Anda di halaman 1dari 20

HUKUM

TANAH ADAT DAN


UU No. 5 TAHUN 1960
TENTANG UUPA

KEDUDUKAN TANAH DLM HUKUM ADAT


SANGAT PENTING
1. Karena Sifatnya
Satu satunya benda kekayaan, meski mengalami keadaan spt
apapun, masih bersifat tetap.
2. Karena Fakta
Tanah mrpkn tempat tinggal persekutuan
Tanah memberikan penghidupan kpd persekutuan
Tanah mrpkn tempat dmn warga persekutuan yg meninggal
dunia dkebumikan
Tanah mrpkn tempat tinggal roh leluhur persekutuan

HAK PERSEORANGAN ATAS TANAH


1.
2.
3.
4.

Mengumpulkan hasil-hasil hutan


Memburu binatang liar yg hidup di wilayah kekuasaan persekutuan
Mengambil hasil dr pohon-pohon yg tumbuh liar
Membuka tanah, mengerjakan tanah terus menerus

TRANSAKSI TANAH YANG BERSIFAT


PERBUATAN HUKUM SEPIHAK
1. Pendirian Suatu Desa
Sekumpulan orang-orang yg mendiami suatu tempat tertentu, membuat
perkampungan di atas tanah itu, membuka tanah pertanian, mengubur orang
yg meninggal dunia di tempat itu, shg lambat laun tempat itu mjd desa, tjd
hubungan religio magis antara desa dg tanah itu, dan tjd hubungan hukum .

2. Membuka tanah bagi warga persekutuan


Warga persekutuan dg ijin kepala desa membuka tanah wilayah
persekutuan, maka dg menggarap tanah itu, terjadi hubungan hukum dan
hubungan religio magis antara warga persekutuan dg tanah itu.

TRANSAKSI TANAH YANG BERSIFAT


PERBUATAN HUKUM DUA PIHAK
1. Menjual Gadai
Penyerahan tanah dg pembayaran kontan disertai dg ketentuan bahwa yg
menyerahkan tanah mempunyai hak mengambil kembali tanah itu dg
pembayaran uang yg sama jumlahnya.
Yg menerima tanah berhak utk mengerjakan tanah, serta memungut
penghasilan dari tanah itu.
Penerima tanah hanya terikat dg janji bahwa tanah hanya dapat ditebus oleh
yg menjual gadai.

2. Menjual lepas
Penyerahan tanah dg pembayaran kontan tanpa syarat, jd utk selamanya/
seterusnya.
Yg membeli lepas memperoleh hak milik atas tanah yg dibelinya.
Pembayaran dilakukan di hadapan kepala persekutuan.

3. Menjual Tahunan (Suatu bentuk penyewaan tanah)


Penyerahan tanah dg pembayaran kontan disertai perjanjian bahwa
bila tidak ada perbuatan hukum lain sesudah satu, dua atau tiga kali
panen, tanah kembali ke pemilik semula.
TRANSAKSI YG ADA HUBUNGANNYA DGN TANAH
1. Memperduai (Minangkabau), Maro (Jawa)
Bila pemilik tanah memberikan ijin kpd orang lain utk mengerjakan
tanahnya dg perjanjian bahwa yg mendapat ijin hrs memberikan
sebagian hasil tanahnya kpd pemilik tanah.
Dasar transaksi tanah adalah pemilik tanah ingin memungut hasil dr
tanahnya tetapi tidak dapat mengerjakan sendiri tanahnya.
Obyek transaksi tenaga dan tanaman, bukan tanah.
Transaksi ini mulai berlaku pd saat menanam padi dan berakhir
setelah panen.

2. Sewa
Suatu transaksi yg mengizinkan orang lain utk mengerjakan
tanahnya atau utk tinggal di tanahnya dg membayar sesudah tiap
panen atau sesudah tiap bulan atau tiap tahun uang sewa yg tetap.
3. Tanggungan/Jonggolan
Terjadi bila seseorang yg hutang kpd orang lain berjanji kpd yg
memberi pinjaman tidak akan mengadakan transaksi dg tanahnya
kecuali dg pemberi hutang.
Kalau blm dpt dilunasi (batas waktu telah lampau), tanah yg
dijadikan tanggungan harus dikorbankan utk melunasi hutang.
4. Numpang/Magersari
Bila seorang pemilik tanah yg bertempat tinggal di tanah itu
memberi ijin kpd orang lain utk membuat rumah utk dtempati.

5. Titip

Suatu transaksi yg memberikan ijin kpd orang yg tidak


berhak utk menggunakan tanahnya, sekaligus
memelihara untuknya.
Sebab transaksi ini adalah :
a. Pemilik tanah utk sementara meninggalkan tempat
kediamannya.
b. Tanah milik keluarga (tanah peninggalan yg tidak
dibagi)

Hak Ulayat = Hak Purba = Hak Pertuanan


Pengertian Hak Ulayat (beschikkingrecht)
Merupakan hak tertinggi atas tanah adat
1.Berlaku

ke luar artinya di luar warga persekutuan


tidak diperbolehkan turut menikmati/menggarap tanah
wilayah persekutuan
2.Berlaku

ke dalam artinya semua warga persekutuan


bersama-sama sbg suatu kesatuan, berhak mengolah dan
memetik hasil dr hak ulayat

OBYEK HAK ULAYAT


Meliputi seluruh tanah beserta
segala sesuatu yg ada di atasnya,
yaitu :
1.
2.
3.
4.

Tanah (daratan)
Air (perairan)
Tumbuh-tumbuhan yg hidup scr liar
Binatang yg hidup liar

HUKUM TANAH ADAT DAN UNDANGUNDANG POKOK AGRARIA

1.

2.

Sebelum berlakunya UUPA Tahun 1960, bidang pertanahan


berlaku dualisme hk, yaitu berlakunya peraturan hk adat dan
peraturan hk barat, shg hk tanah adat menjadi sumber hk
agraria di Indonesia disamping hk barat yg tertulis dlm BW.
24 September 1960 dikeluarkan UU No. 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA), tujuanUUPA :
Meletakkan dasar-dasar mengadakan kesatuan dan
kesederhanaan dlm hk pertanahan
Meletakkan dasar-dasar memberikan kepastian hk mengenai
hak-hak atas tanah bagi rakyat.

Kedudukan hk adat sbg dasar penyusunan hk agraria


nasionalterdapat pd ketentuan Pasal 5 UUPA : hk agraria yg
berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa adalah hukum
adat

Hak Ulayat mrpkn hak yg berkenaan dg


pengelolaan dan pemanfaatan sumber
daya tanah.
Hak pengelolaan hampir sama dg HAK
MENGUASAI dr negara. (PASAL 2
Ayat (2) UUPA)

Yaitu : berupa kewenangan-kewenangan


masyarakat hukum adat utk mengatur
dan merencanakan penggunaan sumber
daya, serta mengurus persoalanpersoalan yg berkaitan dg pemanfaatan
sumber daya oleh orang luar.

Pasca UUPA, hak menguasai negara sbg


hak tertinggi atas sumber daya di wilayah
Indonesia.
Hak MHA utk mengelola sumber daya
bukan lagi mrpkn hak tertinggi MHA.
(Hak ulayat dilihat sbg hak yg ada di
bawah HMN)

Pasal 3 : pelaksanaan hak ulayat masyarakat


hk adat sepanjang kenyataannya mash ada
sesuai kepentingan nasional dan negara
berdasar persatuan bangsa serta tidak
boleh bertentangan dg UU dan peraturan
yg lebih tinggi.

Pasal 2 Ayat (4) : hak menguasai tsb


dlm pelaksanaannya dpt dikuasakan
kpd daerah Swatantra dan MHA
sepanjang tidak bertentangan dg
kepentingan nasional mnrt PP
Tdpt pendelegasian wewenang HMN
kpd MHA. Tp blm ada peraturan
pelaksanaannya lbh lanjut.
Di sisi lain dr rumusan pasal yg
sama,peluang daerah dan
departemen menerima pelimpahan
wewenang HMN telah mempunyai
banyak peraaturan utk
melaksanakannya.

Soleman B. Taneko : pengakuan hk adat oleh UUPA hanya


bersifat semu karena hukum adat belum pernah diakui
keberadaannya scr resmi dlm peraturan perundangan
(misal : hak ulayat yg bersumber dr hk adat sering diabaikan
shg merugikan masyarakat hk adat), tp UUPA memperluas
berlakunya hk tanah adat krn mjd berlaku bagi siapapun.
Hk adat dlm hk agraria tidak berlaku mutlak.
Kriteria hk adat yg diakui keberadaannya trdapat dlm
Penjelasan Umum Paragraf III : hk adat yg disempurnakan
dan disesuaikan dg kepentingan masyarakat dlm negara
modern dan dlm hubungannya dg dunia internasional serta
disesuaikan dg sosialisme Indonesia (hk adat yg bukan hk
adat murni=hk adat yg telah disaner)
Boedi Harsono : hk adat yg telah disaner dg perwujudan :
1.

2.

Penggunaan lembaga-lembaga hk adat disertai


penyempurnaan (bentuk hk tertulis, pendaftaran tanah,alat
pembuktian tertulis)
Dilengkapi lembaga-lembaga hk baru : HGU, HGB, Hak
tanggungan

Hk adat yg telah disaner/disempurnakan/


dipermodern adalah hk adat asli/murni yg
dipermuda kembali bentuk-bentuk
pernyataannya dg menerima pengertianpengertian dan lembaga-lembaga hk barat
yg telah disesuaikan dg iklim serta kondisi
dan perasaan hk masyarakat dan bangsa
Indonesia pd masa sekarang (Soerojo
Wignjodipoero)
Misal :
Dlm hal pendaftaran tanah mempunyai bentuk
pernyataan baru yg didasarkan pd itikad baik
pd akhirnya berbentuk akta autentik (PP No.
10 th 1961 ttg pendaftaran tanah) yg
sebelumnya hanya berupa tanda atau lambang
saja.

Pasal yg mengatur hk adat (hak ulayat) dalam UUPA :


1.
Pasal 2 Ayat (2) : hak menguasai dr negara.
2.
Pasal 2 Ayat (4) : hak menguasai tsb dlm
pelaksanaannya dpt dikuasakan kpd daerah dan
masyarakat hk adat sepanjang tidak bertentangan dg
kepentingan nasional mnrt PP
3.
Pasal 3 : pelaksanaan hak ulayat masyarakat hk adat
sepanjang kenyataannya mash ada sesuai
kepentingan nasional dan negara berdasar persatuan
bangsa serta tidak boleh bertentangan dg UU dan
peraturan yg lebih tinggi.
4.
Pasal 4 : hanya WNI yg dpt mempunyai hubungan dg
bumi, air dan ruang angkasa.
5.
Pasal 5 : hk agraria yg berlaku atas bumi, air dan
ruang angkasa ialah hk adat, sepanjang tidak
bertentangan dg kepentingan nasional dan negara, yg
berdasar atas persatuan bangsa dan sosialisme
Indonesia serta dg peraturan-peraturan yg tercantum
dlm uu ini dan dg peraturan perundangan lainnya dg
mengindahkan unsur-unsur yg berdasar hk agama.

6. Pasal 14 :
Ayat (1) : pemerintah dalam rangka sosialisme Indonesia, membuat suatu
rencana umum mengenai persediaan, peruntukan dan penggunaan bumi,
air dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya :
a. Untuk keperluan negara.
b. Untuk keperluan peribadatan dan keperluan lain-lainnya,
sesuai dengan dasar Ketuhanan yang Maha Esa.
c. Untuk keperluan pusat-pusat kehidupan masyarakat sosial
kebudayaan dan lain-lain kesejahteraan.
d. Untuk keperluan memperkembangkan produksi pertanian
peternakan dan perikanan serta sejalan dengan itu.
e. Untuk keperluan memperkembangkan industri,
transmigrasi dan pertambangan.
(Ayat 2) : Berdasarkan rencana umum tersebut pada Ayat (1) pasal ini dan
mengingat peraturan-peraturan yang bersangkutan, pemerintah daerah
mengatur persediaan, peruntukan dan penggunaan bumi, air dan ruang
angkasa untuk daerahnya sesuai dengan daerah masing-masing.

(Ayat 3), Peraturan Pemerintah daerah-daerah


yang dimaksud dalam Ayat (2) pasal ini berlaku
setelah mendapat pengesahan mengenai Daerah
Tingkat I dari Presiden, Dati II dari
Gubernur/Kepala Daerah yang bersangkutan dan
Dati III dari Bupati atau Walikota/Kepala Daerah
yang bersangkutan.
7.

Pasal 26 Ayat (1) :


Jual beli, penukaran, penghibahan, pemberian
dengan wasiat, pemberian menurut hukum adat
dan perbuatan-perbuatan lain yg dimaksudkan
untuk memudahkan hak milik serta
pengawasannya diatur oleh Peraturan Pemerintah.

8. Pasal 56
Selama undang-undang mengenai hak milik
sebagaimana tersebut dalam Pasal 50 Ayat (1) belum
terbentuk, maka yang berlaku adalah ketentuanketentuan hukum adat setempat dan peraturan-peraturan
lainnya mengenai hak-hak atas tanah yang memberi
wewenang sebagaimana atau mirip dengan yang
dimaksud dalam Pasal 20, sepanjang tidak bertentangan
dengan jiwa dan ketentuan undang-undang ini.
9. Pasal 58
Selama peraturan-peraturan pelaksanaan undangundang ini belum terbentuk, maka peraturan-peraturan
baik yang tertulis maupun tidak tertulis mengenai bumi,
air dan ruang angkasa serta kekayaan dan hak-hak atas
tanah, yang ada mulai berlakunya undang-undang ini,
tetap berlaku, sepanjang tidak bertentangan dengan jiwa
dan ketentuan-ketentuan dalam undang-undang ini serta
taksiran yang sesuai dengan itu.

Anda mungkin juga menyukai