Anda di halaman 1dari 37

Sapi Perah yang Diharapkan ?

o Konsumsi pakan tinggi


(dapat makan banyak)/
Kemampuan makan baik
o Gizi cukup & seimbang

Beranak Setiap
Tahun
Produksi Susu Tinggi

KONDISI TUBUH YANG SEHAT

KEMAMPUAN
MAKAN YG BAIK

PERKEMBANGAN
AMBING BAIK

Andri A/Disnak Prov.Jabar

KAKI-KAKI YANG
KUAT

Bagaimana mendapatkan sapi


perah ideal

Rearing Program (program pembesaran sapi) :


adalah memelihara sapi sejak lahir secara
terprogram dengan tujuan untuk mendapatkan sapi
yang memiliki pertumbuhan yang baik (kaki-kaki
yang kuat serta ambing dan alat pencernaan yang
dapat berkembang dengan baik)

Pemotongan tanduk
Andri A/Disnak Prov.Jabar

Masa Sapih
Pemberian Kolostrum :
Pemberian kolostrum segera setelah
pedet dilahirkan (2 jam) harus telah
mengkonsumsi k.l 50% kolostrum,
keuntungannya :
Mengandung Immunoglobulin (Folly,
Otterby, 1978) :
6% (pemerahan pertama)
4,2% (pemerahan kedua)
2,4% (pemerahan ketiga)
sedangkan komposisi pada air susu
biasa : 0,09%

Meskipun kolostrum memiliki nilai gizi yang tinggi dan manfaat untuk
kekebalan tubuh, bila diberikan kepada pedet dalam waktu yang keliru
(misalnya > 24 jam setelah pedet dilahirkan), maka tidak akan banyak
memberikan manfaat bagi pedet tersebut
Andri A/Disnak Prov.Jabar

28%
rumen
3%

retikulum

3%

omasum

abomasum.. 70%

rumen
70-80%
omasum

5 -7%
abomasum

Perbibitan/Dri/Slide Manaj. Pakan Saper

Andri A/Disnak Prov.Jabar

retikulum

FUNGSI ALAT
PENCERNAAN :
Rumen
sapi
dewasa
memiliki
kapasitas paling besar dalam organ
pencernaan (80%)
Makanan yg masuk ke dalam rumen
akan diolah oleh kerjasama rumen
dan retikulum serta adaya daya
ruminasi dan pembentukkan gas yg
kerjanya sangat aktif

Reticular
Groove

rumen
80%

abomasum

Perbibitan/Dri/Slide Manaj. Pakan Saper

omasum

retikulum

Fungsi rumen : bisa mencerna serat


kasar
yang
akan
menghaluskan
makanan. Didalam rumen banyak
mengandung mikroorganisma (bakteri &
protozoa) yg berfungsi untuk fermentasi
yg selanjutnya memudahkan makanan
itu dicerna
Omasum
:
untuk
penurunan
penyangga/penahan
pd
waktu
penyerapan zat gizi dan pengaturan
pergerakan isi pakan didalam retikulum.
Hal tersebut membantu pencernaan yg
dilakukan
sebelum
masuk
ke
abomasum terutama yg bertekstur cair
sedangkan yg bertekstur kasar kembali
ke rumen dan retikulum

Abomasum :
Memiliki fungsi yg sama dengan alat
pencernaan manusia, terutama untuk menyerap protein
dengan menggunakan cairan pada rumen
Andri A/Disnak Prov.Jabar

1. Tanpa air

2. Dicampur air

Oesophagus

Oesophagus

Rumen

Rumen

Menuju Rumen

Saluran Terbuka

Menuju Omasum

Saluran tertutup
Andri A/Disnak Prov.Jabar

Hari Ke

Konsentrat Kering

Konsentrat dicampur air

1/3 bagian

2/3 bagian

1/3 bagian

2/3 bagian

bagian

bagian

bagian

bagian

2/3 bagian

1/3 bagian

2/3 bagian

1/3 bagian

100 %

Perbibitan/Dri/Slide Manaj. Pakan Saper

Andri A/Disnak Prov.Jabar

Pemberian pakan berkualitas dalam bentuk


kering/padatan :
Untuk mempercepat perkembangan rumen, maka perlu segera

memberikan makanan berbentuk padatan


Abomasum pedet yang baru lahir berukuran lebih besar yaitu 70%

dari total alat pencernaan. Pada saat ini makanan yang dikonsumsi
makanan cairan akan masuk eosophagus selanjutnya masuk ke
abomasum dan diserap oleh abomasum.
Pemberian makanan formula (calf starter) dan hijauan kering

kualitas tinggi yang diberikan lebih awal, perkembangan daya


ruminasi akan lebih cepat, karena makanan padat terlebih dahulu
akan masuk ke rumen dan merangsang perkembangan rumen

Andri A/Disnak Prov.Jabar

Tatalaksana dan Program Pemberian Pakan


pada Pedet sampai dengan DiSapih
o penanganan (membersihkan lendir, memotong tali pusar)
o pisahkan dari induknya dan masukkan ke kandang box pedet yang telah
disiapkan sebelumnya dan diberikan nomor identifikasi (ear tag)
o pemberian susu kolostrum sesegera mungkin (dalam 2 jam setelah lahir,
minimal telah 50% kolostrum dikonsumsi). Pemberian kolostrum selama 5-7
hari.
o pemberian air susu pedet 10% BB
umur 2 minggu, mulai perkenalkan makanan padatan berkualitas tinggi (calf
starter PK > 18%, TDN 75%; hijauan kering/hay)
o Pedet > umur 2 minggu mulai diberikan exercise pada lahan/model kandang
terbuka (calf hatch/super calf hatch)
o Pedet > 2 4 minggu bisa dilakukan pemotongan tanduk
o bilamana pedet telah mulai dapat mengkonsumsi konsentrat dalam bentuk
kering (calf starter kualitas baik) sebanyak 1,2 kg/hari selama 3 hari berturutturut dan kondisi pedet terlihat baik, maka sudah dapat dilakukan penyapihan
terhadap pedet tersebut.
Andri A/Disnak Prov.Jabar

GRAFIK STANDAR PERTUMBUHAN SAPI PERAH


Jenis Holstein

BERAT BADAN (KG)


1

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

TINGGI BADAN (CM)


21

22

23

24

700

150

140

600

130
500
120
400
110
300
100
200
90

100

80

70
1

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

UMUR (BULAN)

Target pertumbuhan kita dapat sebesar 70-80% dari standard pertumbuhan sapi perah
jenis Holstein tersebut, yaitu berat badan saat umur sapi dara 24 bulan pada kondisi
bunting kurang lebih 480-485 kg dengan tinggi badan minimal 120 cm. Standar
pertumbuhan tersebut didukung olehAndri
manajemen
pakan yang digambarkan oleh
A/Disnak Prov.Jabar
bagan/grafik sebagaimana berikut :

BB
TB

Andri A/Disnak Prov.Jabar

Andri A/Disnak Prov.Jabar

dari 22 ekor pedet sampel yang diolah datanya terlihat bahwa


pertumbuhan berat badan pedet betina di BPPT Sapi Perah masih
berada dibawah standar minimal pertumbuhan pedet di Jepang
(Association of Livestock Technology, 1992) terutama pada periode
umur 9 12 bulan dengan perbedaan pencapaian bobot badan 32-45
kg pada umurAndri
tersebut.
A/Disnak Prov.Jabar

Umur bulan ke-1 = berat lahir

Pedet sapi perah betina di BPPT Sapi Perah Cikole pada umur 11
bulan dicapai berat badan sebesar 205,5 kg dengan tinggi badan
112,8 cm. Sedangkan pada umur yang sama, standar sapi perah
Holstein Kanada dapat mencapai berat badan sebesar 280 kg
dengan tinggi badan 125 cm. Perbedaan performance tersebut
tentunya salah satu faktor dominannya karena perbedaan genetik
dan lingkungan.
Andri A/Disnak Prov.Jabar

Hari Ke

Calf Starter

Konsentrat

1,6 Kg

0,4 Kg

1,6 Kg

0,4 Kg

1,2 Kg

0,8 Kg

1,2 Kg

0,8 Kg

0,8 Kg

1,2 Kg

0,4 Kg

1,6 Kg

0 Kg

2,0 Kg

Andri A/Disnak Prov.Jabar

Lahan
exercise

Lahan
exercise
Andri A/Disnak Prov.Jabar
Perbibitan/Dri/Slide Manaj. Pakan Saper

1. Rumput Kering

3. Air Minum

2. Konsentrat/
Calf Starter

4. Bedding

BPPT/Andri/ Manaj. Pakan Saper

Andri A/Disnak Prov.Jabar

Andri A/Disnak Prov.Jabar

Andri A/Disnak Prov.Jabar

Andri A/Disnak Prov.Jabar

Penilaian kondisi tubuh sapi perah adalah suatu metoda yang mudah digunakan
dilapangan untuk menduga perubahan berat badan sapi perah dengan menilai
cadangan jaringan lemak tubuh sapi perah pada tempat-tempat tertentu dengan
pemberian nilai dari skal 1 s/d 5. Nilai tersebut disebut Nilai Kondisi Tubuh (NKT).
NKT dapat membantu dalam penentuan tindakan manajemen atau kebutuhan
nutrisi sapi perah pada masa tertentu oleh para peternak dan atau praktisi
peternakan.
Bagan seperti terlihat pada gambar berikut merupakan hasil
pengembangan Edmonson et-al merupakan alat bantu praktis untuk menilai kondisi
tubuh sapi perah.
Andri A/Disnak Prov.Jabar

Pada lokasi sasaran penilaian kondisi tubuh sapi perah tersebut diatas ialah
merupakan tempat-tempat dimana tubuh sapi perah menyimpan jaringan
lemak tubuh sebagai cadangan energi. Makin banyak jaringan lemak tubuh
pada tempat-tempat tersebut menunjukkan adanya cadangan energi bagi
sapi perah bersangkutan, dan nampak sapi perah lebih berisi atau gemuk.
Hal ini digambarkan dalam skala NKT berkisar antara 1 s/d 5 yaitu nilai 1
untuk sapi perah yang sangat kurus (kekurangan cadangan energi) dan nilai 5
bagi sapi perah yang sangat gemuk (kelebihan cadangan energi).
Andri A/Disnak Prov.Jabar

Andri A/Disnak Prov.Jabar

Pada fase 4-6 minggu setelah melahirkan, secara biologis sapi perah
mencapai titik puncak produksi susu, pada saat tsb sapi bersangkutan
mengalami kekurangan energi, karena jumlah energi dari pakan yang dapat
dimakan lebih rendah dibandingkan dengan energi yang keluar dalam bentuk
susu (negative energy balances).
Sapi bersangkutan menggunakan
cadangan energi dari jaringan lemak cadangan yang ada di tubuh sapi perah
tersebut. Dan ini akan nampak dalam penurunan NKT setelah melahirkan
yaitu berkisar antara 1,0 1,25. Untuk menjamin tercapainya puncak
produksi susu dan untuk menjaga agar tidak terjadi penurunan produksi susu
secara drastis setelah mencapai puncak produksi, sangat ditentukan oleh
NKT sapi perah bersangkutan pada saat melahirkan yaitu harus berada pada
skala antara 3,75 4.

Sapi perah yang NKT-nya antara 4 4,5 pada saat melahirkan mempunyai
resiko terkena gangguan metabolisme seperti ketosis karena terlalu banyak
lemak tubuh yang dimobilisasi untuk memproduksi susu. Oleh karena itu,
over NKT sangat tidak diharapkan. Begitupun sebaliknya, sapi perah yang
NKT-nya kurang dari 1,5 menandakan besarnya ketidakseimbangan energi
dan umumnya sapi sulit bunting (fertilitas rendah).
Andri A/Disnak Prov.Jabar

Andri A/Disnak Prov.Jabar

Andri A/Disnak Prov.Jabar

Min. Laktasi
Awal

Laktasi Awal

Laktasi
Tengah

Andri A/Disnak Prov.Jabar

Laktasi AkhirKering Kandang

Nilai Kondisi Tubuh


Pedet baru lahir
Umur 6 bulan
Umur 12 bulan
Umur 15 bulan
Umur 24 bulan
Sumber : Toshiaki Hidaka, 2000. General feeding and
management Dairy Technology Improvement edisi 1

Andri A/Disnak Prov.Jabar

:
:
:
:
:

2,0
3,0
3,25
3,50
3,75

Kapan Dilakukan Penilaian NKT


Penilaian kondisi tubuh sapi perah umumnya
dilaksanakan pada saat melahirkan, mulai berahi
kembali setelah partus (40 hari post partus), fase
setelah puncak laktasi (90 hari post partus), fase
pertengahan laktasi (180 hari postpartus), fase
akhir laktasi (270 hari postpartus), dan pada fase
pertengahan masa kering kandang. Sapi perah
sudah diperhitungkan akan berkurang NKTnya pada
fase awal laktasi sebesar 1,0 namun mulai
bertambah nilai NKTnya pada fase pertengahan
laktasi dan seharusnya kembali optimum NKTnya
pada fase kering kandang atau saat melahirkan.
Andri A/Disnak Prov.Jabar

S TA N D A R P E M B E R IA N P A K A N S A P I P E R A H
25 Kg
P u n c a k P r o d u k s i T in g g i A k a n M e n g h a s ilk a n
P r o d u k s i T o t a l Y a n g T in g g i
24
23
22
21
20
19
18
S e t i a p P e m b e r i a n K o n s e n t r a t M a k s im a l
17
2 - 3 k g / S e k a li P e m b e r i a n
16
15
14
13
12
11
10
B e r ik a n b u n g k i l k e d e la i
9
K o n t r o l N i la i
s e b a n y a k 1 k g a g a r c e p a t b ir a h i
s e k ita r 3 ,0
8
7
6
2 - 3 h a r i s e t e l a h b e r a n a k s u s u d ip e r a h
s e lu r u h n y a s a m p a i h a b is
5
4
3
T in g k a tk a n p e m b e r ia n k o n s e n tra t
2
1 k g / 2 h a r i p a d a h a r i k e t ig a
s e te la h b e ra n a k
1

TARGET PU NCAK PRO D UK SI


LA KT A SI

I
II
III

kg
kg
kg

18
20
23

PRO DUKSI SUSU


T A B E L K O N V E R SI (K g )
D AU N JAGUN G M U D A

20

15

10

R U M P UT LAPA N G

32

24

16

RUM PUT GAJAH

38

28

19

R U M P UT G AJ AH & SILASE

20 10 13

10

R U M P U T LA P A N G A N & SI LA SE

16 10 12

D AU N JA G UN G & SILASE

10 10

KO N SEN T R AT
B U LA N

3 h a ri

15

D IR E K T O R A T J E N D E R A L
B IN A P R O DU KS I P E TE RN A KA N

D IN A S P E T E R N A K A N
P R O P IN S I J A W A B A R A T

J A P A N IN T E R N A T IO N A L
C O O P E R A T IO N A G E N C Y

K o n d is i T u b u h

H
*
*
*
*

K o n t r o l N i la i K o n d is i T u b u h
S e k it a r 3 , 5

ij a u a n d ib e r ik a n s e b a n y a k 4 k a li s e h a r i :
P a g i : s e b e lu m p e m e r a h a n
S ia n g : s e b e lu m p e m e ra h a n
S o re : s e su d a h p e m e ra h a n
00
M a la m : p u k u l 8 . W I B

2 - 3 h a ri s e b e lu m
m a s a k e r in g , h e n t ik a n
p e m b e r ia n k o n s e n t r a t d a n
s e t e l a h it u b e r ik a n la g i.
1 M in g g u s e b e lu m k e r in g k a n d a n g
b e r ik a n a n t i b i o t ik a k e d a la m p u t in g .

10

VITAM IN A, D , E

K e te ra n g a n :
S t a n d a r P a k a n i n i d is u s u n
b e r d a s a r k a n K u a li t a s K o n s e n t r a t
d i la p a n g a n d e n g a n P r o t e in K a s a r ( P K ) 1 5 %
dan T D N : 65 %

K o m p o s is i Z a t P a k a n K o n s e n tra t Y a n g I d e a l :

N ILAI KO N D ISI T U BU H

P e rio d e L a k t a s i :

(N K T )

PK : 16 - 18 %
TDN : 70 %

NKT
NKT
1
2
Andri A/Disnak Prov.Jabar

25 Kg
24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1

TO TAL (K g)

NKT
3

NKT
4

NKT
5

TATALAKSANA PEMOTONGAN TANDUK


ALAT-ALAT

Andri A/Disnak Prov.Jabar

ALAT POTONG TANDUK SEDERHANA

Andri A/Disnak Prov.Jabar

Andri A/Disnak Prov.Jabar

Pemotongan Kuku

Andri A/Disnak Prov.Jabar

PERALATAN POTONG KUKU

Andri A/Disnak Prov.Jabar

BPPT Sapi Perah


Cikole

Andri A/Disnak Prov.Jabar

Anda mungkin juga menyukai