Anda di halaman 1dari 57

Pemeriksaan Sensorik

PENDAHULUAN
Sistem sensoris
hubungan
dengan sekitar
Stimulasi diterima oleh reseptor
impuls
saraf afferen
sistem
saraf pusat

Pemeriksaan sensoris dilakukan


untuk mengetahui :
- area yang tidak dapat merasakan
sensasi,
- area yang kurang atau berlebih
merasakan sensasi,
- kualitas dan tipe sensasi yang
terganggu

ANATOMI DAN FISIOLOGI


Sherington membaginya berdasarkan
lokasi organ target dan jenis stimuli
yang ditimbulkan yaitu :
1. Ekseroseptif,
2. Propioseptif
3. Interoseptif.

Reseptor sensorik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Pacini - tekanan
Krause - dingin
Ruffini - hangat
Meissner raba ringan
Ujung saraf bebas - nyeri
Folikel rambut - raba
Serabut otot - propioseptif
Organ tendon Golgi propioseptif

Gambar distribusi sensoris tubuh

Gambaran serabut saraf

Diameter
(m)

Kecepata
n
(m/sec)

A alfa

12-22

70-120

Motorik
propioseptor

A beta

5-13

30-70

Rasa raba, rasa tekan

A gamma

3-8

15-40

Rasa raba dan tekan

A delta

1-5

12-30

Rasa nyeri dan suhu, dan


rasa tekan

1-3

3-5

Automatik
preganglion

C(radiks
dorsalis)

0,2-1,2

0,2-2,0

Rasa nyeri

C(serabut
simpatis)

0,3-1,3

0,7-2,3

Serabut
postganglion

Tipe

Fungsi
somatic,

serabut

simpatis

Traktus Spinothalamikus

Traktus Kolumna Dorsalis

Sensasi nyeri dan suhu dari


tubuh

Sensasi nyeri dan suhu dari


wajah

Sensasi raba halus dari tubuh

Sensasi raba halus dari wajah

Sensasi raba kasar dari tubuh

Sensasi raba kasar dari wajah

Sensasi propioseptif dari


wajah dan tubuh

Distribusi ion-ion Na, K, Cl


Di dalam

Di luar

Natrium

14 mEq/l

142 mEq/l

Kalium

120 mEq/l

4,5 mEq/l

Klorida

107 mEq/l

8 mEq/l

Distribusi ion-ion

Anatomi fisiologi sinap

Neuron tereksitasi dan terinhibisi

Pemeriksaan sensasi raba


1. Alat : kapas, kertas atau kain, di mana
ujungnya diusahakan sekecil mungkin.
2. Pada seluruh tubuh sebaiknya dilakukan
pada kulit yang tidak berambut dibandingkan
bagian-bagian yang simetris.
3. Dilakukan sehalus mungkin.
Pasien diminta untuk mengatakan ya atau
tidak terhadap sensasi yang diberikan, dan
juga harus dapat menyebutkan lokasi/point
area dari sensasi yang diberikan.

Pemeriksaan sensasi suhu


1. Dua tabung : air dingin (10-20 derajat
Celcius) dan air panas (40-50 derajat
Celcius)
2. Pemeriksaan dilakukan pada seluruh tubuh
dan dibandingkan bagian-bagian yang
simetris
3. Pemeriksaan ditujukan untuk
membedakan rasa panas atau dingin dan
juga untuk mengetahui kemampuan
membedakan adanya perubahan
temperatur

Pemeriksaan sensasi nyeri


1. Menggunakan Pin., pin yang tajam dan
pin yang tumpul. Untuk setiap stimulus
lakukan tiga kali penekanan berturutturut. .
2. Demonstrasikan terlebih dahulu
kepada pasien
3. Selama dilakukan pemeriksaan, pasien
harus menutup mata

Pemeriksaan sensasi nyeri dalam


Pemeriksaan dapat dilakukan dengan
jalan memencet otot atau tendon, testis,
atau biji mata. Perhatikan apakah pasien
peka terhadap rangsang nyeri dalam ini

Pemeriksan sensasi rasa tekan


Pemeriksaan dapat dilakukan dengan jalan
menekan dengan jari atau benda tumpul pada
kulit atau dengan memencet otot tendon.
Kemudian pasien diminta memberitahu apakah
ia merasakan tekanan tersebut dan diminta
menentukan lokasinya

pergerakan jari
1. Dengan satu tangan pemeriksa
memegang bagian yang akan diperiksa.
2. Pasien harus dalam keadaan relaks.
3. Dengan tangan satunya lagi,
pemeriksa memegang sisi jari yang
akan diuji,
4. Lakukan gerakan kecil ke atas dan
bawah
5. Demonstarikan terlebih dahulu kepada
pasien
6. Selama dilakukan pemeriksaan, pasien
harus menutup mata

b. Pemeriksaan

sensasi posisi
melalui test Romberg

1. Pasien berdiri dengan kedua lutut dirapatkan.


Perhatikan apakah penderita dapat berdiri
dengan baik atau tidak.
2. Pasien menutup mata,
3. Perhatikan apakah penderita terhuyung
atau tidak.

Pemeriksaan sensasi vibrasi


1. Gunakan garpu tala (128 Hz atau 256
Hz).. Letakkan garpu tala yang
digetarkan pada jari-jari tangan dan kaki
pasien. Jari pemeriksa diletakkan
pada bantalan jari pasien,sehingga
pemeriksa dapat merasakan juga
getaran dari garpu tala..
2. Selama pemeriksaan dilakukan, pasien
menutup mata.

Pemeriksaan fungsi sensoris


serebral

1.

Stereognosis.
Pemeriksaannya dapat dilakukan
dengan
cara
menempatkan
benda (kubus, pyramid atau
bola) pada tangan pasien.
Sebelumnya pasien disuruh
untuk menutup mata..

2.Barognosis.

Pemeriksaan ini dapat dilakukan


dengan menggunakan objek
berukuran sama tetapi dengan
berat yang berbeda.

3. Topognosia :
kemampuan untuk dapat
melokalisasi sensasi raba.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan
bila fungsi eksteroseptifnya tidak
terganggu.

4. Graphesthesia :
1. Pemeriksaan dilakukan
dengan mata penderita
tertutup.
2. Angka atau huruf yang ditulis
setinggi 1 mm dapat
dilakukan pada ujung-ujung
jari dan setinggi 4 mm pada
lengan atas dan tungkai.

5. Diskriminasi dua titik :


1. Pemeriksaannya
menggunakan dua jarum atau
satu jarum pada waktu yang
bersamaan (jangka Weber)
2. Pemeriksaan dilakukan
dengan mata pasien tertutup

6. Sensory extinction :
Pemeriksaan dapat dilakukan
dengan menggunakan jarum
yang tumpul, kapas atau meraba
dengan jari.

7. Autotopagnosia : hilangnya
kemampuan untuk
mengidentifikasi bagian dari tubuh
pasien oleh dirinya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai