Anda di halaman 1dari 36

KOMUNIKASI EFEKTIF &

INTERPERSONAL TEAM PADA


ASKEP KRITIS-KEP.DEWASA
NS. HERU SUWARDIANTO

KOMUNIKASI
Komunikasiadalah
suatu proses
penyampaian
informasi (pesan, ide,
gagasan) dari satu
pihak kepada pihak
lain

Komunikasi Efektif adalah


komunikasi yang mampu
menghasilkan perubahan
sikap (attitude change)
pada orang yang terlibat
dalam komunikasi

Komunikasi Efektif adalah


saling bertukar informasi,
ide, kepercayaan,
perasaan dan sikap antara
duaorang atau kelompok
yang hasilnya sesuai
dengan harapan.

TUJUAN

memberi
kemudahan dalam
memahami pesan
yang diberikan

ICU
Ruang Intensif Care Unit (ICU)
merupakan ruangan khusus
untuk merawat pasien yang
dalam keadaan kritis.
Ruangan ini digambarkan
sebagai ruangan yang penuh
stress tidak hanya bagi pasien
dan keluarganya, tetapi juga
bagi tenaga kesehatan yang
bekerja di ruangan tersebut
(Jastremski, 2000)

Hingga saat ini sudah banyak yang membicarakan


bahwa ruang ICU merupakan tempat atau ruangan
yang penuh stres (stressful place) tidak hanya bagi
pasien yang dirawat tetapi juga bagi keluarga dan
perawat ICU berkaitan dengan berbagai macam
prosedur yang dilakukan di ruang ICU, peralatan yang
ada di ruang ICU, keadaan penyakit, suasana
lingkungan di ICU dan kecemasan akan ancaman
kematian (Jastremski, 2000).

Sebuah penelitian tentang persepsi pasien dan perawat tentang stressor di


ICU yang dilakukan oleh Cornock (1998) di Amerika serikat dengan
menggunakan sample 71 perawat dan 71 pasien dengan menggunakan
the ICU Environmental Stressor Scale menemukan bahwa baik perawat
maupun pasien mempersepsikan ruang ICU sebagai ruangan yang
stressfull (penuh stres).
Beberapa faktor lingkungan ICU yang menjadi stressor menurut pasien
adalah adanya
slang dihidung dan dimulut, tempat tidur yang tidak nyaman, keterbatasan
gerak karena
banyaknya alat yang dipasang di tubuh mereka, sulit tidur, tidak mampu
berkomunikasi,
mendengar pembicaraan orang (perawat dan dokter), kurangnya
kunjungan, lampu yang
terang dan hidup terus menerus, kebisingan yang tidak familiar dan tidak
biasa didengarnya.
Disamping hal hal diatas, perawat menambahkan beberapa stressor
seperti alarm dari
monitor, mesin - mesin yang canggih dan asing, ada laki laki dan

Penelitian lain oleh Dyson (1996) dan Dyson (1999) menemukan bahwa
pasien yang dirawat
di ICU mengalami ICU psychosis dengan gejala fatigue, distractibility,
confusion (bingung),
disorientasi, kesadaran berkabut, inkoheren, cemas, halusinasi dan delusi.
Keadaan ICU
psychosis ini disebabkan oleh ketidak mampuan perawat melakukan
komunikasi yang efektif
dengan pasien dan kesulitan perawat dalam membangun hubungan yang
therapeutik dengan
pasiennya, sehingga menyebabkan kecemasan bagi pasien, menigkatkan
ketakutannya sampai mengalami psikosa. Lingkungan yang asing merubah
persepsi lingkungan pasien. Kesalahan persepsi ini mencetuskan
misinterpretasi terhadap lingkungan yang menimbulkan kecemasan,
paranoid dan bingung yang merupakan ciri dari psikosa.

Perawat dan tenaga kesehatan lainnya sering lupa atau kurang perhatian terhadap masalah
komunikasinya dengan pasien dan keluarganya. Berdasarkan sistematic review yang
dilakukan oleh Lenore & Ogle (1999) terhadap penelitian tentang komunikasi perawat
pasien di ruang ICU di Australia menemukan bahwa komunikasi perawat di ruang ICU
masih sangat kurang meskipun mereka mempunyai pengetahuan yang sangat tinggi
tentang
komunikasi terapeutik. Hal ini juga dialami oleh teman dekat penulis ketika anaknya di
rawat di ICU. Dia merasa perawat ICU di rumah sakit K tersebut sangat ttdak
mempertimbangkan perasaan dia dan pasien ketika berkomunikasi. Sangat tidak supportive
dan cenderung apathy. Penelitian lain oleh McCabe (2002) di Ireland dengan pendekatan
phenomenology juga menunjukkan hal yang sama. Akan tetapi, perawat bisa melakukan
komunikasi yang baik dan efektif dengan pasien ketika perawat menggunakan pendekatan
person-centered care

BENTUK KOMUNIKASI
Komunikasi verbal efektif
1. Berlangsung secara timbal balik.
2. Makna pesan ringkas dan jelas
3. Bahasa mudah dipahami
4. Cara penyampaian mudah diterima.
5. Disampaikan secara tulus.
6. Mempunyai tujuan yang jelas.
7. Memperlihatkan norma yang berlaku.
8. Disertai dengan humor.

Komunikasi non verbal


1.Penampilan visik.
2.Sikap tubuh dan cara berjalan.
3.Ekspresi wajah.
4. Sentuhan

UNSUR KOMUNIKASI EFEKTIF


Berhadapan.
Mempertahankan kontak mata.
Membungkuk ke arah klien.
Mempertahankan sikap terbuka.
Tetap relax.

KOMUNIKASI AREA KEPERAWATAN KRITIS


DEWASA
Komunikasi yang efektif dan kerjasama tim dalam perawatan pasien kritis mampu
meningkatkan kualitas hidup dan keamanan perawatan pasien
Kegagalan komunikasi merupakan penyebab yang umum dan ekstrim dalam
terjadinya yang membahayakan pada pasien
Komunikasi efektif merupakan situasi personal atau mandiri

Leonard.(2004). The human factor: the critical importance of effective teamwork


and communication in providing safe care. Univercity Leicester. Qua Saf
Health Care.

IMPROVING COMMUNICATION IN THE ICU


USING DAILY GOALS*
85 % terjadi kesalahan komunikasi atau kegagalan komunikasi di ICU
< 10% perawat mengerti tujuan perawatan setiap harinya di ICU
Setelah perawat mengaplikasikan form tujuan keperawatan > 95% mengerti tujuan
keperawatan kritis di ICU
Setelah perawat mengaplikasikan Form Tujuan Harian pasien ICU didapatkan
penurunan ICU LOS (Length of Stay) rata-rata 2,2-1,1 hari,

Pronovost, peter.(2003). Improving communication in the ICU using daily goals.


Elsevier-Science direct journal.

NURSE-PATIENT COMMUNICATION
INTERACTIONS IN THE INTENSIVE
CARE UNIT
Perawat yang memiliki inisiasi dalam pertukaan komunikasi > 86,2%
Pertukaran komunikasi di ICU adalah 2,62 pertukaran per menit
Perawat yang positif membuat kontak mata dengan pasien
Walaupun >70% pertukaran komunikasi berhasil lebih dari 37,7% sesi komunikasi
dengan perawat sulit-sangat sulit
Perlu strategi alat bantu komunikasi untuk meningkatkan keefektifan komunikasi
seperti alat tulis, word boards.
Happ, Mary Beth, ect.(2011). Nurse-Patient Communication Interactions in the
Intensive Care Unit. Journal Critical Care. 20(2) e28-e40

COMMUNICATION IN CRITICAL CARE: FAMILY


ROUNDS IN THE INTENSIVE CARE UNIT
Keluarga pasien (pasien kritis yang selamat) merasa puas
dalam frekuensi komunikasi dan support during decision
making
Keluarga pasien terjadi penurunan kepuasan mengenai waktu
pengambilan keputusan
Tidak ada perbedaan kepuasan keluarga yang keluarganya
selamat dari ICU dan keluarga dengan anggota keluarga yang
meninggal di ICU
JACOBOWSKI.(2010). Communication in critical care: family rounds in the
intensive care unit.
Critical Care. 19(5)

COMMUNICATION SKILLS IN CRITICAL


CARE
Keterampilan komunikasi sangat penting dalam praktek keperawatan kritis
Keterampilan komunikasi dalam situasi krisis merupakan peningkat stimulan dan
pemberian bantuan hidup lanjutan

Gaunlett, Rupert.(2008). Communication skills in critical. care Continuing


Education in Anaesthesia, Critical Care & Pain. Volume 8 Number 4

Gaunlett, Rupert.(2008). Communication skills in critical. care Continuing


Education in Anaesthesia, Critical Care & Pain. Volume 8 Number 4

INTER-PROFESSIONAL DISCUSSIONS
Good inter-professional communication influences quality of care and
patient safety.
Regular ward rounds with documented outcomes and review of defined
treatment goals between the intensive care unit (ICU) lead, nursing, and
medical staff have been shown to reduce length of ICU stay
Failure of interdisciplinary communication is linked to avoidable medical
mishaps
The way in which clinical disagreements withcolleagues in contributing
specialities are negotiated and settled has received little attention
Clear communication is central to clarifying and resolving these disputes,
but little is known about how this
might be taught or improved

Gaunlett, Rupert.(2008). Communication skills in critical. care Continuing


Education in Anaesthesia, Critical Care & Pain. Volume 8 Number 4

COMMUNICATING WITH PATIENTS


There are particular difficulties in communicating with the patients who come into contact
with critical care doctors
Illness severity may be such that time available for communication is limited and ability to
engage in discussion compromised by clinical condition or conscious state.
When conversations do take place, they are often among the most sensitive consultations
that can be imagined, dealing with prospects for immediate survival or imminent risk of
death. What little evidence there is suggests considerable room for improvement in these
encounters
Communication at the bedside, even when the patient is unconscious or sedated, may often
be recalled by critical care survivors and can impact upon long-term psychological outcomes.
Medical staff should also be aware of the
techniques and technology available for intubated patients to engage in communication,
including the use of spelling boards, icon charts, and electronic aids

Gaunlett, Rupert.(2008). Communication skills in critical. care Continuing


Education in Anaesthesia, Critical Care & Pain. Volume 8 Number 4

KETERAMPILAN INTERPERSONAL
Keterampilan listening (mendengarkan)
Untuk memahami dan memperoleh informasi
Analisis terhadap kualitas Informasi
Membangun dan memelihara hubungan
Menolong orang lain

Keterampilan providing feedback (memberikan


umpan balik)
Keterampilan persuading (membujuk)
Keterampilan resolving conflicts

KESIMPULAN
Pasien pasien yang dirawat diruangan ICU adalah pasien pasien yang sedang
mengalami
keadaan kritis. Keadaaan kritis merupakan suatu keadaan penyakit kritis yang
mana pasien
sangat beresiko untuk meninggal. Pada keadaan kritis ini pasien mengalami
masalah
psikososial yang cukup serius dan karenanya perlu perhatian dan penanganan yang
serius
pula dari perawat dan tenaga kesehatan lain yang merawatanya. Dalam
memberikan asuhan
keperawatan pada pasien kritis ini, perawat harus menunjukkan sikap professional
dan tulus
dengan pendekatan yang baik serta berkomunikasi yang efektif kepada pasien
(Suryani 2012).

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai