskan di atas
tangas air, kemudian
disaring. Kepada filtrat
ditambahkan larutan
gelatin 1%. Adanya
senyawa tanin ditandai
dengan terjadinya endapan
berwarna putih.

F. Skrining Senyawa Steroid


dan Triterpenoid

Serbuk simplisia digerus


dengan eter, kemudian
dipipet sambil disaring.
Filtrat ditempatkan dalam
cawan penguap, kemudian
dibiarkan menguap hingga
kering. Kepada hasil
pengeringan filtrat
ditambahkan pereaksi
Liebermann Burchard.
Terjadinya warna ungu
menunjukkan adanya
senyawa triterpenoid
sedangkan adanya warna
hijau biru menunjukkan
adanya senyawa steroid.

G. Skrining Senyawa Kuinon

Sejumlah kecil serbuk


simplisia dalam tabung
reaksi dipanaskan di atas
tangas air, kemudian
disaring Kepada filtrat
ditambahkan larutan KOH
5%. Adanya senyawa
kuinon ditandai dengan
terjadinya warna kuning
hingga merah.

H. Skrining Senyawa Saponin


Sejumlah kecil serbuk simplisia dalam tabung reaksi
dipanaskan di atas tangas air, kemudian disaring. Filtrat
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dikocok kuat
secara vertikal selama sekitar 5 menit. Terbentuknya busa
yang mantap dan tidak hilang selama 30 menit dengan
tinggi busa minimal 1 cm menunjukkan adanya saponin.

Metode analisis fitokimia


Metode ekstraksi
(maserasi)

Merupakaksi teknik ekstraksi dengan


cara direndam dalam suatu pelarut
kemudian hasil ekstraksi disaring.

Metode fraksinasi
(KCV)

Prinsip : pemisahan secara adsorpsi


dan partisi yang dipercepat dengan
bantuan pompa vakum.

Metode isolasi
(KK)

Prinsip maserasi
Merendam 200gr serbuk kering dalam etanol 95%.

Cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding


sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel.
Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar
dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah
( proses difusi ).
Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan
konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel .

Alat maserasi

Alat KCV

Metode fraksinasi KCV


KCV menggunakan
alat bantu yang
berupa pompa
vakum untuk
mempercepat laju
alir fasa gerak
selama proses
pemindahan zat
terlarut

Hasil ekstraksi
dilarutkan dalam
pelarut yang cocok
yaitu n-heksan dan
etilasetat, dimulai
dengan pelarut yang
kepolarannya rendah
lalu kepolarannya
ditingkatkan
perlahan-lahan

Dipisahkan
mengunakan Kolom
kromatografi vakum
dengan silica gel
GF254 sebagai fase
diam dihisap sampai
kering pada setiap
pengumpulan fraksi

Oleh karena itu,


kromatografi vakum
cair menggunakan
tekanan rendah
untuk meningkatkan
laju aliran fase gerak

Metode isolasi
1. KLT terhadap fraksi kloroform
perbandingan pelarut mulai dari n-heksan 100% , nheksan:etil asetat 9:1, n-heksan:etil asetat 1:1, etil
asetat:metanol 9:1 dan dari proses tersebut fasa gerak
yang baik untuk KLT adalah n-heksan:etil asetat 1:1.
Noda pada plat KLT dimonitor di bawah lampu UV 356
nm , dimana skopoletin akan berfluoresensi biru kuat.

Metode isolasi
2. Kromatografi kolom (silika gel 60 dan n-heksan : etil asetat)
a. Fraksi kloroform ditimbang sebanyak 5 gram ditambahkan
sedikit kloroform hingga terlarut
b. Ditambahkan silika sama banyak dengan berat fraksi
kloroform (1 : 1) untuk dibuat menjadi serbuk preadsorbsi.
c. Pelarutnya diuapkan secara in vacuo sehingga diperoleh
campuran silika gel dan sampel berupa bubuk kering.
d. Kolom dibuat dengan memasukkan 100 gram silika (1 : 20)
yang telah ditambahkan pelarut n-heksana ke dalam kolom
kaca sambil diketok-ketok hingga padat dan homogen.
e. Setelah silika padat, bubur preadsorbsi diletakkan secara
hati-hati dan merata di atas bubur silika yang telah padat.

Metode isolasi
f. Kolom kemudian dielusi dengan sistem Step Gradien Polarity
dimulai dari pelarut n-heksan, n heksan: etil asetat.
Etil asetat kepolarannya perlu ditingkatkan secara bertahap
melalui beberapa perbandingan sehingga diperoleh pemisahan
yang baik. Pengelusi dibuat sebanyak 100 ml dengan
komposisi heksan etil asetat adalah 10:0, 9:1, 8:2, 7:3, 6:4,
5:5, 4:6, 3:7, 2:8, 1:9 dan 0:10.
g. Eluat ditampung dengan vial 10 mL.
h. Tiap eluat dimonitor dengan KLT menggunakan eluen heksan :
etil asetat 1 : 1.
i. Beberapa vial dimonitor, yang Menandakan bahwa zat tersebut
merupakan skopoletin, jika menunjukkan:
1. Noda dengan Rf yang sama yang memberikan warna
ungu yang intensif di bawah lampu UV254 nm
2. Berfluoresensi biru kuat di bawah lampu UV 365 nm
j. Vial itu digabungkan dan ditimbang sehingga didapatkan
sejumlah skopoletin.

Karakterisasi Scopoletin
Hasil Isolasi
Karakterisasi senyawa hasil isolasi meliputi:
1. pemeriksaan organoleptis,
2. penentuan titik leleh,
3. pemeriksaan kromatografi lapis tipis,
4. spektrofotometer UV-Vis, dan
5. spektrofotometer inframerah.

1. Pemeriksaan Organoleptis
Pemeriksaan ini meliputi bentuk, warna dan bau
senyawa hasil isolasi.
2. Penentuan Jarak Leleh
Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan alat
pengukur titik leleh Fischer Jhon Melting Point
Apparatus. Beberapa butir zat diletakkan diantara dua
kaca objek, kemudian diletakkan di bawah pemanas di
bawah kaca pembesar dan diatur kenaikan suhunya.
Perubahan fisik zat diamati dari awal meleleh sampai
meleleh sempurna.
3. Pemeriksaan Kromatografi Lapis Tipis
Pemeriksaan KLT dilakukan untuk
menunjukkan kemurnian dan penentuan Rf
dari senyawa hasil isolasi dengan beberapa
fase gerak. Sebagai penampak noda digunakan
lampu UV254nm.

4. Penentuan Spektrum Ultraviolet


Pemeriksaan spektrum UV dilakukan dengan
menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis
Pharmaspec 1700 (Shimadzu ). Senyawa hasil isolasi
dilarutkan dalam metanol kemudian diukur serapannya.
5. Penentuan Spektrofotometer inframerah
Spekrum IR diukur dengan menggunakan alat Infrared
Spectrofotometer Perkin Elmer Spectrum One. Kira-kira
1 mg sampel digerus homogen dengan 100 mg kalium
bromida. Campuran dikempa dengan kekuatan 10
ton/cm, sehingga terbentuk serbuk pellet yang tipis dan
transparan, kemudian diukur serapannya.

Khasiat skopoletin
Khasiat utama skopoletin adalah dapat
berfungsi sebagai komponen antioksidan, dan
mampu mandorong kelenjar untuk
memproduksi serotonin. "Sehingga, skopoletin
dapat berfungsi juga sebagai antidepresi,"

Produk yang mengandung skopoletin

Anda mungkin juga menyukai