Anda di halaman 1dari 35

ATAP DAN

SISTEM
KUDA-KUDA

Struktur dan
Konstruksi
Bangunan 2

- Ridha Deshanti R.
- Mudrikah
-Ahmad Furqan
- Putri Rahima M.

(D51115301)
(D51115311)
(D51115320)
(D51115509)

Kelompok 4

PENGERTIAN
ATAP
Atap adalah bagian dari suatu bangunan yang berfungsi sebagai
penutup seluruh ruangan yang ada di bawahnya terhadap pengaruh
panas, hujan, angin, debu atau untuk keperluan perlindungan
Atap merupakan bagian dari struktur bangunan yang berfungsi
sebagai penutup/pelindung bangunan dari panas terik matahari dan
hujan sehingga memberikan kenyamanan bagi pengguna bangunan.
Selain itu atap juga menghambat pergerakan angin yang membawa
debu

PENGERTIAN
KONSTRUKSI KUDA-KUDA
Konstruksi kuda-kuda ialah suatu susunan rangka batang yang
berfungsi untuk mendukung beban atap termasuk juga beratnya
sendiri dan sekaligus dapat memberikan bentuk pada atapnya.
Kuda-kuda merupakan penyangga utama pada struktur atap.
Struktur ini termasuk dalam klasifikasi struktur framework (truss).
Umumnya kuda-kuda terbuat dari kayu, bambu, baja, dan beton
bertulang.

JENIS-JENIS ATAP
1. Atap Datar
Bentuk atap ini kelihatannya paling sederhana, jika dibandingkan dengan bentuk atap lainnya.
Meskipun bentuk ini dikatakan atap datar, akan tetapi pada permukaan atap selalu dibuat sedikit
miring untuk menyalurkan air hujan ke lubang talang. Atap pelat terbuat dari beton yang
ditahan/disangga oleh balok-balok dan kolom-kolom beton dengan ukuran tertentu, sehingga
akhirnya merupakan suatu portal.

2. Atap Sandar
Sering disebut juga dengan nama atap sengkuap , atau atap tempel. Pada umumnya
atap ini terdiri dari sebuah bidang atap miring yang bagian tepi atasnya bersandar atau
menempel pada tembok bangunan induk (tembok yang menjulang tinggi). Pada bentuk
atap sandar menggunakan konstruksi setengah kuda-kuda untuk mendukung balok
gording. Kemiringan atapnya dapat diambil 30 @ 40 bila memakai bahan penutup dari
genteng .Untuk bahan penutup atap dari semen asbes gelombang dan seng gelombang
kemiringannya dapat diambil 20 @ 25, yang pada pemasangannya tidak memerlukan
reng.

3. Atap Pelana
Atap pelana sebagai penutup ruangan terdiri dari dua bidang atap miring yang tepi
atasnya bertemu pada satu garis lurus, dinamakan bubungan. Tepi bawah bidang atap, di
mana air itu meninggalkan atap dinamakan tepi teritis. Pada tepi teritis ini dapat
dipasangi talang air. Bahan penutupnya banyak yang menggunakan genteng biasa
(genteng kampung) maupun seng gelombang.

4. Atap Perisai
Atap perisai merupakan penyempurnaan dari bentuk atap pelana dengan menambahkan
dua bidang atap miring yang berbentuk segitiga pada ujung akhir atap bangunan. Atap
perisai terdiri dari dua bidang atap miring yang berbentuk trapesium panjang yang pada tepi
atasnya bertemu pada satu garis lurus, yang dinamakan bubungan, Dan dua bidang atap
lainnya yang berbentuk segitiga.

5. Atap Silang
Bentuk atap silang ini seolah-olah merupakan persilangan dua bentuk atap pelana. Mengingat
akan adanya pertemuan bagian-bagian bidang atap tersebut, maka akan terbentuk
lembahan. Lembahan ini dapat berfungsi sebagai penampung sekaligus mengalirkan air
hujan yang jatuh di sekitarnya. Oleh karenanya lembahan ini sering disebut dengan jurai
talang atau jurai dalam atau talang miring.

6. Atap Gabungan
Dari sekian banyak bentuk atap yang ada, kemudian dalam penggunaannya
digabungkan menjadi satu kesatuan dalam satu bangunan yang kemudian dikenal
dengan nama atap gabungan atau atap kombinasi. Atap gabungan ini dapat. terdiri
dari gabungan bentuk atap pelana, perisai, datar, setengah lingkaran maupun
dengan bentuk atap lainnya sesuai dengan selera.

DASAR KONSTRUKSI
KUDA-KUDA

Akibat adanya beban maka titik pertemuan


kedua kaki kuda-kuda bagian
atas (P) mengalami perubahan letak yaitu
turun ke P, sehingga kaki kudakuda
menekan kedua tembok ke arah samping. Bila
tembok tidak kokoh
maka tembok akan roboh.

DASAR KONSTRUKSI
KUDA-KUDA

Untuk mencegah agar kaki kuda-kuda


tidak bergerak ke samping perlu
dipasang balok horizontal untuk menahan
kedua ujung bawah balok kaki
kuda-kuda tersebut. Batang horizontal
tersebut dinamakan balok tarik (AB).

DASAR KONSTRUKSI
KUDA-KUDA

Karena bentangan menahan beban yang


bekerja dan beban berat sendiri
kuda-kuda, maka batang tarik AB akan
melentur. Titik P bergerak turun ke
titik P, dengan adanya pelenturan,
tembok seolah-olah ke dalam.

DASAR KONSTRUKSI
KUDA-KUDA

Untuk mengatasi adanya penurunan


pada batang tarik di ujung atas kaki
kuda-kuda dipasangi tiang dan ujung
bawah tiang menggantung
tengahtengah
batang tarik AB yang disebut tiang
gantung.

DASAR KONSTRUKSI
KUDA-KUDA

Semakin besar beban yang bekerja dan


bentangan yang panjang, sehingga
kaki kuda-kuda yang miring mengalami
pelenturan. Dengan adanya
pelenturan pada kaki kuda-kuda maka
bidang atap akan kelihatan cekung
kedalam, ini tidak boleh terjadi.

DASAR KONSTRUKSI
KUDA-KUDA

Untuk mencegah pelenturan pada


kaki kuda-kuda perlu dipasangi
batang
sokong/skoor dimana ujung bawah
skoor memancang pada bagian
bawah
tiang gantung ujung atas skoor
menopang bagian tengah kudakuda.
Dengan demikian pelenturan dapat

DASAR KONSTRUKSI
KUDA-KUDA

Pada bangunan-bangunan yang


berukuran besar, kemungkinan
konstruksi
kuda-kuda melentur pada
bidangnya karena kurang begitu
kaku. Untuk itu
perlu diperkuat dengan dua
batang kayu horizontal yang
diletakkan kirakira
ditengah-tengah tinggi tiang

KONSTRUKSI RANGKA ATAP

Balok tembok (plat tembok), yaitu: balok yang dipasang di


sepanjang tembok atau di atas tumpuan beberapa tiang
penyangga yang berfungsi untuk menahan usuk bagian
bawah.

BATANGBATANG
PELENGK
AP KUDAKUDA

Balok gording (gording), yaitu: batang memanjang yang


sejajar balok tembok yang diletakkan di atas kaki kuda-kuda
untuk menumpu usuk dari sambungannya.
Balok bubungan (nok), yaitu: balok memanjang yang
diletakkan di atas puncak kaki kuda-kuda dan sejajar balok
gording (pada atap pelana) dan sekaligus. berfungsi untuk
menahan pertemuan usuk bagian atas.

KONSTRUKSI RANGKA ATAP

Papan bubungan, yaitu: lembaran papan yang diletakkan berdiri di atas


balok bubungan yang berfungsi untuk menahan genteng bubungan dan
adukannya

BATANGBATANG
PELENGK
AP KUDAKUDA

Balok kunci, yaitu: balok yang dipasang di atas atau di samping


balok tarik yang berfungsi untuk mengunci/menahan
sambungannya.
Balok angin (ikatan silang), yaitu: balok yang dipasang saling
menyilang di antara tiang-tiang gantung yang diperkuat dengan
baut mur.
Balok topang, yaitu: balok yang dipasang miring di mana ujung atasnya
menopang balok bubungan dan ujung-bawahnya memancad pada tiang
gantung. Balok ini berfungsi untuk menahan pelenturan balok bubungan.

BUBUNGAN/ JURAI DALAM


KONSTRUKSI
Usuk (kasau-kasau), yaitu: kayu yang berukuran 7 cm atau
1 cm yang menumpang di atas balok bubungan, balok
gording dan balok tembok yang diletakkan berjejer di atas
balok gording dengan jarak 50 cm dari. sumbu ke sumbu
(kecuali pada jurai luar/dalam atap perisai).
Reng, yaitu kayu yang berukuran 2cm atau 3/4 cm yang
dipasang di atas usuk. Jarak reng tidak pasti ini disesuaikan
dengan ukuran panjang genteng yang digunakan.
Balok bubungan miring (jurai luar), yaitu: balok yang
berada pada pertemuan dan bidang atap yang menjorok ke
luar.
Balok lembahan (balok jurai dalam = balok jurai
talang), yaitu: balok yang berada pada pertemuan dua
bidang atap yang menjorok ke dalam membentuk
lernbahan/talang.

BUBUNGAN/ JURAI DALAM


KONSTRUKSI
Tiang pincang, yaitu: tiang yang ujung atasnya
menopang balok bubungan miring pada jarak
spanjangnya dari sudut tembok, dan ujung
bawahnya menumpang di atas batang tunjang
atau
batang pikul),
pikul. yaitu: batang
Batang tunjang
(batang
diagonal yang dipasang di atas atau di bawah
balok tembok yang berfungsi memikul tiang
pincang. Panjang batang tunjang maksimal 3 m
atau dipasang lebih kurang 1,5 m dari sudut
tembok.
Batang pincang (batang-batang apit), yaitu:
dua batang kayu yang mengapit ujung bawah
tiang pincang dan balok bubungan miring.

3. Hubungan Balok Pada


Konstruksi Kuda-Kuda
A.Hubungan kaki kuda-kuda dengan balok
tarik dan balok tembok
B.Hubungan kaki kuda-kuda bagian atas
dengan tiang gantung bagian atas
C.Hubungan kaki kuda-kuda dengan balok
sokong dan gording
D.Hubungan balok tarik dengan tiang
gantung

E. Sambungan panjang balok tarik dan


bubungannya dengan tiang gantung
F. Hubungan bagian atas tiang gantung
dengan sambungan balok bubungan
G. Tumpangan usuk bagian atas dan
bawah pada balok gording
H. Hubungan balok tembok dengan usuk
dan reng pada bidang atap

a. Hubungan kaki kuda-kuda dengan balok tarik


dan balok tembok

Kaki kuda-kuda menerima beban yang ada di


atasnya yang disampaikan oleh gording. Pen
dibuat pada kaki kuda-kuda yang dilengkapi
dengan gigi atau tumit. Ukuran besarnya
lobang yang dibuat pada balok tarik
disesuaikan dengan besarnya pen yang akan
masuk.

Hubungan antara balok tarik dengan balok tembok dilaksanakan


dengan sambungan ekor burung melintang dengan kedalaman
maksimum 2 cm yang diperkuat dengan sebatang angkur 14 mm
yang salah satu ujungnya berulirs untuk pemasangan mur.

Kaki kudakuda
Balok Tembok

Gambar proyeksi hubungan antara kaki


kuda-kuda dengan balok tarik dan
balok tembok

Balok tarik

b. Hubungan kaki kuda-kuda bagian


atas dengan tiang gantung bagian atas
Hubungan ini dilaksanakan
dengan hubungan pen dan lobang
yang dilengkapi gigi pada masingmasing pundaknya.
Pengunciannya memakai
sepasang plat besi yang ditembus
dengan 3 batang mur-baut 14
mm. Di bagian ujung atas tiang
gantung dicoak sedemikian rupa
untuk meletakkan bubungan. Pada
kedua sudut atas balok bubungan
diketam miring sesuai dengan
lereng atapnya dengan maksud
agar ujung usuk bagian atas dapat

Balok
gantung
Kaki kudakuda

Gambar proyeksi hubungan ubungan


kaki kuda-kuda bagian atas dengan
tiang gantung bagian atas

Papan
bubungan
dan balok
bubungan
Kaki kudakuda

c. Hubungan kaki kuda-kuda dengan balok sokong dan


gording
Kaki kuda-kuda merupakan batang miring
yang cukup panjang yang sewaktuwaktu bisa
melentur dengan adanya beban yang
berlebihan di atasnya. Untuk mengatasi
keadaan ini perlu dipasang batang/balok
sokong. Hubungan yang digunakan ,pada
kaki kuda-kuda dan balok sokong adalah pen
dan lobang tak tembus. Sedangkan
hubungan balok gording dengan kaki kudakuda dibuat dengan menarik gording
sedalam 1@ 2 cm. Di bawah gording/di
atas kaki kuda-kuda dipasang ganjel dari
kayu yang dinamakan klos (tupai-tupai).
Pemasangan klos ini dibuat dengan gigi
sedalam 1/6 @ 1/8 t yang diperkuat dengan 2
batang paku.

d. Hubungan balok tarik dengan tiang


gantung

Hubungan balok tarik tanpa sambungan dengan tiang gantung tanpa balok sokong
dibuat dengan- pen dan lobang. Pen dibuat pada ujung bawah tiang gantung dengan
tebal 1/3 lebar tiang dan kedalaman pen maksimum 1/2 tinggi balok tariknya (pen tak
tembus). Mengingat fungsi tiang gantung untuk menggantung balok tarik, maka
bubungannya dengan balok tarik sedemikian rupa, sehingga ujung pen maupun

e. Sambungan panjang balok tarik dan


bubungannya dengan tiang gantung
Pada konstruksi kuda-kuda yang mempunyai bentang besar akan
diperlukan adanya sambungan pada balok tarik. Macam-macam sambungan
yang dapat digunakan untuk menyambung balok tarik dalam hubungannya
dengan tiang gantung adalah:
Sambungan dengan lidah dan alur

Sambungan bibir miring berkait

Sambungan bibir lurus berkait

Sambungan kait lurus ini digunakan bila akan


ada gaya tarik yang timbul

Sambungan memanjang kunci dua


sis (kunci jepit)

Dengan adanya gaya-gaya, momen yang terjadi


akibat adanya sambungan kunci hanya satu sisi
tersebut, maka kita perlu untuk menetralkan
momenmomen sekunder tersebut dengan
membuat sambungan kunci rangkap yaitu di
kanan dan kiri balok yang akan disambung. Hal
ini dinamakan sambungan balok jepit.

Tiang
gantung

Balok sokong

Gambar proyeksi
Sambungan
panjang balok
tarik dan
bubungannya
dengan tiang
gantung

Balok sokong

Balok Kunci

Balok tarik

f. Hubungan bagian atas tiang gantung


dengan sambungan balok bubungan

Tampak
samping

Tampak
depan

Sambungan balok bubungan dapat diletakkan tepat di atas


Ujung tiang gantung atau sedikit di luar ujung tiang gantung.
Balok bubungan menumpang masuk di atas tiang dengan
hubungan gigi takik sedalam 1/6 @ 1/8 tinggi balok (1/6 @
1/8) atau maksimal ditakik 2 cm.

Tiang
gantung

Balok
bubungan

Gambar
proyeksi
hubungan
bagian atas
tiang gantung


g. Tumpangan usuk/kasau bagian atas
dan bawah pada balok gording
Cara meletakkan usuk bagian atas dan bawah (sambungan) di atas balok
gording seperti berikut:
Masing-masing ujung usuk saling menumpang secara menerus dengan
sambungan bibir miring. Tumpangan ini kemudian dipaku sampai masuk ke
balok gording. Jarak usuk ke usuk 50 cm.
Letak usuk bagian atas dan bawah dibuat berselang-seling yang berjarak
25 cm dari sumbu ke sumbu. Ujung usuk dibiarkan melewati balok gording
minimal 7 cm yang kemudian diperkuat dengan paku.
Ujung usuk bagian atas dan bawah saling merapat berselang-seling dan
melewati gording minimal 7 cm dan masing-rnasing ujungnya dipaku pada
gording.


h. Hubungan balok tembok dengan usuk
dan reng pada bidang atap
Agar usuk bagian bawah dapat
menumpang dengan balk pada balok
tembok, maka pada salah satu sudut
balok tembok yang berhubungan
dengan usuk diketam miring sesuai
dengan besarnya kemiringan bidang
atap. Jarak satu usuk dengan yang lain
biasanya diambil berkisar 50 cm dari
sumbu ke sumbu pada bentuk atap
pelana maupun perisai. Usuk atau
kasau-kasau yang sering digunakan
berukuran 5 x 7 ern dan 4 x 6 cm. Usuk
atau kasau-kasau yang sering
digunakan berukuran 5 x 7 ern dan 4 x
6 cm. Untuk memperoleh basil penutup
bidang atap yang betul-betul rata
(tidak bergelombang-gelombang),
diusahakan tidak terlalu banyak ada
sambungan reng dan tebal reng sama

Anda mungkin juga menyukai